Mohon tunggu...
Oki Muraza
Oki Muraza Mohon Tunggu... profesional -

Catatan perjalanan guna merekam jejak cita-cita.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dunia yang Terbelah: Mobil Listrik di Negeri Nuklir dan Mobil Bensin di Negeri Miskin

19 Juli 2017   17:10 Diperbarui: 19 Juli 2017   17:16 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Bulan-bulan ini ada setidaknya dua pengumuman penting dari Eropa.

CEO Volvo, Hkan Samuelsson, mengumumkan bahwa Volvo, produsen mobil dari Swedia memutuskan untuk hanya memproduksi electric vehicle (mobil listrik) dan mobil hybrid, mulai tahun 2019.

Kemudian Emmanuel Macron, pemimpin muda Prancis juga menyebutkan bahwa Prancis hanya akan mengizinkan electric dan hybrid car di jalanan Prancis, mulai tahun 2040. Ini berarti mobil berbahan bakar bensin dan diesel akan masuk museum di seluruh Prancis pada tahun 2040.

Wow..wow..wow...keputusan besar.

Bagaimana dengan teknologi kilang Total yang sudah dibangun berpuluh tahun?

Bagaimana dengan nasib penelitian-penelitian keren di IFP : cole Nationale Suprieure du Ptrole et des Moteurs/French Institute of Petroleum, mungkin mirip LEMIGAS nya Prancis?

Dua keputusan tersebut sebenarnya diawali oleh Parlemen Jerman  (Bundesrat) yang menginstruksikan hal yang sama bulan Oktober 2016.

Jerman adalah 'pemimpin' Uni Eropa.

Pertanyaanya, apa yang akan terjadi dengan Indonesia dan negara berkembang lainnya?

Sebelum menjawab ini, mari kita lihat apa yang terjadi di Eropa.

Prancis mendapatkan 79.4% listriknya dari nuklir. Swedia adalah negara yang 40% listriknya dari nuklir.

Listrik bisa didapatkan dengan murah (meski sampah radioactive seringnya tidak dimasukkan dalam hitungan ekonomi).

Jadi Prancis dan Swedia memang punya listrik yang oversupply, yang lebih dari cukup untuk program mobil listrik.

Apakah mobil listrik adalah masa depan ideal bagi dunia?

Tidak juga.

Sebab sampai saat ini mobil listrik masih bergantung pada lithium based battery.

Masalahnya, dunia tidak punya sumber lithium yang cukup.

Pertanyaan lainnya mana yang lebih dulu habis, lithium apa crude oil?

Pertanyaan ini akan dijawab oleh waktu.

Kembali ke tanah air tercinta.

Apa yang akan terjadi?

2019, 2030, 2040 saat Prancis dan Swedia berubah drastis?

Sejauh ini belum akan ada kejutan.

Kita masih berjuang untuk mencukupi kebutuhan listrik bagi bangsa 260 juta jiwa ini.

Listrik kita belum pada posisi oversupply seperti di negara maju di Eropa.

Kita harus berjuang dulu untuk mengurangi 'mati lampu', sebelum bermimpi punya mobil listrik.

Pertamina sudah menyerah, demikian disebut di media tanah air.

Belum akan ada kilang baru.

Maka betul prediksi Wood Mckenzie, 2018 nanti Indonesia tetap akan sebagai negara importir BBM terbesarrrr di dunia.

Mari menikmati dunia yang makin terbelah.

----

Catatan kecil di tengah kemacetan, 19 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun