Mohon tunggu...
Rilin M
Rilin M Mohon Tunggu... Freelancer -

Hanya seorang gadis yang menyukai seni dalam bentuk apapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Benar dan Kau Benar, lalu Siapa yang Paling Benar?

8 Februari 2019   13:29 Diperbarui: 8 Februari 2019   13:55 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua memiliki selera masing-masing. Tidak ada yang salah, karena cara pandang tiap orang berbeda-beda. Kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang adalah yang dimana ketika berdiskusi, semuanya menyepakati sebuah kesepakatan tanpa merugikan kedua belah pihak atau lebih.

Lalu bagaimana dengan cara pandang hidup mengenai politik, masyarakat, hukum, aturan, pemerintah, dan lain-lain yang sekarang ini banyak sekali diperdebatkan? Masing-masing memiliki cara pandang dan pemikiran tersendiri yang berbeda-beda tentunya. 

Benar atau tidaknya semuanya tergantung pada perspektif masing-masing. Asalkan semuanya dapat disesuaikan dengan fakta yang ada. Tidak ada salahnya berpendapat dan bertukar pikiran. Namun semuanya tidak dapat dipandang dari satu sisi saja, harus dilihat dari sisi lainnya. 

Apabila mendengar pendapat orang lain, lihatlah dari sisi mana ia berpendapat, jangan terlalu ego dengan mempertahankan pendapat sendiri. Pendapat pribadi yang kita keluarkan bisa jadi memang benar, namun belum tentu pendapat orang lain adalah salah. Seperti contoh kopi dan teh tadi. 

Dalam forum diskusi yang menimbulkan perdebatan, banyak orang pintar yang ahli berkumpul saling mengutarakan pendapat masing-masing. Namun kadang yang terjadi dalam perdebatan, orang yang pintar tidak harus mendiskusikan banyak pendapat untuk mengambil keputusan dari permasalahan yang didiskusikan, melainkan ia hanya bertugas membuat lawan bicaranya tidak berkutik di depannya dengan mematahkan statement-statement yang disampaikan oleh lawan bicara. 

Orang pintar tak harus menggunakan kepintarannya untuk berdiskusi menyelesaikan masalah, melainkan menggunakan kepintarannya untuk membuat semua lawan bicaranya bisa tertunduk setuju atas pendapatnya. 

Otak manusia di bumi ini ada miliaran, dan juga miliaran pemikiran yang berbeda-beda. Apabila manusia sudah merasa yakin dengan jalan pikiran yang dianggapnya benar, maka ia merasa tak perlu bertukar pikiran atau mendebati orang yang jalan pikirannya berbeda dengannya. Sekalipun jalan pikirannya juga tidak salah. 

Benar atau tidaknya, semua harus disesuaikan dengan diri masing-masing. Selama manusia tetap bisa berjalan pada koridor kebaikan dan tidak merugikan dirinya, itulah kebenaran. Tidak boleh memaksakan atau berharap orang lain akan memiliki atau menjalani hidup sesuai dengan pikiran yang sama dengan kita, ini adalah salah.

Kadang, sering juga kita melihat forum diskusi perdebatan agama, mengenai agama siapa yang paling benar. Jika mengacu pada pancasila sila satu Ketuhanan Yang Maha Esa, ada banyak penafsiran dari berbagai pandangan, dan dapat diperdebatkan mengenai agama siapa yang paling benar. 

Berbicara soal kebenaran, kebenaran yang paling mutlak berasal dai Tuhan. Tuhan yang mana? Karena masing-masing agama memiliki kepercayaan  Tuhan yang berbeda-beda. Dalam hal ini, kebenaran berpengaruh pada keyakinan diri masing-masing. 

Jika kita lihat contoh perdebatan Islam vs Kristen, masing-masing memiliki pendapat yang dirasakan benar. Semua ayat-ayat dalam kitab dibahas satu persatu dan dipikirkan menggunakan akal, untuk membuktikan mana yang benar dan mana yang salah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun