Mohon tunggu...
Muqsid Mahfudz
Muqsid Mahfudz Mohon Tunggu... Lainnya - Anak Kesanyangan Emak

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bias Interaksi: Akar Rumput Stigma pada Madura

23 Januari 2025   06:32 Diperbarui: 23 Januari 2025   07:08 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Latief Wiyata (2006: 18) memandang Budaya Madura sebenarnya sarat dengan hal positif, namun tertutupi dengan perilaku negatif sebagian masyarakatnya. Terlebih dikatakan Syamsuddin (2018:11), bahwa masyarakat Madura yang tinggal di luar Madura justru berjumlah dua kali lipat dari yang  tinggal di dalam pulau. Sehingga stereotip buruk  itu terlihat benar-benar mewakili. 

Lebih jauh, Saiful Hadi (2023:54) menjelaskan bahwa persebaran masyarakat Madura di luar sudah dimulai sejak adanya koneksi Arya Wiraraja  dengan Arya Wijaya dalam pembangunan Majapahit, kemudian mereka berpenduduk di Lumajang seiring berpindahnya Arya Wiraraja ke sana. Disusul migrasi besar-besaran yang terjadi dalam rentang 1870-1994 M di sepanjang  utara Jawa Timur (Kresna, 2016:3 & Sofyan, 2023:435), di luar Jawa (Effendy, 2021:5), dan masih saja hingga sekarang . 

Bisa dibayangkan, jika interaksi masyarakat Madura di luar sana, tentunya lebih sering dan lebih intens ketimbang dengan manusia di dalam pulau. Seorang perantau juga akan lebih bebas dan tidak terikat dengan induk budaya dan tradisinya. Sehingga dari perjumpaan-perjumpaan itu, stereotip rasional jika bisa menguat. Dimana tingginya kriminalitas, juga malah dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi sebagaimana dalam temuan Latief Wiyata dalam "Budaya Madura: Bertahan dengan Identitas yang Terselip" dan A. Dardiri Zubairi dalam Rahasia Perempuan Madura: Esai-Esai Remeh Seputar Kebudayaan Madura.

Tapal Batas

Lepas dari tuding-menuding sebab kemunculan stereotip bentukan ekologi dan ekonomi ini, ada fakta yang tidak bisa ditampik. Bahwa bagaimanapun berhasil dan baiknya manusia Madura, stigma tetap saja  menempel pada etnisitasnya.  Sebab itu juga muncul dari suatu kenyataan (Darmastuti, 2013: 75), sebuah hasil kognisi yang digeneralisasi dan  mengandung ekspektasi tertentu.

Dalam psikologi sosial, stereotip terbilang bentuk persepsi yang antagonis menurut Seto Mulyadi (2018:79). Penyakit itu memperlambat harmoninya interaksi antar etnis, sebagaimana banyak dialami muda-mudi Madura di seberang sana. Namun sulitnya menghapus stigma, dalam konteks kemaduraan ini justru juga dipicu oleh bias-bias interaksi sosial. Baik itu kaitannya dengan informasi, tindakan dan konfirmasi (Muzakar, 2023:124-126).  Lahirlah kenyataan yang disebut self-fulfilling prophecies atau ramalan yang lahir dari tubuh sediri, yang dituai oleh saudara-saudara setanah-kerja, yang seharusnya melakukan pemantasan sosial atau social desirability (Himpsi, 2016:291). Wassalam.

Rekomendasi Bacaan: 

Abdul Latief Wiyata, Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura (Yogyakarta, LKis 2006), Abdullah Muzakar dkk, Psikologi Sosial (Lombok: ItskesmuPress, 2023), Andreas Kresna Hadi, "Migrasi Orang-Orang Madura Ke Jawa Timur Tahun 1870-1930" Mozaik, Vol.1, No. 4 (2016), Anita Kristina dkk, Kemandirian Sosial-Ekonomi 'Warung Madura'  dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Madura (Yogyakarta: Samudra Biru, 2023), Eka Dartiningsih dkk, Madura: Masyarakat, Budaya, Media, dan Politik (Yogyakarta: Elmatera Publishing, 2015), Himpunan Psikologi Indonesia, Psikologi dan Teknologi Informasi (Jakarta: Himpsi, 2016), Melina Nur Hafida dkk, "Kajian Historis Carok di Madura pada Masa Kolonialisme Belanda" Agastya, vol. 14, No. 1, (2024), Mustofa dkk, Pembantaian Etnis Madura (Surabaya : Penamas Press, 2001), Nafila Purnamawati dkk, "Tiktok, Identitas Sosial Dan Stereotip Negatif Etnik Madura Di Kalangan Gen-Z" Sosio Global, vol. 9, No.1 (2024), Rikat L Sofyan "Migrasi orang-orang Madura ke Dusun Sendang Biru, 1980-1994" Historiografi, Vol. 3, No. 4 ( 2023), Rini Darmastuti,  Mindfulness salam Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: Buku Litera, 2013), Royyan Julian, Madura Niskala (Yogyakarta: Basabasi, 2024), Saiful Hadi dkk, Dialektika Madura dalam Pusaran Stigma (Pamekasan: IAIN Madura Press, 2023), dan Seto Mulyadi dkk, Psikologi Sosial (Jakarta: Gunadarma, 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun