Mohon tunggu...
Muqsid Mahfudz
Muqsid Mahfudz Mohon Tunggu... Lainnya - MAN OF MADURESE

Laki-laki baik, ngeselinya cuma sedikit.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Min-Amin Panda': Madura dan Perlawanan Hedonisme

9 September 2023   05:57 Diperbarui: 10 September 2023   12:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heran saja, kenapa mereka gak kepikiran ke situ? Sudah tahu tidak wajib, dan sebagai etnis yang dianggap religius mestinya harus glamor dan tidaknya gak perlu ditanyakan lagi. Sebab tentu itu pasti dipahami oleh orang yang benar-benar religius.

Bahkan saya merasa, adanya adagium ini merupakan manifestasi dari wawasan keagamaan mereka. Atau boleh dikata sebagai perlawanan dari kesepakatan tidak langsung (tradisi) yang ada, serta mengkultuskan model pendek dan panjang. Sebab ritual yang panjang bukan hanya dari panjangnya jampi-jampi, melainkan tamu undangan, rentetan acara dan jajanannya juga yang panjang.

Sebagai Perlawanan terhadap Hedonisme

Bukan tidak mungkin sebuah ritual akan memberi jarak antara agama dan pemeluknya jika ritual di dalamnya dirasa terlalu dogmatis, konservatif, statis, atau bahkan hedonis. Dimana itu tidak relevan dengan kehidupan dinamis sekarang, yang serba kekinian, kontekstual, rasional, bahkan kadang liberal atau radikal.

Begitu juga arus serba glamor ini, yang disambut baik oleh segenap lapisan masyarakat dan menjadi rasionalitas berpikir serta merekonstruksi konsep norma dan harga diri . Apalagi kebanyakan orang Madura adalah perantau dan pekerja keras di tanah yang jauh dari kampung halaman, maka tidak heran jika hedonisme bisa dengan mudah menjamur dalam berbagai ritual agamisnya, demi kepuasan individu tentunya.

Tentu sebuah kebiasan, lama kelamaan bisa menjadi benar dan absolute atau seakan-akan wajib. Dan tentu, tidak semua individu akan mampu mengimbangi. Makanya dalam buku Jangan Tangisi Tradisi, Mardimin Johanes memandang tradisi sebagai penghambat perkembangan masyarakat, jika sudah absolut. Posisi tersebut secara tidak langsung juga akan menyalahi fitrah hidup yang dinamis. Jelas, adanya adagium Min-Amin Panda' dalam ritual Madura adalah kultus bahwa selamatan sebagai kebutuhan yang self harus variatif.

Demikian ini sebab perubahan dalam tradisi juga niscaya terjadi ilmu sosiologi dan budaya, namun memang perlu jenjang yang cukup lama serta bertahap sebagaimana dijelaskan Silvia Tabah Hati dalam Perubahan Sosial Budaya. Dalam hal ini ketidakmampuan kalangan non-perantau atau kaum sederhana yang tidak mampu mengimbangi gaya ritual yang ada menjadi faktor dan agen perubahan sosial ini.

Kemudian didukung dengan argumentasi fundamental Agama, bahwa setiap hal yang berlebihan itu dilarang dalam Agama berdasar kadar kemampuan individu. Sehingga ada kultus variasi ritual kecil dan besar, panjang dan pendek sebagai bentuk dinamisasi. Dan Min-Amin Panda' di Madura adalah adagium bagi variasi itu.

Secara teoritis rasanya perubahan ini termasuk Cyclical theory, sebab pada akhirnya masyarakat Madura menemukan kembali sebuah track dimana Islam tidak mengekang dan tidak juga memberatkan dalam hal selamatan. Dan hedonisme sendiri merupakan hal yang sirkular dan niscaya dalam hidup, terlebih bagi kalangan perantau seperti Madura. Artinya hedonisme dapat muncul dimana-mana, dan di Madura itu juga dilawan dengan menciptakan adagium pendek dalam melaksanakan perayaan atau selamatan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun