Mohon tunggu...
Muqoffi Abdur Rohman Alif
Muqoffi Abdur Rohman Alif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa UIN STS Jambi fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama jurusan Aqidah Dan Filsafat Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenal Filsafat Periode Klasik - Era Berkembangnya Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

17 Desember 2024   12:52 Diperbarui: 17 Desember 2024   12:57 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Sejarah perkembangannya, filsafat pernah berada di sebuah periode yang disebut dengan era filsafat klasik. Disebut filsafat klasik, karena falsafah yang dibangun di era ini mampu menguasai sistem pengetahuan alam pikiran barat sampai kira-kira selama dua ribu tahun. Para filosof klasik muncul dan berusaha untuk membangkitkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan yang waktu itu mengalami pendangkalan dan melemahnya tanggung jawab manusia karena pengaruh negatif dari para filosuf aliran Sofisme. Para filosuf yang termasuk dalam filsafat klasik yaitu: Socrates, Plato, dan Aristoteles

A. Sokrates (469 -- 399 SM)

Socrates lahir di Athena sekitar 470-399 SM. Ia merupakan generasi pertama dari tiga filsafat Yunani, yaitu Socrates, Plato, dan Aristotels. Socrates dikenal sebagai salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting yang mengajar Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. Ia anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama Phairnarete, yang pekerjaannya seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang dikenal sebagai seorang judes (galak dan keras). Ia berasal dari keluarga yang kaya dengan mendapatkan pendidikan yang baik, kemudian menjadi prajurit Athena. Ia terkenal sebagai prajurit yang gagah berani. Ia tidak suka dalam urusan politik, maka ia lebih senang memusatkan perhatiannya kepada filsafat, akhirnya ia menjadi miskin.

Peran Socrates dalam mendobrak pengetahuan itu meniru pekerjaan ibunya sebagai seorang bidan dalam upaya menolong kelahiran bayi, akan tetapi ia berperan sebagai bidan pengetahuan. Teknik dalam upaya menolong kelahiran (bayi) pengetahuan itu disebut majeutike (kebidanan) yaitu dengan cara mengamat-amati hal-hal yang konkret dan yang beragam coraknya tetapi pada jenis yang sama. Kemudian unsur-unsur yang berbeda dihilangkan sehingga tinggallah unsur yang sama dan bersifat umum, itulah pengetahuan sejati. Pengetahuan sejati sangat penting dalam mencapai keutamaan moral. Barangsiapa yang mempunyai pengetahun sejati berarti memiliki kebajikan (arete) atau keutamaan moral berarti pula memiliki kesempurnaan manusia sebagai manusia.

Di dalam traktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan mengenai metode Socrates, ada dua penemuan Socrates keduanya berkenaan dengan dasar pengetahuan. Pertama ia menemukan induksi dan yang kedua defenisi. Dalam logikanya Aristoteles menggunakan istilah induksi tatkala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimpulkan pengetahuan yang umum.

Masa hidup Socrates sezaman dengan Sofisme. Ia terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur dan adil. Cara penyampaiannya kepada para pemuda ia menggunakan metode tanya jawab. Sebab itu ia memperoleh banyak simpati dari para pemuda di negerinya. Namun ia juga kurang disenangi oleh orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral para pemuda di negerinya. Selain itu ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau Tuhan-Tuhan yang telah diakui negara.

Kelanjutan dari tuduhan terhadap dirinya menjadikan ia diadili oleh pengadilan Athena. Dalam peroses pengadilan ia mengatakan pembelaannya yang kemudian ditulis oleh Plato dalam naskahnya yang berjudul Apologi.

Sama halnya kaum sofis, Socrates mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai objek pemikiran filsafatnya. Namun ia berbeda dengan kaum sofis, yang setiap mengajarkan pengetahuannya selalu memungut bayaran. Socrates tidak pernah memungut bayaran kepada murid-muridnya. Yang pada akhirnya ia dituduh memberikan ajaran barunya, merusak moral para pemuda, dan menentang kepercayaan negara. Salah seorang yang mendakwakannya yaitu Melethus, mengatakan bahwa dia bukan orang yang bertuhan.

Socrates adalah guru filsafat Yunani Kuno yang sangat berpengaruh. Pemikiran falsafahnya diantaranya ia menyatakan adanya kebenaran objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada saya dan kita. Dalam membenarkan kebenaran yang objektif ia memakai metode dialektika. Menurut Socrates ada kebenaran objektif, yang tidak bergantung kepada saya atau kita. Ini adalah memang pusat permasalahan yang dihadapi oleh Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran yang objektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan benar, tergantung pada pengujian rasionya.

B. Plato (427 -- 347 SM)

Plato lahir di Athena tahun 427 SM. Ia adalah murid dan sahabat Socrates, selain dikenal sebagai murid Socrates dan gurunya Aristoteles, Plato dikenal sebagai salah seorang filosof Yunani yang sangat berpengaruh. Karyanya yang paling terkenal adalah Republik (dalam bahasa Yunani: Politeia, "negeri"). Dalam bukunya ini dia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis "hukum" dan banyak dialog.

Pada usia 40 tahun ia mengunjungi Italia dan Sicilia, untuk belajar ajaran Pythagoras, kemudian sekembalinya ia mendirikan sekolah akademi, karena berdekatan dengan kuil Akademos, seorang pahlawan Athena. Ia memimpin sekolah tersebut selama 40 tahun. Ia memberikan pengajaran secara baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama bagi orang-orang yang akan menjadi politikus.

Plato memperkuat pendapat gurunya untuk menghadapi kaum sofisme. Sebagaimana Socrates ia menggunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya. Namun kebenaran umum (Definisi) menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif sebagaimana cara yang digunakan Socrates. Pengertian umum (definisi) menurut Plato sudah tersedia di sana di dalam idea.

Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan warna warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanyalah tiruan dari yang asli yaitu idea. Karenanya dunia pengalaman ini berubah-ubah dan bermacam-macam, sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia pengalaman. Barang-barang yang ada didunia ini semua adalah contohnya yang ideal di dunia idea sana (dunia idea). Keadaan idea sendiri bertingkat-tingkat. Tingkat idea yang tertinggi adalah idea kebaikan, di bawah idea jiwa dunia, yang menggerakkan dunia. Berikut idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, dan politik.

Dengan demikian, jelaslah bahwa kebenaran umum itu memang sudah ada, bukan dibuat tetapi memang sudah ada di dalam idea. Manusia dulu berada di dunia idea bersama-sama dengan idea-idea lainnya dan mengenalinya. Jiwa manusia di dunia ini terkurung oleh tubuh sehingga kurang ingat lagi hal-hal dulu pernah dikenalinya di dunia idea. Dengan kepekaan indranya, terkadang hal-hal yang empirik menjadikan manusia teringat kembali apa yang pernah dikenalinya dulu di dunia idea. Dengan kata lain, pengertian manusia yang membentuk pengetahuan tidak lain adalah dari ingatan manusia tentang apa yang pernah dikenalinya atau mengerti karena ingat.

Sebagai konsep dari pandangannya tentang dunia idea, dalam masalah etika ia berpendapat bahwa orang yang berpengetahuan dengan pengertian yang bermacam-macam sampai pengertian tentang ideanya, dengan sendirinya akan berbuat baik. Budi adalah tahu. Siapa yang tahu akan yang baik, cinta kepada idea, menuju kepada yang baik, Siapa yang tahu akan yang baik, cinta kepada idea menuju kepada yang baik. Siapa yang hidup di dunia idea tidak akan berbuat jahat.

C. Aristoteles (384 -- 322 SM)

Dalam sejarah filsafat, selain Plato, filosof yang paling berpengaruh dan menyita perhatian publik luas hingga sekarang ini adalah Aristoteles. Banyak komentator semisal Colerigde, sampai demikian jauh membagi manusia menjadi dua kelompok: Platonisme dan Aristotelian. Kendati pembagian ini terkesan serampangan dan terlalu menyederhanakan, namun tidak seharusnya disalahkan. Sebab pada satu sisi karakter orang cenderung idealis sama seperti tokoh pemikir (filosof) Plato, di sisi lain ada juga tipe manusia yang pragmatis dalam melihat persoalan seperti Aristoteles.

Aristoteles adalah teman dan murid Plato. Ia lahir di Trasia, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi raja Macedonia Amyntas. Ia mewarisi pengetahuan empiris dari ayahnya, Ia juga banyak mempelajari filsafat, matematika, astronomi, retorika. Dan beberapa ilmu lainnya. Dengan kecerdasannya yang luar biasa, hampir-hampir ia menguasai berbagai ilmu yang berkembang pada masanya.

Pada usia 17 tahun, ia dikirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika. Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles bersama rekannya Xenokrates meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat Plato di Akademia tentang filsafat. Tiba di Assos, Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini Aristoteles menikah dengan Pythias. Pada tahun 345 SM kota Assos diserang oleh tentara Persia, rajanya (rekan Aristoteles) dibunuh, kemudian Aristoteles dengan kawan-kawannya melarikan diri ke Mytilene di pulau Lebos, tidak jauh dari Asoss. Pada tahun 345 SM, Aristoteles diundang raja Philippos dari Macedonia untuk mendidik anaknya Alexander Agung.

Kecenderungan birfikir saintifik nampak dari pandangan-pandangan filsafatnya yang sistimatis dan banyak menggunakan metode empiris. Maka jika dibandingkan dengan Plato yang pandangan filsafatnya Aristoteles orientasinya pada hal-hal yang kongkrit (empiris). Ia menjadi dikenal lebih luas karena pernah menjadi tutor (guru) Alexander, seorang diplomat ulung dan jenderal terkenal. Dengan bantuan raja, Akhirnya Aristoteles mendirikan sekolah Lykeion, juga disebut sekolah Peripatetik yang sebenarnya adalah pusat penelitian ilmiah.

Dari sekolah tersebut ia banyak menghasilkan berbagai macam hasil penelitian yang tidak hanya dapat menjelaskan prinsip-prinsip sains, tetapi juga politik, retorika, dan lain sebagainya. Namun lama-kelamaan posisi Aristoteles di Athena tidak aman, karena ia orang pendatang. Ia dituduh sebagai penyebar ajaran subversif dan dituduh Atheis. Aristoteles meninggalkan Athena dan pindah ke Chalcis dan meninggal di sana, tahun 322 SM.

Sebenarnya ia banyak menghasilkan karya-karya filsafat. Ternyata karyanya banyak yang hilang. Di antara karya-karyanya yang dikenal yaitu: Anganan (logika), Priar Analytics (Sologisme), Parteriar Analytics (Sains), dan lain sebagainya. Dari karya-karyanya dapat diketahui pandangan-pandangan dia tentang beberapa persoalan filsafat, contohnya etika, negara, logika, metafisika dan lain sebagainya. Di dalam dunia filsafat, Aristoteles dikenal sebagai Bapak logika.

Logikanya disebut logika tradisional karena nantinya berkembang apa yang disebut logika modern. Logika Aristoteles itu sering juga disebut "Logika Forma". Bila orang-orang sofis banyak yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran.

Sumber: Muliati Sesady, Pengantar Filsafat, Cetakan I, (Yogyakarta: Trustmedia Publishing, 2019).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun