Mohon tunggu...
Zakiyya Sakhie
Zakiyya Sakhie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Dokumen pribadi

housewife, book lovers, like traveling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berbagi Kebahagiaan dari Kenikmatan Secangkir Kopi

29 Desember 2020   21:52 Diperbarui: 29 Desember 2020   22:12 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dontwastethecrumbs.com

Sumber kebahagiaan pada tiap-tiap orang tidaklah sama alias berbeda-beda, sebab kebahagiaan itu bersifat relatif jadi tidak patut disamaratakan. Tak jarang demi mengejar bahagia orang rela melakukan apa saja. 

Pada dasarnya kebahagiaan itu tak perlu susah payah di kejar sampai ke ujung dunia atau jauh-jauh hingga ke planet Neptunus. Sebab bahagia itu amatlah dekat, ada di dalam alam bawah sadar diri kita sendiri. 

Makna kebahagiaan menurut saya terdengar cukup polos dan singkat, yakni saat kita mampu mengedepankan syukur nikmat di setiap saat, itu saja. Pandai bersyukur adalah kunci bahagia yang sebenarnya. Jika rasa syukur dalam diri kita tidak pernah ada, jangan pernah berharap akan menemukan kebahagiaan sampai kiamat tiba. Yang ada kita akan merana sepanjang masa, di alam baka tentu saja akan menjadi umat Tuhan yang tersia-sia.

Bisa menikmati secangkir kopi hangat dengan tenang di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga dengan empat anak yang masih kecil-kecil, tanpa asisten rumah tangga, adalah kebahagiaan yang tiada terkira bagi saya. 

Mengingat padatnya pekerjaan rumah yang  tak jarang harus terselesaikan dalam satu waktu, bisa menyeruput kopi sekejab saja di suasana yang tenang sungguh bukan sesuatu yang mudah untuk saya diwujudkan. 

Terkadang baru duduk memegang gagang cangkir, belum sampai menyentuh bibir, eh si bungsu sudah teriak-teriak tidak karuan, "Mamaaaa....! Itu..ituuu...!" Sembari menunjuk-nunjuk mainan yang dibawa kabur salah satu kakaknua. Selanjutnya bisa ditebak akan ada salah satu diantara mereka yang menangis keras minta keadilan ditegakkan. Hua!

Sontak keinginan menikmati sesesap kopi pun kandas di tengah pusara keributan anak-anak. Kalau sembari melakukan pekerjaan lain namanya sudah bukan menikmati lagi tentunya, dan itu kurang membahagiakan. Menikmati secangkir kopi sesesap demi sesesap dalam keheningan membawa tarikan yang maha dasyat dalam diri saya. Mengingat waktu sepuluh menit tanpa gangguan apapun bagi saya amatlah sulit. 

Seusai menikmati secangkir kopi di suasana penuh kedamaian hatipun berubah seketika menjadi lebih tenang, lebih bertenaga, lega,  lapang, amarah hilang, dan bersemangat untuk menyalurkan energi positif tersebut pada anggota keluarga, terutama anak-anak yang sangat membutuhkan sesosok ibu yang dinaungi energi positif sepanjang masa.

Kebahagiaan yang saya rasakan setelah minum secangkir kopi hangat mungkin terkesan remeh dan lucu, namun gara-gara ritual tersebut pancaran wajah saya yang jadi lebih enak dipandang, muka kusut hilang, senyum terus mengembang, dan siap diajak berpetualang oleh anak-anak tersayang. Ketika jiwa bahagia, raga akan mengamini itu semua. Karena bahagia itu mustahil hanya dari salah satu bagian saja, raganya saja atau jiwanya saja misalnya. 

Seorang ibu yang diselimuti perasaan bahagia, secara naluri akan membagi kebahagiaan tersebut kepada anak-anaknya, yakni dengan memberi lebih limpahan kasih sayang serta perhatian. Anak-anak pun bertambah nyaman dan lebih peka saat diajak melakukan aktifitas yang berpotensi membangun kekuatan jiwa mereka seperti becanda, disiplin, menjaga kebersihan, menghapal ayat-ayat Al Quran, menghapal kosa kata bahasa asing, mematuhi aturan  bermain tanpa saling berebut, dan sebagainya.

Suami tak luput mendapat semburan kebahagiaan dari kebahagiaan yang saya rasakan, setelah sukses menikmati secangkir kopi hangat dalam ketenangan. Berbagi kebahagiaan bagi saya bisa dari apa saja.  Berbagi kebahagiaan untuk keluarga adalah hal utama bagi saya, sebelum menjalankan berbagai langkah untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat seperti menyantuni kaum dhuafa, anak yatim, fakir miskin dan lain lainnya.

Saat saya memperlihatkan wajah berbinar-binar cerah ceria, anak-anak ikut hanyut merasakan kebahagiaan serupa. Saya berfikir anak-anak yang dididik oleh ibu yang bahagia tentu akan menjadi anak yang juga bahagia, penuh rasa percaya diri, berani, tangguh, tidak mudah menyerah, dan optimis dalam mengejar cita-cita nantinya. 

Tidak diragukan lagi bahwa bangsa kita sangat mendambakan generasi penerus bangsa yang memiliki mental kuat, sekuat berlian massal. Didikan ibu yang bahagia akan membawa pengaruh pula pada mutu anak-anaknya. 

Jika saya memproritaskan berbagi kebahagiaan bersama keluarga adalah utama, kendatipun akar kebahagiaan tersebut hanya dari secangkir kopi hangat, JNE yang menjadi andalan ekspedisi pengiriman barang dan jasa ke seluruh pelosok negeri (termasuk saya yang merupakan salah satu pelanggan setuanya) berbagi kebahagiaan dengan cara yang spektakuler, selaras dengan pelayanannya yang mengaggumkan, yakni mengadakan kompetisi dengan hadiah yang cukup fantastis. 

Hal ini sehubungan dengan perayaan ulangtahun JNE. JNE 3 Dekade Bahagia Bersama. Wow bombastis usia JNE hampir sepadan dengan usia saya, 30 tahun. Itu artinya JNE bukan ekspedisi abal-abal yang gemar menebar janji melainkan ekapedisi yang melekat kuat dan menjadi kepercayaan masyarakat. Tiap hendak mengirim paket tujuan ke mana saja yang pertama nyangkut di ingatan adalah JNE, bukan yang lain. JNE selalu di hati. #jne #jne30tahun #connectinghappiness #30tahunbahagiabersama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun