Mohon tunggu...
Muhammad Noor Fadillah
Muhammad Noor Fadillah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka menulis berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ending

30 September 2024   09:27 Diperbarui: 30 September 2024   09:37 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi menurutku, lebih baik Zul memilih untuk tetap bersama istri barunya saja. Toh, bukankah istri pertamanya sendiri yang dulu meninggalkan Zul."

"Zul harus kembali ke istri pertamanya sebagai bentuk penebusan dosa atas semua kesalahannya di masa lalu. Anak mereka pun sudah besar. Sangat perlu kasih sayang yang lengkap dari orang tuanya."

"Sena!" Aku membelalakkan mata dan mendekatkan wajahku beberapa senti ke Sena. "Kalau Zul memilih istri pertama, itu artinya ia akan meninggalkan istrinya yang sekarang. Sedangkan istrinya sedang mengandung. Zul akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya, sama seperti ketika dulu ia meninggalkan istri pertamanya yang sedang mengandung," jawabku dengan yakin. Kini aku merasa seperti seorang jaksa yang sedang menuntut ending cerita yang dibuat penulis.

Sena terdiam dan tampak berpikir keras. Sebuah buku yang sedang kami bahas, ia letakkan di dada dan dipeluknya layaknya kitab suci. Aku sebenarnya belum membaca buku tersebut. Bahkan melihat sampulnya saja belum. Seperti yang kukatakan di awal, Sena sering melarangku membaca buku kecuali setelah ia memutuskan ending ceritanya.

Namun dari penjelasan detail yang diberikan Sena, aku sudah dapat gambaran ceritanya. Dan kali ini, aku sangat tidak setuju. Aku sangat bersemangat ingin membuat ending cerita tandingan. Karena cerita tersebut mirip dengan sebuah film yang pernah aku tonton dan sampai sekarang aku masih kesal dengan ending-nya.

"Ternyata begini ya rasanya kalau ending cerita yang kita buat diubah orang lain." Sena seperti tersipu malu sambil menggaruk kepalanya.

"Maksud kamu?"

"Kukira cuma aku yang punya kebiasaan mengubah ending cerita. Ternyata temanku satu ini punya bakat yang sama," jawab Sena. Lagi-lagi dengan senyumnya yang membuatku semakin bingung.

Sena melepaskan pelukannya, menyerahkan buku tersebut kepadaku. Perlahan-lahan hingga aku bisa melihat judul buku dan nama penulisnya, SENA GUMIRA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun