"Bukuku sedang proses. Doakan saja semoga cepat terbit."
"Lalu bagaimana kalau nanti ada orang yang juga mengubah ending cerita bukumu?" tanyaku penasaran.
"Sepertinya tidak mungkin. Aku akan memberikan ending yang memuaskan semua orang. Aku sudah berpengalaman, kan," jawab Sena kemudian terkekeh.
Di perpustakaan ini, ada puluhan buku yang sudah Sena baca. Sebagian besar buku tersebut telah mendapat ending tambahan darinya. Pembaca yang beruntung akan bertemu dengan buku-buku tersebut dan mendapat pengalaman membaca yang baru karena ada alternatif ending cerita. Hal yang aku yakin tidak mereka temukan di perpustakaan manapun. Satu lagi, Sena punya cita-cita untuk sebanyak mungkin mengubah ending cerita buku yang ada di perpustakaan ini.
Tentang ending cerita yang Sena buat, terkadang aku malah sangat setuju dengannya. Misalnya ada novel yang bercerita tentang seorang pendulang yang menemukan intan berharga miliyaran. Intan tersebut diambil alih oleh penguasa dan dijanjikan akan dibeli. Tapi ternyata semua itu hanya omong kosong. Hingga akhir hayat, janji itu tak pernah dibayar. Keluarga pendulang itupun hidup menderita.
Sebagai pembaca, aku merasa tak rela jika tokoh tersebut bernasib malang. Aku malah ingin agar penguasa dalam cerita itu mendapat hukuman dari rakyat, karma dari Tuhan, atau apapun untuk menjadi azab bagi mereka.
Aku pun menceritakan hal tersebut kepada Sena. Ia kemudian meminjam buku yang aku pinjam dari perpustakaan itu. Seminggu setelahnya, Sena datang dengan menambahkan cerita bahwa penguasa tersebut akhirnya digulingkan akibat berbagai skandal. Termasuk dituduh terlibat bekerjasama dengan organisasi terlarang. Aku pun merasa puas.
Sejak saat itu, aku mulai mengerti mengapa Sena suka mengubah ending cerita yang ia baca. Aku juga yakin jika pembaca di luar sana pasti pernah kesal dengan ending cerita yang dibacanya. Namun mereka tak bisa berbuat apa-apa. Ah, seandainya mereka bertemu Sena, pasti menyenangkan.
Tak jarang, aku dan Sena berdiskusi bagaimana ending terbaik dari buku yang kami baca. Di lantai 2 perpustakaan, di meja paling ujung dekat jendela, menjadi tempat favorit kami membedah cerita.
"Aku setuju dengan ending yang diberikan penulis. Zul dan istri pertamanya sangat cocok. Ia adalah cinta pertama Zul. Tidak ada yang bisa menggantikan istri pertamanya. Lagipula, mereka dulu hanya salah paham. Kini mereka sudah saling memaafkan. Jadi tidak ada alasan kan untuk mereka tidak bersatu kembali?"
Aku cukup terkejut dengan yang Sena katakan barusan. Jarang sekali Sena setuju dengan ending cerita yang dibuat penulis. Sebaliknya, justru kini akulah yang tidak menerima ending cerita tersebut.