Sementara itu, bahasa daerah akan terjamin kelangsungan hidupnya jika masyarakat sendiri melestarikan bahasa daerah. Dengan berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat, banyak orang yang salah mengartikan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah. Biasanya, ini dimaksudkan agar terlihat berbeda. Namun, perpaduan bahasa Indonesia dan bahasa daerah justru menggerogoti regulasi bahasa. Contoh budaya linguistik di Indonesia adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa ini dituturkan oleh masyarakat Jawa, di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga dituturkan oleh penduduk Banten (khususnya Serang, Cilegon dan Tangerang) dan Jawa Barat (khususnya Karawang, Subang, Inmdramayu dan Cirebon).
bahasa Jawa memiliki sastra Jawa, sastra Jawa dibagi menjadi empat periode:
a. Sastra Jawa Kuno
b. Sastra Jawa Tengah
c. Sastra Jawa Baru
d. Sastra Jawa Modern
Menggunakan kata yang berbeda dalam kalimat yang memiliki makna gramatikal yang sama. Seseorang dapat mengungkapkan status sosialnya kepada lawan bicaranya dan juga kepada apa yang sedang dibicarakan. Namun, tidak semua orang Java mengetahui semua registry ini. Biasanya mereka tahu level Jawa,
Krama
Menengah
Ngoko
Sastra Jawa Kuno
Penggunaan bahasa gaul, bahasa asing dan bahasa Jawa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi. Secara geografis, bahasa Jawa adalah bahasa pertama yang dituturkan oleh masyarakat Jawa Tengah dan sebagian besar Jawa Timur. Hamparan yang luas dan keterbatasan geografis membuat bahasa Jawa berdialog lagi. Perbedaan dialog tersebut membuat Kridalaksana (2001) menarik kesimpulan sebagai berikut:
Bahasa Jawa Baku:
Ini adalah bahasa Jawa yang digunakan di Yogyakarta dan Surakarta. Bahasa yang digunakan oleh kedua daerah ini dianggap sebagai bahasa Jawa baku oleh masyarakat bahasa Jawa pada umumnya. Ciri utama yang menandai bahasa Jawa baku adalah adanya segala jenis suara Ngoko, Madya dan Krama dalam percakapan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun informal.
Faktor-faktor yang menyebabkan lebih banyak dan banyak bahasa Jawa pada
globalisasi generasi muda membutuhkan seseorang, terutama generasi muda dapat menggunakan bahasa saat ini dan global sehingga dapat memainkan peran ekstrem ke arah modernisasi. Ada sejumlah faktor yang berada dalam mode siaga bahasa Jawa di generasi muda.
1. Faktor generasi generasi
Mudacendendunung merasa malu dengan bantuan orang-orang Jawa dalam kehidupan sehari-hari dengan LY karena bahasa Jawa adalah bahasa yang sudah ketinggalan zaman , Bukan gaul, tidak tahu apakah ada. Bahkan, perasaan memalukan ini juga dipengaruhi oleh Asosiasi Templaneman juga memalukan ketika menggunakan Jawa.
2. Faktor keluarga
orang tua juga berperan dalam perkembangan Jawa. Dia akan melestarikan budaya Jawa ini untuk anak-anak mereka, sehingga anak-anak mendaftar ketika mereka mengatakan terutama untuk orang tua. Sebaliknya, orang tua malah mendidik anak-anak mereka dengan menggunakan bahasa Inggris Indonesia bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan orang tua jarang menggunakan Indonesia untuk berkomunikasi dengan anak-anak mereka tetapi selalu menggunakan Jawa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jika semua orang tua melakukan sesuatu seperti itu, maka dengan waktu singkat budaya Jawa di Jawa memudar, hancur dan tenggelam. Tidak ada lagi generasi yang dapat melanjutkan Java, karena generasi muda itu pasti akan menjadi orang tua dan jika mereka tidak tahu bahwa bahasa Jawa mungkin tidak dapat mengajarkan generasi berikutnya.
3. Faktor Sekolah.
Alokasi jam pelajaran bahasa Jawa di SD, SMP, dan SMA hanya dua jam, bahkan ada yang tidak memasukkan mata pelajaran tersebut. Sedangkan konten bahasa Jawa sama dengan konten bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hal ini semakin diperkuat dengan banyaknya sekolah, khususnya sekolah swasta, yang khawatir pembelajaran bahasa Jawa akan membebani siswa. Program hari bahasa Jawa yang digagas oleh Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya telah diadopsi oleh sekolah swasta. Mereka berpendapat bahwa penggunaan bahasa daerah akan menghambat proses komunikasi untuk kegiatan belajar mengajar. Dikhawatirkan penetapan hari Jawa akan menambah beban kurikulum siswa.
. Unsur Pemerintah
Pemerintah daerah kurang memperhatikan kegiatan yang mengarah pada pelestarian bahasa Jawa. Hal ini karena pemerintah daerah tidak mendirikan lembaga atau kursus bahasa Jawa, kurangnya pengangkatan guru bahasa Jawa juga dapat menyebabkan kemunduran bahasa Jawa.
Kesimpulan
Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi. Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa memiliki pembagian tingkatan bahasa yang cukup detail, posisi bahasa berbeda-beda sesuai dengan usia tempat kerja. Banyak faktor yang menyebabkan ditinggalkannya bahasa Jawa. Orang beranggapan bahwa bahasa Jawa bukan bahasa gaul, bahasa yang ketinggalan zaman, bahasa yang membingungkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI