Mohon tunggu...
Munir Abadi
Munir Abadi Mohon Tunggu... -

menjaga jiwa untuk pengabdian agama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rerintih Orang Tua

9 Desember 2013   22:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:07 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

jejerit hati membacok mata,hingga darah
bernanah mengucur..
tidur panjang dan mimpi yg menipu kini
terbabad oleh kalut hati bapak yang tak
kunjung usai...

naakk...buih keringat bapak sudah habis
tenaga juga sudah tak sekuat mudamu..

nakk...kapan cawanmu akan penuh..?
lekaslah pulang nak,agar dahaga bapak
terobati manisnya isi cawanmu..

kekata itu mencambuk hati nan
membalikkan periuk merobohkan
bendungan air mata yg lama ini
menggenang tenang damai bersama
kemalasan..

naakk...bapak kini telah lapuk,terbujur
lemas menantikan sesuap nasi yg selama
ini kau cari..

nakk...bapak kini sering mengigau
menceritakan keberhasilanmu yg mungkin
telah menghantuinya...
naaakk...jawab pertanya'an bapak dan
ibumu ini...
naaaak,..lekaslah pulang dan bawakan kami
secercah jawaban tuk mengobati lapar dan
dahaga...

Naak... ciptakan lekuk bibir bapakmu yg dulu pernah ada,buatlah ia tersenyum sebelu senyum itu tak lg ada..

Naak..berikanlah sehelai nafasmu yg menyejukan hatinya,sebelum nafas bapak lepas..

Naak..kami menantikan jawabanmu yg dapat melegowokan dada pada lapuk usi ini,kami tak mau alasan yang membuahkan tangis hingga menutup nafas kami..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun