Tsunami adalah gelombang yang ditimbulkan oleh pergerakan kerak bumi yang terjadi secara tiba-tiba (Tejakusuma, 2005). Daerah yang umumnya rawan Tsunami berada di sekitar pantai di lautan pasifik. Bencana Tsunami yang telah terjadi di dalam daerah tersebut tidak kurang dari 1500 kejadian dalam kurun waktu sejak pertengahan abad ke 19 (Carter, 1999).Â
Tsunami Aceh menjadi salah satu bencana Tsunami terbesar dalam sejarah. Tsunami tersebut terjadi pada 26 Desember 2004. Bermula dari gempa bumi tektonik berkekuatan 9,3 yang terjadi sekitar pukul 07.59 WIB selama 10 menit dan berpusat di Samudra Hindia pada kedalaman sekitar 10 kilometer di dasar laut disusul gelombang laut dengan ketinggian hingga 30 meter dan kecepatan mencapai 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam, dalam 30 menit terjangan gelombang Tsunami yang meluluh-lantakkan sebagian wilayah pesisir Aceh. Gempa tersebut telah meluluh-lantakkan hampir seluruh wilayah Provinsi Aceh.
Dimensi kerusakan yang terjadi disebabkan oleh bencana Tsunami sangatlah luas dan mencakup beberapa aspek. Diantaranya adalah aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik meliputi kerusakan infrastruktur diantaranya bangunan perumahan, perkantoran dan pusat kegiatan ekonomi serta non fisik seperti masalah kesehatan dan psikologi serta pendidikan. Jumlah penduduk yang meninggal saat sunami ditaksir mencapai 78,417 orang dengan persentase 29.1% untuk wilayah Banda Aceh.
Sebanyak 500.000 orang kehilangan tempat tinggal, hingga Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan 3 hari sebagai hari berkabung. Seluruh dunia hadir mengulurkan tangan membantu Aceh, proses rehabilitasi dan rekontrusksi berlangsung sejak 2005 hingga 2009 berhasil memulihkan kondisi Aceh. Rumah-rumah dan berbagai infrastruktur terbangun selama itu. Hal tersebut sangat disyukuri oleh seluruh masyarakat Aceh, dapat dilihat dari banyaknya monumen berbagai Bahasa di dunia berada di
lapangan Blang Padang Kota Banda Aceh dan Museum Tsunami.
Psikososial merupakan salah satu istilah yang merujuk pada perkembangan psikologi manusia dan interaksinya dengan lingkungan sosial (Wardani, 2017). Hal ini terjadi karena tidak semua individu mampu berinteraksi atau sepenuhnya menerima lingkungan sosial dengan baik.Â
Dengan demikian dampak psikososial adalah suatu perubahan psikis dan sosial yang terjadi setelah adanya bencana atau peristiwa traumatik yaitu Tsunami. Bencana Tsunami di Aceh dan wilayah-wilayah lainnya terjadi tidak hanya menyebabkan banyaknya korban jiwa dan kerusakan fisik.Â
Namun juga menimbulkan luka psikis berupa stress dan trauma bagi masyarakat terutama kepada masyarakat rentan. Bencana alam tersebut berdampak pada psikologis masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas mental sebagai dampak traumatis kejadian tersebut. Bencana memiliki pengaruh yang cukup besar pada kelompok yang paling rentan terutama pada usia anak-anak (Nakamura, 2005).Â
Umumnya masalah psikologis pada anak paska bencana menunjukkan setiap kali kondisi bencana terjadi, maka akan memberikan dampak trauma di antaranya mulai dari PTSD hingga masalah mental yang parah. Tiga aspek yang berhubungan dengna trauma diantaranya yaitu pandangan tentang sumber trauma (objek), efek bagi dirinya (membahayakan), pengulangan peristiwa dan pengalaman trauma itu dapat mengganggu individu jika peristiwa traumatis dikonseptualisasikan sebagai peristiwa yang membahayakan, menghancurkan dirinya, yang datang kembali pada setiap saat (Latipun, 2015).
Kejadian trauma (Tsunami) dipahami oleh banyak ahli akan sulit hilang dari ingatan individu atau bahkan dapat bertahan untuk waktu yang sangat lama (Latipun, 2015). Ketika sebagian besar masyarakat Aceh mengalami pengalaman yang tidak terduga seperti Tsunami, yang terjadi adalah ketakutan, perasaan tidak berdaya, shock, cemas, depresi dan sebagainya. Hal ini merupakan penyesuaian diri (well adjusted) dengan cepat mengambil pelajaran untuk mengatasi dan memperkuat ketegarannya.Â
Berdasarkan laporan dari Universitas Indonesia, 20-25% anak-anak di wilayah provinsi Aceh membutuhkan penanganan profesional untuk masalah psikososial (Carballo et. al., 2006). Tidak hanya itu, dampak psikososial lainnya seperti depresi dan gangguan psikosomatik menjadi masalah yang paling banyak terjadi saat itu. Para nelayan tidak mampu lagi untuk pergi ke laut selama berminggu-minggu setelah kejadian Tsunami tersebut. Mimpi buruk, kecemasan, panic attacks, ketidakpercayaan, survivor guilt, dan kemarahan juga dialami oleh komunitas yang terkena dan merasakan langsung bencana Tsunami (Carballo et. al., 2006).
Secara lebih khusus, Koentjoro & Andayani (2007) menyatakan dampak psikososial paska bencana Tsunami yang terjadi pada masyarakat meliputi:
- Kecemasan. Kecemasan adalah ketakutan dengan objek, sebab dan alasan, yang tidak jelas. Sebagian masyarakat mengalami kecemasan setelah mendengar isu dan kabar buruk dari korban bencana meskipun mereka tidak merasakan goncangan gelombang Tsunami secara langsung.
- Stres. Stres adalah kondisi yang dirasakan sangat menekan, mendorong dan menjadi beban psikologis yang sangat berat sehingga berdampak pada fungsi keseimbangan psikologis. Kondisi makanan yang tidak mencukupi, masalah ekonomi, pendidikan, iklim yang buruk menjadi beban pikiran masyarakat yang berkepanjangan paska bencana.
Trauma. Pengalaman dari peristiwa bencana alam yang dahsyat menimbulkan trauma di sebagian besar masyarakat.Â- Kecacatan anggota dan organ tubuh. Kecacatan yang ditimbulkan akibat peristiwa Tsunami memberikan dampak psikologis buruk bagi penderitanya. Korban yang kesulitan menyesuaikan diri akan cenderung lebih beresiko terkena dampak gangguan psikologis.
Pengalaman traumatik umumnya mengganggu individu. Namun demikian dengan pengalaman tersebut individu dapat banyak belajar mulai dari bagaimana menghadapi bencana Tsunami dan meningkatkan kesiapsiagapan dan kemampuan individu untuk melakukan penanganan atas pengalaman traumatik khususnya penanganan secara psikologis.
 Â
Penanganan psikologis untuk korban paska bencana Tsunami membutuhkan pemahaman konsep dan cara pendekatan. Yakni pemahaman akan dukungan sosial. Menurut Sarafino (1990) dukungan sosial adalah usaha mengarah pada peningkatan kesejahteraan individu yang menerima dukungan. Oford (1992) mengemukakan bahwa ada lima dimensi fungsi dasar dukungan sosial, yaitu dukungan materi, dukungan emosi (afeksi atau ekspresi), dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan integritas (perasaan individu sebagai bagian dari suatu kelompok).Â
Penanganan dan pemulihan secara psikologis yang dilakukan oleh profesional setidaknya diharapkan mampu untuk mengurangi dampak negatif bagi mental korban paska bencana Tsunami. Tidak hanya memberikan intervensi namun juga memberikan pembelajaran dan solusi ke depannya apabila menghadapi situasi yang sulit seperti bencana alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H