Biasanya si cerdas lebih arif dan bijak dalam menyikapi apapun daripada si cerdik.
Cerdik bermakna cepat mengerti tentang situasi sekaligus pandai menemukan solusinya. Beda dengan cerdas yang berarti sempurna perkembangan akal budinya. Di dunia hewan kecerdikan kancil tidak bisa diragukan. Semua mara-bahaya yang bakal menimpa kancil bisa diatasi dengan kelihaian akalnya. Menariknya, kecerdikan kancil tidak sekedar diperuntukkan untuk keselamatan dirinya.
Alkisah, dahulu ada sekawanan kambing yang kelaparan hingga kurus kerimping, stok makanan di daerahnya sudah habis dan rerumputan tidak lagi tumbuh. Sekawanan kambing tersebut harus menyeberang rawa untuk mendapat makanan namun takut melintasi rawa sebab terdapat buaya yang siap melahap.
Kancil muncul dan bincang-bincang (musyawarah) dengan sekawanan kambing, berkat kecerdikannya kancil bisa mengelabuhi buaya-buaya tersebut. Alhasil, sekawanan kambing bisa selamat serta bisa menikmati rumput diseberang tanpa ada korban.
Lalu bagaimana dengan Setnov? Manusia ini kecerdikannya juga diakaui sekelompok besar manusia lain. Nyatanya, beberapa kali berusan dengan hukum ia lihai menyelamatkan diri. Melalui drama dan komedi yang Setnov tampilkan ia bisa mengelabuhi penegak hukum. Meski harus mempertontonkan tragedi tabrak tiang listrik. Lucu.
Bersamaan dengan status tersangkanya hari ini, lagi-lagi kecerdikan Setnov ditonjolkan. Dia menunjuk sendiri Plt-nya sebagai kepala di partai beringin dan tak mengindahkan musyawarah. Entah, kecerdikan macam apalagi yang masih (dalam tahap) disusun.
Dari sini, kita bisa menilai lebih cerdik siapa? kancil atau Setnov? yang jelas di dalam menggunakan kecerdikan, kancil tidak pernah membenturkan dirinya pada tiang listrik dan selalu mau bermusyawarah. Anda lebih mahir dalam menilainya. Namun harus diakui kedunya sama-sama panjang akal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H