Mohon tunggu...
mungkin enho
mungkin enho Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yang akan selalu setia menjadi kader LKMI-HMI. ingin terus belajar dari sesuatu yang kecil, selalu berharap bisa kembali membangun nilai-nilai persaudaraan yang telah runtuh dari sebuah konseb pragmatisme. Dan berpegang teguh pada dimensi keTuhanan dengan format keislaman yang utuh sebagia ‘Kehadiran’ yang mendahului ‘Kebenaran’,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sandal Tak Bertuan

7 Oktober 2010   03:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:39 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tidak ingin memikirkan awal dari kisah penciptaanku, aku takut kelak semua terungkap hanya akan melahirkan penyesalan (keluh sepasang sandal). Kudengar manusia yang menciptakanku saja terbuat dari tanah liat, bukankah manusia adalah mahluk yang diciptakan sempurna,

kalau mereka saja yang diciptakan dari sesuatu yang sangat rendah!!!.....

ohhhh tidak bagaimana denganku…… aku tidak mau memikirkanya lagi…

yang kutau saat ini aku merasa sangat berharga, berbaris parade pada sebuah lemari kacadengan penjagaan ketat dari seorang kakek berkacamata tebal dengan senyum yang kerap membasahi jiwaku. Mungkin karena sayangnya padaku, ia tidak membiarkan sehelai debupun berani menyentuh kulitku, saat itulah aku sadar berada pada sebuah toko elit nan mewah. Cahaya lampu bergantian mengedipkan matanya padaku “mungkin dia sedang bergurau atau iri padaku”, yang jelas saat ini aku sangat bahagia….

tapi tuggu,,,

haiiii tunggu

siapa orang asing ini beraninya menggeserku, menghardik ketenanganku dalam istana ini “melihat seorang pria berjangguk lebat mengotak-atiknya dan kemudian pergi begitu saja”. Aku memang tidak mampu berbuat banyak hanya bisa meraskan apa yang aku alami, pasrah akan apa yang terjadi padaku.Dengan samar-samar terdengar sedikit perbincangan kecil antara lelaki berjangguk dengan kakek tua yang selama ini menjagaku, setelah itu tak pikir panjang kakek berjalan kearahku, kemudian mengangkatku dengan tatapan mata yang seakan ingin berkata “inilah tuanmu yang baru”, aku tak mengerti apa yang terjadi. mengambilku Aku hanya berharap semoaga orang ini memperlakukanku lebiah baik.,,,,,,

Serasa ada yang berbeda dengan tubuhku, terbungkus kertas koran dan terjepit diantara selah-selah tas plastik mini berwarna hitam. tidak lama kemudian aku ditarik dari tas plastik itu!!..Berharap sesuatau yg baik terjadi padaku!

ternyata harapku keliru, baru beberapa menit saja mengenalnya aku sudah mendapat hal buruk darinya.

Merasa ada sesuatu yang berat minimpa tubuhku “aku melitik keatas”.... ohhh Tuhan sepasang tumit sedang aku topang!....

Seiring dengan waktu penderitaan inikah atau pengabdian ini yang aku rasakan.

Entah kapan dan kemana saja, aku menjadi pelayan setia tuanku!

Tak bisa menolak, tak bisa pula menunda.

Berjalan diatas keramik mewah hingga tanah berlumpur, tidak peduli siang atau malam, huajan atau panas. Tubuh nya tetap aku topang,

Haahhhhh dasar tuanku yang tidak berperasaan “desahku”.

Oh..... Tuhan!, betapa tidak adilnya takdir yang kau titipkan padaku.

dimana kau sembunyikan kebesaran-mu Tuhan?

Dimana kuharus mencarinya, kapan kubisa menemukannya?

Aku tidak ingin lagi bersama orang ini.

tak sedikitpun waktunya ia bermanja-manjaan denganku, merawatku atau meletakkanku pada tempat yang aku mau, Tiap malam hanya diistitahatkan disebuah beranda berselimut angin malam.

Aku benci padanya! Berharap tuhan mengabulkan doaku untuk dipisahkan darinya.... aku tidak betah dengannya..

“Aku tidak tau sudah berapa lama aku mengabdi padanya”. Aku hanya bisa melihat tubuhku dengan kulit yang tidak seindah dulu, kekuatanku tidak sekuat dulu “ serasa tulang punggugku remuk semua saat menopang tuanku”.

***

Kembali lagit berubah gelap seperti biasa. Diwaktu yang bersamaan aku tidak tau apa yang terjadi. yang kutau, spontanitas aku dangkat dan dilemparkan pada sebuah tong sampah. Tak berpikir panjang kusadaridoaku telah dikabulkan untuk berpisah dengannya.

Trimah kasih Tuhan...

Betapa girangnya hatiku.....

Namun dilain dugaan yang tidak pernah kuduga, tempat ini begitu sunyi, terjepit bersama sampah-sampah tidak berguna..... “ataukah aku sendiri telah menjadi sampah?”tanyaku dalam benak.

Aku tau kini berada pada tempat yang berbeda, sebuah tempat terkucilkan dan kotor.

Aku benar merasa kesepian, jiwaku merasa terusik dibalik ketidak bergunaanku lagi. Kini tangisan kesendirianku hanya ditemani raungan ajing malam. Aku melihat rembulanpun hanya bisa tersenyum tidak bermakna dari kejauhan.

Kini aku sadar. “Kesendirian ternyata lebih menyakitkan dari kehidupan yang keras” . kehidupan keras yang dianggap takdir tidak adil yang diberikan Tuhanternyata adalah warna dari kehidupan. Kini aku tau arti kebahagiaan dan penderitaan, aku tidak akan bisa mengetahui semua itu kalau belum melewatinya.

Ternyatakerinduan itu ada ketika yang dimiliki telah tiada, “ kini aku tidak berTuan” Aku rindu dengan semua yang pernah kualami.

Ohhhhh Tuhan .... maafkan aku telah mengganngapmu tidak adil akan takdir yang kau beri. Seandainya masih banyak waktu yang kau beri, aku ingin kembali menjalani kehidupan yang penuh perbedaan, karena aku tau begitu banyak rahasia yang terkurung didalamnya.

Uhuk..auhuk... auhkk....

Sambil berbatuk- batuk akumemejamkan mata. “ inilah detik-detik terkhir yang aku ingat” kemudian semuanya gelap.... gelap.... dan entah keman lagi perjalanan hidupku.

***

***jangan pernah menyela takdir dalam kehidupanmu, syukuri suka dan duka yang menyertai kisahmu, “karena susungguhnya seseorang tidak memiliki cukup umur untuk bisa menemukan kisah yang sama sepertimu” dan itulah kisah berharga yang tak bisa mereka beli.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun