Mohon tunggu...
mungkin enho
mungkin enho Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yang akan selalu setia menjadi kader LKMI-HMI. ingin terus belajar dari sesuatu yang kecil, selalu berharap bisa kembali membangun nilai-nilai persaudaraan yang telah runtuh dari sebuah konseb pragmatisme. Dan berpegang teguh pada dimensi keTuhanan dengan format keislaman yang utuh sebagia ‘Kehadiran’ yang mendahului ‘Kebenaran’,

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Udah Kangker Serviks, “Kok Tetap Saja Uang Lebih Mahal Daripada Kesehatan”

6 Oktober 2010   17:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:39 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_281101" align="aligncenter" width="300" caption="pinjaman dari google - seminar-kanker.jpg"][/caption]

Ketika melihat atau membaca artikel mengenai Tingkat kesehatan, sangat jelas terpampang akan rendahnya tingkat kesehatandi bumi pertiwi ini. Sebuah potret ironi dari kehidupan di Negara sedang berkembang. Tetapi bukan tidak dapat diusahakan, begitu banyak program yang di lakukan pemerintah dalam membantu meningkatkan kesehatan, namun masih banyak yang tidak pada sasaranya. Keadaan itu diperburuk dengan minat masyarakat yang rendah untuk berobat pada dokter. faktanya masih banyak masyarakat yang masih terikat pada kebiasaan adat istiadat, masih bergantung pada pengobatan alam dan masih mempercayai pengobatan mistiks(dukun) sebagai pengobantan utama. Berobat pada tim medis dijadikan sebagai pengobatan alternatif.Tidak dapat dipersalahkan bagi mereka yang kurang manpu, karena itulah tanggung jawab pemerintah.

Tapi yang mengherankan, banyak juga dari pasien ini bukan dari orang yang tidak mampu, mereka masih tergolong berada, tetapi minat dan kebiasaannya yang kerap meremahkan penyakit pada stadium dini. Mungkin karena otak meraka telah dihipnotis dengan sebuah argumen kalau “berobat itu sangat mahal”. Ketika masyarakat terus berpikir kesehatan itu mahal maka berobat akan terasa sangat mahal, begitu pula sebaliknya, ketika dalam otak telah perprogram, berobat itu sepadan dengan kesehatan, maka semuanya akan terasa wajar,disinilahunsur keikhlasan berfungsi.

Kita juga kerap mendengar kalau “kesehatan sangat mahal”. Ini memang ada kalanya betul tapi bukan berarti menjadi tolak ukur. Saya di pihak lain sering menantang dan tidak setuju akan pemikiran itu.

***

Halnya ketika teman-teman berada diposisi dokter.

Ada seorang ibu umur 38 tahun datang dengan keluhan: (purulen) keputihan berwarna putih, dan terkadang berwarna kekuningan yang berbau busuk tapi tidak gatal, saat melakukan senggama (koitus) ada sedikit darah yang keluar.

Ibu : dok, saya sakit apa dok?

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan sitologi dengan cara tes pap, kolposkopi, servikografi maupun ginoskopi. si ibu ini didiagnosis Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim)stadium awal.

Dokter: (diawali dengan basa basi) untuk membuat ibu tenang sebelum mendengar diagnosisnya.maaf bu’, setelah pemeriksaan ibu ternyata menderita kangker serviks.

Sang dokterpun menjelaskan. Kangker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang banyak di derita oleh wanita. Sangat dipengaruhi oleh infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV) dan spermatozoa. Faktor resiko yang berhubungan ialah perilaku seksual berupa mitra seks multiple, paritas, nutrisi ataupu rokok. Tidak lupa di jelaskan juga prognosis dari kangker yang di derita si ibu. Dengan santai dokter berkata apabila kangker serviks ini tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap pengobatan , maka 95% akan mengalami kematian dalamtahun setelah timbul gejala.

Dokterpun meminta si ibu untuk berobat lanjut, dan menyarankan si ibu’ untuk melakukan oprasi pengangkatan kangker.

Ibu : yah nantilah dilihat dok, biar obat obatan aja dulu. Lagian saya tidak punya UANG UNTUK OPRASI.

[caption id="attachment_281096" align="aligncenter" width="300" caption="pinjaman dari google"][/caption]

Wahhhh.... ini nih akal-akalan si ibu untuk menghindar padahal kalau dilihat mana mungkin tidak punya uang. Kalau dilirik –lirik, jari jemarinya berjejer emas putih, pergelangannya juga tidak mau kalah, kalau melirik ke leher dan kupingnya,,,,, waduhhhh tuh emas bisa seperampat kilo (lebhaiiii...). tipe kendaraannya?,,,,aduh enggak tau deh, enggak sempat pergi nengok. Cukup lihat emasny aja

Yah tetapi kalau sudah demikian keputusan si ibu!, mau bagaimana lagi. Sang dokter tidak dapat memaksa, hanya berpesan pada ibu agarbalik jika ada apa-apa.

Satu tahun setengah kemudian.

Ibu balik ke dokter dengan gejala yang lebih berat. Dengan terkatung-katung dan nampak lemas si ibu pun masuk keruangan dokter.

Dokter: selamat pagi bu’!. Bagaiman keadaanya sekarang?

Ibu: yah beginilah dok, keadaan saya semakin memburuk.

Dokterpun memeriksa; ditemukan gejala karena metastasis seperti obstruksi total vesika urinaria, keadaannya pun semakin lemah, cepat lelah, kehilangan berat badan dan anemia. Pada pemeriksaan serviks teraba membesa,irreguler, teraba lunak. Juga sangat jelas kalau tumor ini tumbuh eksofilik dengan terlihatnya lesi pada porsio yang hampir sampai ke vagiana.

Dokter: waduhhh,,,, sambil mengkerutkan dahi. Ibu! Kangker ibu sudah pada stadium lanjut dan harapan sembuhnya sangat tipis.

Ibu : ??????

dokter : ???????

***

kisah selanjutnya sudah bukan kompetensi saya!

Hanya sebatas ini yang bisa saya beri gambaran tentang kangker serviks.

Yang ingin saya kutip kembali ialah “ ada apa denga si ibu ?“. Di sudah tau dampak dari penyakitnya, tetapi tidak ada tanggapan, meremahkan penyakitnya, ataukah melakukan pengobatan diluar medis?,sebagai pengobatan pilihan pertama. Namun pada akhirnya bisa merugikan dirinya sendiri.

Inilah potret ironis yang saya maksud dari sebagian besar rakyat kita yang kurang sadar akan kesehatan. Mereka tanggung menyisihkan separuh uangnya demi kesehatan “Menjadikan uang sebagai sesuatu yang lebih berharga dari kesehatan” . nah kalu begini bukan lagi KESEHATAN yang menjadi lebih berharga (mahal), tapi tapi HARTA (uang) yang dijaga kelestariannya biar enggak berkurang, walau harus mengorbankan kesehatan.

semoga bermanfaat bagai teman-teman yang sedang mempelajari ilmu medis dan bahan pertimbangansebagian masyarakat kita.

Created : by enho 06-10-2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun