Mohon tunggu...
Muhammad Munazzalurrrohmi
Muhammad Munazzalurrrohmi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang yang belajar menjadi pendidik, dan selalu siap untuk dididik. Belajar menggoreskan fikiran dengan tinta yang tajam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kitab Ta'lim Al Muta'allim: Refleksi Perilaku Siswa terhadap Guru pada Zaman Sekarang

26 Oktober 2024   13:05 Diperbarui: 26 Oktober 2024   13:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kitab Ta'lim al Muta'allim: Refleksi Perilaku Siswa kepada Guru pada Zaman Sekarang

Belakangan ini ramai di media sosial, kejadian seorang siswa yang berbicara tidak sopan kepada gurunya, ketika gurunya bertanya tentang tugas kepadanya. Maksud hati sang guru kasihan kepada siswanya, karena siswanya memiliki perilaku kurang beradab kepada gurunya, sang siswa malah semakin getol melontarkan kalimat yang sangat tidak pantas kepada gurunya. Ramai-ramai masyarakat memberikan empati kepada sang guru, bahkan beberapa orang menanyakan keadaan mental sang guru ketika mengetahui muridnya memiliki perilaku yang kurang terpuji dan bahkan berani menjawab perkataan sang guru dengan kasar. Fenomena seperti ini sebenarnya sudah lama terjadi, dan bahkan seolah-olah menjadi suatu pembenaran karena adanya sebuah atau beberapa film menayangkan adegan seorang siswa yang bahkan berani memukul gurunya. Tentu hal ini menjadi hal yang patut dikhawatirkan, karena pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencetak generasi yang berilmu, namun juga berakhlak. Fenomena keberanian murid kepada guru merupakan wujud degradasi moral yang akan mengancam budaya luhur dan santun bangsa Indonesia.

Di sisi lain, ada sebuah fenomena yang tidak kalah mengkhawatirkan, yaitu seorang guru yang diancam bui dan bahkan sampai dibui karena menegur siswanya. Tuduhan kekerasan dan penganiayaan adalah hal utama yang menyebabkan para guru tersebut diancam bui. Entah karena guru yang terlalu keras memukul, atau siswa bahkan wali siswa yang berlebihan dalam menanggapi, hal tersebut tetaplah mengikis marwah guru sebagai pendidik. Seiring berjalannya waktu, guru seolah-olah kehilangan marwahnya. Ketika menghadapi berbagai murid yang memiliki karakter bervariasi, guru seolah-olah kehilangan pilihan untuk mendidik mereka. Bagaimana tidak, salah sedikit mengambil tindakan, builah yang menjadi ancaman. Entah sampai kapan hal miris ini akan terus terjadi, harapan untuk mengembalikan marwah guru sebagai pendidik tentu menjadi hal yang harus diperhatikan. Kisah kaisar Jepang yang lebih mencari guru yang masih hidup daripada mencari tentara yang masih hidup setelah kalah pada perang dunia dua, menunjukan guru adalah sosok yang bahkan lebih penting daripada militer suatu negara. Guru adalah benteng pertahanan dari kebodohan, yang harus selalu diperhatikan keselamatan bahkan marwah kehormatannya.  

Fenomena-fenomena tersebut telah diantisipasi oleh para tokoh pendidikan dunia Islam pada masa lalu, termasuk Syekh Az Zarnuji pengarang kitab Ta'lim Al Muta'allim pada abad ke -13 masehi. Dari judulnya, Ta'lim Al Muta'allim berarti Mendidik Penuntut Ilmu dimana kitab tersebut berisi tuntunan-tuntunan bagi para penuntut ilmu agar memperoleh ilmu yang bermanfaat. Dalam kitab tersebut, terdapat salah satu bab yang berjudul "Faslun Fii Ta'dziimil Ilmi Wa Ahlihi" yang berarti bab mengagungkan ilmu dan orang yang berilmu. Pada awal bab tersebut, terdapat redaksi yang langsung merujuk kepada kewajiban seorang siswa untuk memuliakan gurunya. Redaksi tersebut adalah "I'lam bianna Thaalibal Ilmi laa yanaalul ilma wa laa yantafi' bihi, illa bita'dziimi ahlihi wa ta'dziimil Ustadz Wa tauqiirihi". Arti dari redaksi tersebut kurang lebih adalah "ketauhilah bahwasanya seorang penuntut ilmu tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat, kecuali dengan memuliakan ilmu dan orang berilmu, serta mengagungkan guru dan memuliakannya". Lebih lanjut, kita tersebut menjelaskan "wamin ta'dziimil ilmi, ta'dzimul mu'allim", diantara cara mengagungkan ilmu adalah dengan mengangungkan guru. Mengutip salah sabda Rasulullah dari sahabat Ali bin Abi Thalib "Ana abdu man 'allamani harfan wahidan, in syaa a baa'a, wa in syaa'a istaraqqa, wa in syaa a a'taqa", saya adalah hamba dari orang yang mengajariku walau satu huruf, jikalau dia mau dia bisa menjualku, memilikiku, dan membebaskan.

Kitab ta'lim al muta'allim juga menjelaskan, beberapa perilaku memuliakan seorang guru. Diantara perilaku memuliakan seorang guru dalam kita ta'liim al muta'allim yang pertama adalah alla yamsyiya amamahu (tidak berjalan di depan guru), walaa yajlisa makaanahu (tidak menduduki tempat duduknya), wala yabtadial kalaama 'indahu illa biidznih (tidak mengawali pembicaraan terhadap guru kecuali atas izinnya), walaa yuktsiral kalaama indahu (tidak memperbanyak bicara terhadap guru), walaa yasala syaian fii malaalatihi (tidak menanyakan sesuatu saat guru dalam keadaan bosan), wa yuroiyal waqta (mengatur waktu), walaa yaduqqol baaba bal yashbira hattaa yakhruja (tidak mengetuk pintu (ketika ada guru), akan tetapi bersabar sehingga guru keluar. Dari beberapa perilaku ini, benang merahnya adalah seorang murid/siswa haruslah menjaga perilaku terhadap guru dan menjaga perasaannya.

Begitu berhati-hatinya kitab ta'lim al muta'allim dalam mengatur perilaku seorang murid kepada gurunya hendaknya menjadi pelajaran bagi seluruh masyarakat akan pentingnya menjaga akhlak siswa utamanya kepada guru. Beberapa perilaku yang dipaparkan di kitab ta'lim al muta'allim hendaknya difahami secara kontekstual, bukan tekstual. Dari pemahaman kontekstual terhadap kitab ta'lim al muta'allim, semoga dapat menumbuhkan pemhaman lebih akan pentingnya menghargai seorang guru. Bukan sekedar tentang kesetaraan duniawi, penghargaan terhadap guru adalah faktor spiritual  utama kebermanfaatan ilmu yang akan berujung kepada kesuksesan siswa di masa depan. Hal spiritual seperti ini hendaklah ditanamkan kepada siswa, karena percaya atau tidak, bisa jadi penentu terbesar kesuksesan siswa di masa depan. Kesuksesan bukan hanya tentang kerasnya usaha, akan tetapi juga dipengaruhi hal-hal spiritual yang mengiringinya, terutama ridha dari seroang guru.

Mempertajam fikiran dengan tulisan

Tinta yang menggores, lebih baik dari fikiran yang terkikis 

Munazzal's Fikr

Sumber literasi: Ta'lim Al Muta'allim karya Imam Burhanuddin Az Zarnuji

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun