Saya hanya bisa mesem-mesem sambil geleng-geleng kepala setelah membaca beberapa artikel yang menyatakan cerita One Piece itu bermasalah. Kesimpulan itu diperoleh dari perdebatan panjang antara mana yang lebih baik "Naruto atau One Piece".
Namun, di luar dari perdebatan itu, saya hanya ingin menyampaikan jika alasan sederhana mengapa mereka menganggap cerita One Piece bermasalah yah, karena mereka tidak pernah menonton serial ini.
Nah, pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba meluruskan beberapa pernyataan mereka yang menganggap cerita One Piece itu bermasalah. Cekidot
Pernyataan jika bajak laut kok..., tapi nggak bisa berenang
Saya kira, kita nggak perlu mempersoalkan jika ada bajak laut yang nggak bisa berenang, analogi sederhanya seperti ini, seseorang yang ahli mengendarai mobil belum tentu ahli memperbaiki sebuah mobil.
Kemampuan mengendarai dan kemampuan memperbaiki adalah dua keahlian yang berbeda. Untuk menjadi pembalap handal tidak perlu memahami secara paripurna seluruh seluk beluk mesin kendaraan
Lagi pula sudah jelas bukan? Kemampun berenang mereka harus dikorbankan demi memperoleh kekuatan hebat dari buah iblis. Yang lebih patut dipersoalkan ialah antara kemampuan berenang atau kemampuan berantem mana yang lebih prioritas.
Sebagai bajak laut maka, kemampuan berantem tentulah menjadi hal yang utama bagi mereka, kesimpulannya sederhana yah kalo jago berantem gak bakalan dilempar ke laut. heheh
Pernyataan jika bajak laut tapi aksi bogemnya di darat terooos
Saya mengakui selama menonton serial One Piece memang kebanyakan pertarungan-pertarungan hampir semua terjadi di daratan, tapi ada pertimbangan krusial menurutku mengapa opsi itu diambil, salah satunya adalah untuk menghindari terjadinya plot yang membosankan
Coba anda bayangkan apa kira-kira jadinya jika pertarungan antara Luffy dan Doflaminggo, yang membuat seluruh isi kota Dressrosa porak-paronda waktu itu, berlangsung di atas lautan? Tentu, besar kemungkinan akan membuat Thousand Merry-go  misalnya akan hancur berkeping-keping.
Dan kemungkinan besar, pertarungan-pertarungan lainnya juga akan berakhir serupa, karena untuk menyuguhkan pertarungan hebat tentu harus menghadirkan lawan seimbang yang akan bermuara pada rusaknya objek disekitar pertarungan, termasuk kapal-kapal mereka. Padahal kapal merupakan instrument yang paling penting dalam dunia bajak laut.
Coba anda banyangkan, bagai mana jadinya ketika kru Topi Jerami berantem dengan bajak laut A kapalnya hancur. Berantem dengan bajak laut B kapalnya juga hancur, dan ketika berantem dengan bajak laut C kapalnya juga hancur. Hal ini akan membuat seluruh isi cerita hanya berfokus pada proses pembuatan kapal. Tentu tidak akan menarik.
Bagi One Piece tidak ada waktu membuat cerita yang hanya berbelit-belit pada proses pembuatan kapal. Dari pada ceritanya berfokus pada pembuatan kapal, mending diisi dengan cerita dan aksi-aksi berantem, atau paling tidak yang bisa membuat mata jadi segar. Â Â
Pernyatan jika bajak laut, tapi kok..., krunya hanya 10 orang.
Harus anda pahami jika kualitas lebih penting dari pada kuantitas, coba anda fikirkan meskipun kru Topi Jerami hanya berjumlah sedikit tapi skill individu dari masing-masing krunya tidak bisa dianggap remeh.
Sanji misalkan, selain jago berantem Ia juga salah satu koki terhebat seantero lautan yang mampu menghasilkan cita rasa luar biasa pada setiap masakannya, tidak ada yang tidak pernah merasa kagum setelah mencicipi masakannya.
Begitu juga dengan Franky, selain kemampuan berantem ia juga seorang tukang kayu tokcer. Setelah bergabung dengan kru Topi Jerami, Ia membuat kapal Thousan Sunny-go yang memiliki banyak kemampuan seperti, memiliki soildier dock system dengan berbagai channel khusus yang berisi berbagai perangkat dan kendaraan rahasia, juga gaon cannon, meriam kuat yang berada di ujung kapal
Kru lainnya yang juga tidak bisa dianggap remeh seperti; Nico Robin seorang arkeolog cerdas, Nami seorang navigator handal, Brook seorang Pemain musik yang menghibur, Usopp seorang penembak ulung yang memiliki banyak macam peluru, Zoro salah satu pendekar pedang terhebat dan Luffy yang memiiki kekuatan tempur besar, hal yang membuat Ia diakui sebagai salah satu kaisar lautan bagi sebagian orang. Pokoknya sudah paket komplit deh.
Pernyataan Jika One Piece itu kayak sinetron, nggak ada tamat-tamatnya.
Hukum baja ekonomi mengatakan, suatu produk akan bertahan jika ada pasar konsumen yang mendukung keberadaanya. Nah, One Piece ini adalah sebuah produk dalam industri perfilman.
Bisa disimpulkan sebagai sebuah produk, One Piece nggak tamat-tamat hingga saat ini karena jumlah fans garis lucunya (konsumen) nggak bisa di pandang enteng
Berbeda dengan serial anime lainnya yang karena sepi penonton terpaksa harus dihentikan, misalnya seperti film garapan Mashasi Kishimoto yang berjudul Samurai 8: The Tale Of Hachimaru yang hanya mampu bertahan hingga chapter 43. Sebagai sebuah produk, film ini nyatanya kurang berhasil mendapatkan tempat di hati pecinta anime. Jadi sampai disini sudah paham kan kenapa serial One Piece nggak tamat-tamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H