Mohon tunggu...
Munawir Jumaidi Syadsali
Munawir Jumaidi Syadsali Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Dinas Tanaman Pangan, Hortikulturan dan Peternakan

Tertarik dengan Spiritualitas dan Pengembangan Diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manunggaling Kawulo Gusti

11 Juni 2024   08:53 Diperbarui: 11 Juni 2024   09:29 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bagaimana sebenarnya jalan untuk Menyatu dengan Tuhan, untuk Manunggaling Kawula Gusti. Bukankah tujuan kita untuk hidup di dunia ini agar bisa merasakan kesatuan dengan Tuhan??? Tanya Bapak yang menemani kami Ngopi sore ini bersama Kakek Tamparang.

Kakek tamparang tersenyum sejenak, kemudian bertanya "Gimana kabar Istrimu? Tiga bulan lalu saya denger dengar kamu ada masalah sama dia?"

"Kami udah cerai Kek, males saya punya istri seperti dia yang gak mampu cari uang untuk nambah nambah keuangan keluarga, sekarang saya lagi pacaran sama Janda yang punya salon di pojok kampung itu Kek' Jawab Bapak itu dengan tersenyum bangga.

"Tanda dari Penyatuan dengan Tuhan adalah Merasa Tulus Penuh Penerimaan terhadap apapun yang dihadirkan Kehidupan karena sudah ada Cinta di dirimu, dirimu adalah Bahagia... Mereka yang memiliki Cinta adalah Manusia yang sudah menyatu dengan pencipta. Nah, kalo sama manusia yang bernama istri aja kamu gak bisa menyatu dengan damai dan bahagia, gak bisa menerima... Akan baik kalo kita ngomongin Janda Kecengan baru kamu itu, gak usah Ngomongin Tuhan"Kata kakek terkekeh kekeh.

Bapak itu hanya terdiam kemudian menundukkan kepala... Sepertinya malu sama pertanyaannya sendiri.

Kakek tamparang kemudian mengelus pundak Bapak itu "Nak, Kita hidup bukan untuk menyatu dengan Tuhan... kita hidup untuk selaras dan damai dengan kehidupan, jika dirimu sudah menerima dengan tulus semua wajah kehidupan yang dihadirkan padamu, dirimu akan mengenal Wajah Tuhan itu seperti apa"

Bapak itu mengangkat kepalanya, dan kulihat ada senyum manis yang terukir diwajahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun