Mohon tunggu...
Munawir Jumaidi Syadsali
Munawir Jumaidi Syadsali Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Dinas Tanaman Pangan, Hortikulturan dan Peternakan

Tertarik dengan Spiritualitas dan Pengembangan Diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sifat Ketuhanan

2 Mei 2024   14:21 Diperbarui: 2 Mei 2024   14:25 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/munawir67267/66306b90de948f72e56395b2/kakek-tamparang-bag-1

"Ini berdasarkan Pengalamanku dan Apa yang diajarkan Kehidupan padaku Nak, jadi ini pendapat Pribadiku saja... Kita Manusia Bertuhan untuk Mewujudkan SifatNya dimuka Bumi ini, Menyampaikan semua Sifat dalam NamaNya kepada semua makhluk dimuka Bumi ini, itulah kenapa manusia disebut sebagai wakilnya dimuka Bumi. Kakang Yusuf menyampaikan sifatNya Yang Maha Berilmu, karena memang beliau diberi kemampuan untuk mewujudkan Sifat itu, peran itu yang diperlukan Kehidupan untuk beliau wujudkan. Kita manusia memiliki Peran yang berbeda beda sesuai kemampuan yang kita miliki, dan dimana kehidupan menempatkan kita untuk Mewujudkan sifat sifatNya."

"Dan saya yang bodoh ini, hanya bisa berusaha sebisa dan semampu mampuku untuk mewujudkan sifatNya yang Maha Rahman dan Maha Rahim, karena peran itu yang disediakan kehidupan untukku. Dan di setiap nafasku saya tak henti hentinya merendahkan diri penuh syukur diberi kesempatan dan peran untuk bisa menyampaikan NamaNya yang Maha Rahman dan Maha Rahim dengan segala keterbatasan yang saya miliki... Nama yang diperintahkan untuk kita ucapkan disetiap mengawali apapun perbuatan kita, nama yang selalu dikedepankanNya dibanding nama namaNya yang lain. Nama yang Paling Berat karena untuk mewujudkannya kita harus menghilangkan dulu kemanusiaan kita... NamaNya yang sampai saat ini selalu membuat Mataku Basah dan Meremang oleh Air Mata" Setelah itu beliau menunduk dan terisak seakan tak mampu lagi menahan air matanya.

Tidak lama kemudian, tiba tiba hujan mengguyur dengan deras subuh itu, dan Kakek Tamparang tetap larut dalam diamnya setelah terisak seakan tak bergeming dengan Hujan yang sudah dua bulan ini tak mengguyur kampung kami.

https://www.kompasiana.com/munawir67267/66306b90de948f72e56395b2/kakek-tamparang-bag-1
https://www.kompasiana.com/munawir67267/66306b90de948f72e56395b2/kakek-tamparang-bag-1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun