JURUS JAGUAR MENJAGA ARJUNA
Munawar Fuad Noeh (IKAL PPSA XXI LEMHANNAS RI)Â
Â
Bukan hal pertama saya mengenal dekat perwira militer yang menulis buku. Baik semasa Orde Baru maupun saat perjuangan reformasi dan pasca reformasi ragam buku terlahir, kebanyakan ditulis sebagai autobiografi purna tugas. Setidaknya, mulai tahun 90-an sejak menjadi pemimpin aktivis mahasiswa dan senat, saya mulai berhadapan saat demonstrasi atau protes dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di saat Orde Baru yang kemudian berubah menjadi TNI - POLRI di masa reformasi.
Â
Termasuk beberapa kali saya menikmati sajian menu tulisan perwira TNI atau POLRI, saya mengenal para perwira tinggi dengan kapasitas intelektual yang luar biasa. Di lingkungan militer pun, banyak mutiara cendekia yang cerdas. Saya sendiri bersyukur pernah mendapat kepercayaan menuliskan buku dari beberapa episode sejarah penting reformasi ABRI ke TNI/POLRI pada setiap babakan sejarahnya. Tak terkecuali pemikiran perwira tinggi dan Presiden, yang terbiasa juga dituangkan dalam sebuah buku.
Â
Hingga buku terbaru yang saya dapat dari Penulisnya dan hadir saat peluncuran buku Mayjen TNI Mohamad Hasan, sepertinya saya temukan keunikan, karakter, dan punya kelebihan tersendiri. Saya masih tak habis pikir, membayangkan bagaimana Tim Jaguar, Komandan Grup A dari Pasukan Pengamanan Presiden bekerja tanpa henti dan sukses mengatasi segala penugasan. Arjuna, nama kode sandi bagi Presiden Jokowi. Bersamaan dengan itu, Sang Komandan selalu sempat menuangkan catatan berantai dari satu peristiwa tugas ke tugas lainnya, di tengah lelah dan penat, jemarinya langsung bergerak menyimpan di memori handphone-nya. Luar biasa!
Setelah hampir lima tahun, tulisan yang tersimpan rapi secara digital di telepon genggam Mayjen Hasan, kini sudah bertransformasi menjadi karya besar yang patut diapresiasi. Menjelang masa akhir kepemimpinan Presiden Jokowi, buku yang ditulis Mayjen TNI Mohamad Hasan terpublikasi. Ada apa ? Â Bukankah bisa memantik multipersepsi dan ragam kesan. Bagi beberapa orang, bisa saja ada kesan dan penilaian subyektif, berbau propoganda dan pencitraan. Â Namun, hal tersebut menjadi terbantahkan setelah saya membaca dan menyelami buku Menjaga Jokowi, Menjaga Nusantara atau saya singkat MeJoMeNu berisi catatan pribadi Komandan Paspampres Group A, Mayjen TNI Mohamad Hasan, yang kini menjabat Pangdam Jaya/Jayakarta, dalam menjaga Presiden Republik Indonesia, Ir.H. Joko Widodo, orang nomor satu dan satu-satunya.
Â
Tinggal istilah Nusantara yang dipakai dalam judul "Menjaga Nusantara", apakah yang dimaksud adalah Indonesia di masa kerajaan Nusantara, atau ada juga menilai, Menjaga Ibu Kota Nusantara yang menjadi proyek mercusuar kepemimpinan Presiden Jokowi. Pertanyaan lain, apakah MeJoMenu mengandung pesan kultus, bahwa Jokowi adalah Nusantara atau Nusantara adalah Jokowi sehingga harus dijaga ? Buku karya Mayjen Hasan, merupakan penggalan pengabdian pentingnya semasa memimpin pengawalan Presiden Jokowi tahun 2016---2018 sebagai Komandan Group A Paspamres. Kandungan yang dipaparkan berisi kisah nyata yang menarik, mulai dari cerita ringan sampai yang menegangkan. Karena ditulis oleh sumber aslinya, terasa sekali suasana kebatinan yang mendalam dan ditulis di tengah pusaran peristiwa sedang berlangsung---atau beberapa saat setelah peristiwa---yang diceritakan. Jadinya, membaca buku tersebut, bak menonton siaran langsung peristiwa yang memang faktual.
Â
Kekuatan buku MeJoMeNu ada pada konten dan konteks. Terutama karena ditulis oleh penulisnya yang asli dan langsung, tak ada batas dan jarak. Bahasa yang dinarasikan diuraikan dengan sederhana, mudah dicerna, dan langsung dipahami. Dari bentangan kisahnya, Mayjen Hasan mengungkapkan dengan baik peran dan tugasnya bersama perangkat pasukan dan lintas koordinasi yang dialaminya. Semua tak ada yang ringan, karena risiko berat dan kondisi bahaya selalu menyertai dalam setiap situasi.
Â
Buku yang menguak tabir bagaimana menjaga keamanan dan keselamatan seorang Presiden di tengah suasana yang semua menanggung risiko besar terkait keamanan. Ragam kegiatan resmi Presiden dalam agenda internasional, nasional, bahkan di tingkat lapisan masyarakat terbawah diungkapkan dengan untaian kisah yang ciamik.
Â
MeJoMeNu juga memotret sisi kenangan dan liku pengabdian dalam sebuah karya terhadap seorang presiden dari berbagai sudut pandang hal biasa saja. Akan banyak persepsi, opini dan serba serbi dari tiap sudut, sisi, dan di baliknya tentang setiap agenda seorang kepala negara. Semuanya pasti akan menarik, karena banyak ragam makna dan pemaknaan. Banyak kisah dan mungkin rahasia di balik setiap penggalan peristiwa.
Â
Begitupun dengan kisah dan jejak  Presiden Jokowi yang fenomenal, setelah menyelaminya Presiden Jokowi bukan sosok biasa-biasa saja. Menjadi luar biasa, karena Jokowo berasal dari warga biasa, pribadi bersahaja, mendapat amanah sebagai pemimpin dari level terbawah, memenangkan persaingan besar dan terbuka melalui demokrasi di negara demokrasi muslim terbesar di dunia; juga menorehkan langkah bersejarah bagi perjalanan sebuah negara besar, yang berbeda dan punya cerita dan magnet tersendiri dalam warna warni kehidupannya.
Â
Mayjen Hasan, termasuk yang sangat beruntung, sebagaimana menjadi impian dari para prajurit dan perwira di saat bertugas, menjadi salah seorang terdekat, bahkan sangat dekat dan menempel dengan seorang Presiden. Tugas dan tanggung jawabnya teramat besar menjadi tameng hidup, setiap saat nyawa pun bisa melayang kapanpun dan dimanapun; juga penentu tingkat keselamatan, keamanan dan kenyamanan Presiden Jokowi dalam melaksanakan tugas kebangsaan dan kenegaraan.
Â
Kelengkapan dokumen foto dan ditambah akses digital yang terhubung dengan link jaringa media sosial seperti Youtube membuka jalan terakses dan terkonfirmasi antara data dan perstiwa nyata yang semuanya memperkaya setiap teks dan konteks buku terbaru Bang Hasan. Bisa jadi dari setiap foto peristiwa, di luar penjelasan bukunya, masih punya makna yang lebih luas dari sudut pandang peristiwa yang dilukiskan Bang Hasan. Banyak makna dan sudut pandang dari setiap orang lainnya dan lingkaran Presiden bisa bercerita penuh ragam makna dan aneka persepsi.
Â
Buku MeJoMeNu merupakan dokumen penting, mungkin tak semua perwira yang menempati posisi seperti Bang Hasan saat itu, akan sempat menuliskan memoar, kenangan jejak rekam tugasnya. Dari buku MeJoMeNu, terbersit adanya chemistry yang sangat kuat antara Bang Hasan dengan Presiden Jokowi. Kemampuan komunikasi verbal maupun non verbal Mayjen Hasan teruji, termasuk dalam menghadapi tantangan untuk cepat beradaptasi mendampingi  passion Blusukan Presiden Jokowi di tengah pusaran dan gelombang politik masa kini. Ditambah adanya tingkat resistensi dan miskomunikasi era digital, termasuk potensi ancaman keamanan tingkat tinggi dengan perangkat proxi maupun senjata cyber canggih, yang tak mungkin luput dari perhitungan, menjadikan peran tim pengamanan Presiden sama sekali tidaklah mudah.
Â
Menelusuri lembar demi lembar Buku MeJoMeNu, terasa santei dan asyik. Setidaknya, bisa menjadi semacam guidelines bagi para penerusnya, penuntun dan panduan, semacam resep masakan enak dan lezat; karena pada Mayjen Hasan pun mengalir darah putera Minang, sebagaimana kita menikmati rendang atau jenis masalan lainnya.
Â
Sungguh, totalitas, seluruh dan seutuhnya nasib hidup mati Bang Hasan saat itu bersama perangkatnya sudah diwakafkan pada tugas mulia yang embannya. Bahkan seluruh waktu, kesempatan dan segala kemerdekaan untuk bergaul dan bersama keluarganya pun "sudah terampas" tak ada yang tersisa. Itulah kesan dan pandangan saya memaknai posisi tugas dan peran Bang Hasan saat membaca dan menyelami bacaan dalam buku karyanya sambil menyeruput secangkir kopi.
Â
Buku dengan Empat bagian topik yang dirangkai dengan 41 sub topik, merangkai berbagai peristiwa lintas pulau, benua dan mancanegara. Meskipun dalam uraian terbatas dari setiap peristiwa, pesan moral, kisah inspiratif, berbagai kejutan dan cerita langka hingga jenaka, berbaur jadi bacaan yang selalu segar dan jauh dari membosankan. Karenanya Presiden Jokowi turut memberikan pengantar singkat, mengapresiasi dan respek atas kerja keras dan sukses selama amsa 2016-2018 sebagai Komandan Grup A Pasukan Penamananan Presiden. "Pak Hasan telah ikut berperan menjaga agenda-agenda penting negara menuju Indonesia maju".
Â
Membaca buku Bang Hasan, terasa menyaksikan sosok seorang prajurit sekaligus perwira yang multitalen. Yang paling menarik dari buku tersebut adalah bagaimana menjadi atau bisa menjadikan seseorang untuk terbentuk seperti sosok Bang Hasan. Bagaimana ada Bang Hasan lainnya yang bertugas dan sukses menunaikan tugasnya seperti dirinya, dan harus terjadi regenerasi pada orang yang melanjutkan, tentu dengan tantangan dan suasana berbeda.
Â
Karakter Mayjen Hasan yang saya potret, menunjukkan sosok yang religious dengan spirit kepemimpinan yang kuat. Sisi kepekaan sosial kemanusiaannya tinggi. Rasa peduli dan setiakawannya kuat. Pribadi yang sebenarnya, terkesan berbeda dan berlawanan dengan performance ketentaraan.
Â
Dari gestur wajahnya memang the real soldier. Kesan awal seperti seram, sangar, tegas, dingin, dan tanpa kompromi. Kesan awal saya bak seorang penembak jitu. Tanpa ampun kalau berburu, lawan bakal dilibas sampai tuntas. Kesan awal yang bercampur multipersepsi itu pudar saat saya menyelami potret sang penulis sekaligus aktor dalam buku tersebut setelah Sang Arjuna. Saya memahami Penulis tetap seorang yang ramah, friendly, tenang, kalem, bahkan lembut. Di balik garis-garis wajah seorang militer yang memancarkan kekuatan dan ketangguhan. Yang terasa sangat tajam dari kemampuan seorang Mayjen Hasan adalah paduan kekuatan spiritual, insting, feeling dan kemampuan kendali emosional dan intelektualnya. Kekuatan daya ingatnya keren, juga seorang yang cerdas dan trengginas, ditambah dengan kekuatan hobinya menulis dan membaca.
Yang menjadikannya unik dan khas dari buku yang tersajikan, adalah paduan dari ketajaman indrawi, spiritual dan intelektual, kekuatan common sense dan spirituality seorang komandan pengamanan yang dituangkan melalui jari jemarinya yang tak pernah lelah menerjemahkan perintah hati, inderawi, dan kekuatan intelektualnya yang diabadikan dalam rangkaian tulisan, narasi, dan diksi dalam dokumen handphone-nya.
Â
Tak ada gedung yang tak retak. Kritik atas kandungan buku tersebut, karena lembaran yang masih terbilang tipis. Saya yakin, masih banyak untold story di baliknya. Masih perlu diramaikan dengan alunan pandangan dan suara yang berbeda dalam melihat satu fokus peristiwa. Bisa lanjutkan menulis serial lainnya dengan menuliskan dari jilid ke jilid berikutnya, untuk elaborasi setiap penggalan kisah.
Â
Dari spirit dan dedikasinya yang terus membara, saya yakin akan terlahir beberapa karya Bang Hasan berikutnya seiring dengan jalan panjang pengabdiannya ke depan. Dari karya nyata, terwariskan melalui tinta. Bisa jadi, tinta-tinta yang menuangkan ratusan ribu huruf dan rangkaian kata, bakal berfaedah bagi timbangan amal kebaikan yang mengalirkan jariyah keilmuan dan amal shalih yang terus bermanfaah kelak.
Â
Dalam kesempatan bersama sebagai kolega dan sahabat Peserta PPSA ke 21 LEMHANNAS RI, kami kerap berdiskusi seru dan sengit bersama para perwira terbaik dan peserta lainnya. Saya sangat menimati ketajaman berpikir, daya analisa, dan visi cemerlang Mayjen Hasan dalam merespon berbagai topik dan masalah multidimensi. Pandangan Mayjen Hasan penuh dengan kekayaan keilmuan dan pengalamaan, juga kearifan spiritual.
Â
Ia memang senang dan bahkan hobi menulis sejak kecil. Sebagaimana rajin menulis, ia gemar membaca. Jenderal yang kuat kepekaannya terhadap segala sisi kemanusian dan berjiwa populis itu, punya kemistri kuat dengan Presiden Jokowi, tak hanya dalam hubungan formal juga dalam suasana informal.
Â
Salah satu kunci rahasia keberhasilan Mayjen Hasan, termaktub dalam back cover buku sebelumnya, Kopassus untuk Indonesia: Profesionalisme Prajurit Kopassus tahun 2021. Kelima rangkaian isi bukunya menorehkan topik bertuah. Pertama, Benar, Benar, Berhasil. Kedua, Ragu-Ragu Kembali Sekarang Juga. Ketiga, Kami Tidak Hebat, Tetapi Kami Terlatih. Keempat, Lebih Baik Pulang Nama, daripada Gagal di Medan Laga. Kelima, Setiap Langkah adalah Pertaruhan. Di penghujung, Sang Jenderal menuliskan, "Bertempur dengan senjata itu hal biasa bagi prajurit. Tetapi bagaimana memenangi pertempuran tanpa menumpahkan darah dan berhasil mencapai tujuan operasi adalah ilmu tertinggi."
Semoga jurus keberhasilannya dan jejak teladannya tertularkan pada para generasi penerus. Sambil terus menanti, karya dan inspirasi di masa tugas berikutnya. Bagi para prajurit layak menjadi bacaan wajib. Juga bagi siapapun yang penasaran menguak di  balik peristiwa penting dan strategis. Yang saya pahami, dari karya terbaru Mayjen Hasan, selain menjaga Presiden Jokowi, juga menjaga Nusantara, di dalamnya pun menjaga amanah dan aspirasi serta  nasib setiap warga bangsa untuk meraih cita luhur kemerdekaannya bagi kemajuan dan kemakmuran sebesar-besarnya rakyat Indonesia.
Sejatinya tegak lurus terus menjaga NKRI, Jenderal.
Â
Cibarusah, Jumat, 28.07.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H