Di tengah suasana gaduh dan ricuh, saat gelisah dan resah menghinggapi suasana kebatinan sebagian warga saat ini, angin segar berhembus dari Nahdlatul Ulama. Sebagai santri, saya sowan ke Abah Kyai Manan, guru mulya dan ketua PBNU di kediamannya.
Dari Kyai Manan, pembawaan yang tenang dan penuh wibawa, saya mendengar langsung kabar baik dan menyejukkan bagi warga negeri ini. Sebuah terobosan dan lompatan dari program PBNU untuk Indonesia dan warga dunia. Saat negeri ini dan mancanegara dilanda resesi dan krisis pandemi dan ekonomi, NU hadir memberi solusi.
Nahdlatul Ulama pasaca Muktamar di Jombang, menggulirkan Islam Nusantara sebagai cara pandang menghadirkan Islam Rahmatan lil'alamiin, dari NU untuk Indonesia dan Dunia untuk menjaga kehidupan masyarakat yang  damai, toleran, moderat dan berkeadilan.
Sejak kelahirannya, peran tersebut telah dan terus diperankan oleh para Kyai NU, santri dan ribuan pesantren bersama jam'iyyah maupun jama'ah nahdhiyyin sebagai perintis, pelopor dan penggerak Islam Nusantara untuk menjaga meneguhkan spirit "hubbul wathon minal iman".
Dengan berkah rahmat Allah Subhanahu wata'alaa, spirit Cinta Tanah Air itu menggerakkan komitmen dan persaudaraan dalam bingkai ukhuwwah Islamiyah, ukhuwwah Wathoniyah dan ukhuwwah Insaniyah secara terpadu. Dengan prinsip dan asasi itulah NU menjaga dan merawat pilar kesepakatan berbangsa dan bernegara yaitu : PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945).
Semakin terbukanya tatanan dunia baru di era globalisasi, dunia seakan tanpa batas, menembus batas negara, bangsa, wilayah bahkan desa. Kehidupan desa pun membentuk  "a global village", desa global.
Kehidupan masyarakat pun saling terhubung dan tersambung secara langsung (online) dan memasuki budaya digital, baik kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan lainnya. Hingga system transaksi dan interaksi pun berlangsung secara otomatis dan tanpa batas waktu maupun wilayah. Perkembangan globalisasi dan digitalisasi tersebut mempengaruhi tata nilai, etika, moral dan pandangan kehidupan masyarakat antar bangsa dan negara yang dapat menimbulkan efek atau pengaruh positif maupun negatif.
Dalam konteks itulah, PBNU secara kelembagaan merintis dan mendirikan Pondok Pesantren Annahdloh Padamulya  di Kuningan Jawa Barat, Indonesia, untuk menjadi penggerak dan sekaligus penyedia layanan bagi para santri jamm'iyyah NU yang memfokuskan pada Program Santri Preneur dan Santri Diplomat. Melalui Pesantren tersebut, para alumni pesantren, atau Pasca Santri diberikan pengembangan dan penguatan Pendidikan dan Keterampilan di bidang Entrepreneurship (Wirausaha) dan Diplomasi (Juru Dakwah Wasathiyah berstandar global) dalam waktu terbatas, baik dalam wawasan keaswajaan, keindonesiaan, keterampilan Bahasa Arab maupun English (sebagai prioritas), serta keterampilan kerja sesuai dengan kebutuhan di dalam maupun di luar negeri.