Mohon tunggu...
Munawar Ali
Munawar Ali Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya hanya seorang dokter jaga puskesmas di sebuah kecamatan yang bernama Kembang Tanjong. Kecamatan ini berjarak sekitar 130 km dari ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

F aksi = -F reaksi

18 Maret 2011   05:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:41 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Banyak hal dalam hidup yang belum terbantahkan -minimal sampai hari ini. Sebutlah hukum ketiga Newton tentang aksi reaksi. Saya bukan ahli mekanika atau matematika, apalagi ilmuwan yang bisa menjabarkan dengan gamblang turunan dari rumus dan teori rumit yang dikemukakan oleh Newton berabad-abad yang lalu. Saya juga tidak akan berbicara tentang ilmu fisika, yang saya coba bicarakan hanyalah hal sederhana tentang menerjemahkan rumus ketiga Newton tersebut dalam keseharian kita.

Pasal I : tentang berhubungan dengan manusia.

Banyak yang hari ini berkeluh kesah bahkan menitikkan air mata, dengan raut muka yang sedih mereka mengakui bahwa banyak teman dan kerabat terdekat mereka mulai menjauhi mereka satu persatu.

Teori dasar dalam berhubungan dengan manusia -sebagaimana yang pernah dipaparkan oleh Dale Carnegie-adalah "Perlakukanlah orang lain, seperti kamu ingin di perlakukan oleh orang lain". Saya melihat korelasi yang jelas antara pesan moral yang disampaikan oleh Dale Carnegie tersebut dengan dengan hukum ketiga newton, bahwa "apa yang hari ini akan kita berikan kepada orang lain adalah sama dengan apa yang akan orang lain lakukan pada diri kita juga suatu hari nanti".

Jika hari ini kita mengeluh bahwa semua orang menjauhi kita, bearti ada yang salah dalam diri kita. Tak perlu sedu sedan dan menyalahkan banyak orang, hal paling sederhana dan masuk akal yang bisa kita lakukan hanyalah instropeksi diri. Bahwa ada yang masih kurang sebenarnya dalam diri kita, bahwa kita tidak memperlakukan orang lain dengan layak, bahwa kita hanya bisa menempatkan posisi orang lain dengan baik saat kita memiliki kepentingan dengannya, dan bahwa kita bukanlah orang yang tepat untuk diajak menagis dan berbagi, adalah benar adanya.

Saya bukan orang yang terlalu hebat tatkala berurusan dengan manusia. Tapi ada satu hal sederhana yang saya coba praktikan saat berhubungan dengan manusia. Buatlah orang lain senyaman yang mereka inginkan, kelak mereka juga akan membuat hidup kita menjadi nyaman, senyaman yang kita pula inginkan. Begitu juga sebaliknya, jika yang ada dalam diri kita hanya rasa dendam dan pura-pura, maka persiapkanlah diri kita untuk banyak hal buruk dan kepalsuan yang akan kita terima dari banyak orang.

Yang patut kita catat dalam proses berhubungan dengan manusia adalah, kita tidak hanya sedang berhubungan dengan seonggok daging yang membalut tulang, tapi kita juga sedang berhubungan dengan nafsu dan iblis yang ada dalam diri mereka.

Akan tetap ada segelintir orang yang akan memperlakukan kita dengan buruk untuk hal baik yang telah kita beri, tapi janganlah berputus asa, karena "mungkin" saat itu kita tidak sedang berhubungan dengan seonggok daging, anggap sahaja kita sedang berhubungan dengan nafsu jahatnya dan kita sedang berjudi untuk mencoba menaklukkan iblis yang ada dan terus menaunginya.

Pasal II : tentang berhubungan dengan alam

Imanuel Kant pernah mengatakan bahwa manusia adalah satu-satunya mahkluk rasional yang ada di bumi ini, karenanya manusia di perbolehkan secara moral untuk menggunakan sumber daya makhluk non rasional lainnya untuk mencapai suatu  tatanan dunia yang lebih rasional.

Lagi-lagi saya melihat sebuah benang merah yang menjalin pemikiran Imanuel Kant dengan apa yang diutarakan oleh Newton, bahwa bila kita mengunakan pemikiran yang bijak dan rasional dalam mengelola alam, maka kita juga akan menerima dampak yang baik dalam kehidupan kita. Dan bila kita dengan rakus dan tamak memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar kita, maka bersiaplah akan hal-hal irrasional yang akan alam berikan kepada kita.

Masih terngiang diingatan saya tentang banyak banjir bandang yang menerjang daerah-daerah di indonesia beberapa tahun terakhir. Dan yang tercatat memakan korban jiwa yang begitu banyak sebut saja Wasior, Bukit Lawang, dan yang terbaru Tangse -Aceh.

Disaat kita sudah dengan begitu rakusnya menebang hutan, membuka lahan -yang mungkin tidak akan pernah kita garap, dan dengan membabibutanya mengerus tanah -yang belum tentu juga benar kabarnya mengandung emas dan mineral berharga lain- maka bersiap-siaplah dengan apa yang akan kita terima dari alam nantinya.

Tanah yang telah terkikis, hutan yang telah gundul, daerah aliran sungai yang mulai abrasi -karena ketidakmampuannya lagi menyerap air, akan membuat alam menjadi murka. Jangan salahkan alam yang memperlakukan kita dengan kejam. Ingat-ingatlah apa yang sudah kita lakukan, ingat-ingatlahlah pula apa yang pernah Newton katakan, bahwa apa yang alam berikan pada kita hari ini adalah buah dari apa yang sebelumnya telah kita lakukan padanya berwaktu-waktu yang lalu.

Saya masih ingat ucapan Arne Naess -seorang filsuf yang sangat mencintai alam- bertahun yang lalu, bahwa krisis lingkungan yang kita alami sekarang ini hanya bisa kita atasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan prilaku manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah pola hidup atau gaya hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang per orang tetapi budaya masyarakat secara keseluruhan untuk membuat alam kembali ramah dengan kita.

Saya kira, semua dari kita masih ingin melihat adanya kunang-kunang terbang mengitari rumah kita malam nanti, kita juga masih ingin melihat sungai-sungai jernih yang didalamnya berenang banyak ikan bercorak rupa, kita juga pasti masih ingin menghirup udara yang bersih dan melihat matahari tetap bersinar tanpa terselubung asap kotor yang mengepul dari pabrik-pabrik yang besar. Tapi semua hal itu tak bisa terjadi dengan "binsalabin abrakadabra", butuh pemberian energi positif ke alam untuk membuat alam akan mengembalikan energi positifnya kembali ke kita dan anak cucu kita.

Sulit memang untuk melakukan perubahan, terlebih yang menyangkut dengan perilaku yang sudah membudaya di daerah setempat. Tapi saya yakin, tak ada yang tak masuk akal dan mustahil bisa kita lakukan, selama kita berkemauan maka jalan yang lebar akan terus membentang ke depan dalam jarak pandang yang bisa kita lalui.

Pasal III : tentang berhubungan dengan Tuhan

Saya bukan orang yang begitu religius, tapi saya masih begitu yakin akan eksistensi Tuhan dalam keseharian kita. Masih terasa bergetar saat saya mulai berbicara tentang Ia dan kebesaran-nya. Getaran yang semoga saja akan terus ada dan bersemanyam pada diri kita semua.

Mulailah mencintai manusia yang lain, dan mulailah mencintai alam dan sekitar kita, karena dengan mencintai ciptaan-Nya lah kita kita bisa terus mencintai Penciptanya. Jika kitatidak bisa mencintai manusia dan alam yang dapat kita lihat, Bagaimana kita bisa mencintai Tuhanyang takpernah kita lihat. Dan semoga semua nikmat Tuhan selalu menyertai kita semua, Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun