Mohon tunggu...
Munawar Ali
Munawar Ali Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya hanya seorang dokter jaga puskesmas di sebuah kecamatan yang bernama Kembang Tanjong. Kecamatan ini berjarak sekitar 130 km dari ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

F aksi = -F reaksi

18 Maret 2011   05:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:41 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih terngiang diingatan saya tentang banyak banjir bandang yang menerjang daerah-daerah di indonesia beberapa tahun terakhir. Dan yang tercatat memakan korban jiwa yang begitu banyak sebut saja Wasior, Bukit Lawang, dan yang terbaru Tangse -Aceh.

Disaat kita sudah dengan begitu rakusnya menebang hutan, membuka lahan -yang mungkin tidak akan pernah kita garap, dan dengan membabibutanya mengerus tanah -yang belum tentu juga benar kabarnya mengandung emas dan mineral berharga lain- maka bersiap-siaplah dengan apa yang akan kita terima dari alam nantinya.

Tanah yang telah terkikis, hutan yang telah gundul, daerah aliran sungai yang mulai abrasi -karena ketidakmampuannya lagi menyerap air, akan membuat alam menjadi murka. Jangan salahkan alam yang memperlakukan kita dengan kejam. Ingat-ingatlah apa yang sudah kita lakukan, ingat-ingatlahlah pula apa yang pernah Newton katakan, bahwa apa yang alam berikan pada kita hari ini adalah buah dari apa yang sebelumnya telah kita lakukan padanya berwaktu-waktu yang lalu.

Saya masih ingat ucapan Arne Naess -seorang filsuf yang sangat mencintai alam- bertahun yang lalu, bahwa krisis lingkungan yang kita alami sekarang ini hanya bisa kita atasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan prilaku manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah pola hidup atau gaya hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang per orang tetapi budaya masyarakat secara keseluruhan untuk membuat alam kembali ramah dengan kita.

Saya kira, semua dari kita masih ingin melihat adanya kunang-kunang terbang mengitari rumah kita malam nanti, kita juga masih ingin melihat sungai-sungai jernih yang didalamnya berenang banyak ikan bercorak rupa, kita juga pasti masih ingin menghirup udara yang bersih dan melihat matahari tetap bersinar tanpa terselubung asap kotor yang mengepul dari pabrik-pabrik yang besar. Tapi semua hal itu tak bisa terjadi dengan "binsalabin abrakadabra", butuh pemberian energi positif ke alam untuk membuat alam akan mengembalikan energi positifnya kembali ke kita dan anak cucu kita.

Sulit memang untuk melakukan perubahan, terlebih yang menyangkut dengan perilaku yang sudah membudaya di daerah setempat. Tapi saya yakin, tak ada yang tak masuk akal dan mustahil bisa kita lakukan, selama kita berkemauan maka jalan yang lebar akan terus membentang ke depan dalam jarak pandang yang bisa kita lalui.

Pasal III : tentang berhubungan dengan Tuhan

Saya bukan orang yang begitu religius, tapi saya masih begitu yakin akan eksistensi Tuhan dalam keseharian kita. Masih terasa bergetar saat saya mulai berbicara tentang Ia dan kebesaran-nya. Getaran yang semoga saja akan terus ada dan bersemanyam pada diri kita semua.

Mulailah mencintai manusia yang lain, dan mulailah mencintai alam dan sekitar kita, karena dengan mencintai ciptaan-Nya lah kita kita bisa terus mencintai Penciptanya. Jika kitatidak bisa mencintai manusia dan alam yang dapat kita lihat, Bagaimana kita bisa mencintai Tuhanyang takpernah kita lihat. Dan semoga semua nikmat Tuhan selalu menyertai kita semua, Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun