Mohon tunggu...
akhid rifki
akhid rifki Mohon Tunggu... -

Orang bodoh yang ingin mencari ilmu yang berkah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Andai Polisi Berpatroli seperti Serial TV CHiP's

26 Oktober 2012   14:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:22 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era 80 an, ketika saya masih bersekolah SD, salah satu serial TV yang sangat saya sukai di satu-satunya channel TV saat itu yaitu TVRI  adalah CHiP's (California Highway Patrol) yang dibintangi oleh Erik Estrada. Waktu itu saya suka segala sesuatu yang berbau mobil lah, dan serial ini banyak menyajikan adegan kejar-kejaran dan tabrakan mobil yang sangat seru. Serial ini memang sungguh terkenal sampai-sampai Warkop DKI membuat film parodinya. Serial TV itu menggambarkan kerja keras setiap hari pasangan polisi yang berpratoli di ibukota negara California (Sacramento, ya..). Mereka menghentikan mobil yang melanggar aturan lalu lintas, mengejar penjahat yang mengebut, menjaga kelancaran lalu lintas dan lainnya. Pokoknya mereka bekerja sebagai polisi patroli yang baik dan bersungguh-sungguh. Para pelanggar lalu lintas dan penjahat takut kepada mereka. Saya, sekarang tinggal di Binjai, sebuah kota satelit dari ibukota Sumatera Utara, Medan. Belum lama memang, baru 2 tahun. Dalam keseharian, saya tentu saya tak lepas dari dunia lalu lintas, baik di Kota Binjai sendiri maupun Kota Medan. Awal-awal jadi orang Medan dan sekitarnya memang saya cukup shok dengan kondisi lalu lintas di sini, utamanya masalah etika para pengguna jalan. Rumor bahwa lampu merah tidak berlaku di sini memang sebagian besar benar adanya. Parkir atau berhenti sembarangan, belok tanpa memberi lampu sein, kendaraan yang tak lengkap, dan tentu tak lupa mengebut sembarangan. Dalam perasaan saya, para pengendara di sini sangat tidak mempedulikan kepentingan para pengguna jalan lainnya dan mengambil tindakan karena untung-untungan atau nekat saja. Ada pengalaman pribadi ketika saya berhenti di persimpangan karena lampu masih merah, saya justru diklakson berkali-kali oleh mobil-mobil di belakang saya karena saya menghalangi mereka. Dan Pak Polisi atau Bu Polwan? Memang ada. Tapi saya tak mengerti kenapa seolah taji mereka hanya ada ketika menggelar operasi razia saja. Itupun masih ada pelecehan karena ketika para pengguna jalan tahu ada razia polisi, maka mereka akan berhenti sejenak beberapa ratus meter dari lokasi razia menunggu razia selesai. Bukan satu dua yang seperti itu, tapi banyak sekali, bahkan kadang sampai berekor panjang sekali sampai seratusan kendaraan. Dan lucunya, ada di dua arah. Saya tak habis pikir, bagaimana mungkin sebanyak itu orang dan kendaraan yang memiliki kelengkapan kendaraan. Ironisnya, pak polisi itu seperti diam saja melihat fenomena seperti itu, yang jelas-jelas mereka pasti melihat, dan hanya mencegat dan memeriksa kendaraan yang melewati titik razia saja. Selebihnya, di persimpangan atau di manapun yang ada pos polisinya, sepanjang polisi tidak nampak bersiaga, maka para pelanggar lalu lintas bersliweran dengan tenangnya di depan mereka. Tanpa rasa takut, saya rasa. Semrawut dan lebih berlaku hukum rimba. Memang saya melihat satu dua pelanggar tertangkap dan ditindak. Tapi kok tak ada efek sedikitpun kepada pengendara lainnya. Saya melihat, kesemrawutan ini ya karena ada latar belakang tabiat masyarakat sini yang serba tergesa-gesa, kurang sabaran dan maunya menang sendiri (menurut pengalaman saya loh). Tetapi sebenarnya itu tidak menjadi masalah ketika penegakan aturan benar-benar dilaksanakan. Para pelanggar dihukum. Kualifikasi pengendara (permohonan SIM) diperketat. Dan kuncinya ya mbok ada polisi patroli keliling-keliling gitu loh. Saya lihat polisi-polisi lalu lintas hanya terlihat ramai-ramai keluar sarang di pagi hari dan sore hari saat jam-jam padat lalu lintas. Tapi selain waktu itu pada kemana ya mereka? Saya membayangkan seandainya mereka ada jadwal berpratoli, lalu menindak para pelanggar yang ditemui di jalan, alangkah hebatnya mereka. Saya membayangkan bisa ketemu para "CHiP's"  seperti di serial TV yang menghentikan mobil karena lampu remnya menyala sebelah, sepeda motor yang kaca spionnya cuma satu, atau angkot yang berhenti tidak pada tempatnya. Mungkin saya kurang informasi bahwa mereka sudah melaksanakan itu tapi tidak bisa efektif karena keterbatasan sumber daya. Tapi kalau terus-menerus bertahun-tahun hal ini berlangsung terus, lalu apa gunanya ada mereka ya, selain mengatur lalu lintas pagi dan sore doang? Dan bukan kah sekarang sudah ada remunerasi untuk mereka? Konsekuensi dari remunerasi kan adanya peningkatan kinerja atau bahkan modernisasi sistem kerja. Saya belum melihat itu, tidak seperti yang terjadi di Kementerian Keuangan misalnya. Mohon maaf pak Polisi, tapi ini benar-benar karena saya sudah jemu dengan perilaku para pengendara di daerah sini khususnya yang sama sekali tak meletakkan etika dan peraturan lalu lintas sebagai landasannya. Dan polisi sebagai bhayangkara yang menjaganya hanya seperti boneka yang dilecehkan dan dipermainkan oleh mereka dengan berbagai gaya dan cara. Saya kok malah jadi kasihan dengan sampeyan pak Polisi karena tak ada dignity selain ketika berazia. Dan saya lihat pendekatan kemanusiaan dengan himbauan-himbauan dan peringatan-peringatan sudah tak ada kesaktiannya lagi. Harus dengan tindakan. Tentu saja saya tidak mungkin mengajari bagaimana caranya karena saya yakin di pendidikan kepolisian dan di penentu strategi kebijakan semua sudah dipikirkan. Belum lagi negara ini negara yang masih belajar berdemokrasi dan berkembang dengan begitu kompleks permasalahan politik dan sosial ekonomi, yang tentunya mempengaruhi kinerja setiap komponen bangsa ini termasuk korps kepolisian. Tapi itulah, saya pikir sudah saatnya mengembalikan lagi pak polisi sebagai polisi yang sesungguhnya. Seperti dulu. Yang dia berdiri di pinggir jalan saja sudah membuat ciut nyali pelanggar lalu lintas. Yang membuat para pelanggar yang tertangkap tak berkutik selain pasrah ditilang dan membayar denda yang seharusnya. Sekali lagi, jika dulu saya hanya melihat serial TV CHiP's tentang patroli lalu lintas, saya cuma ingin mengajukan usulan kepada pak polisi agar apa yang saya kagumi di serial TV itu bisa terwujud di kota ini, atau di negeri ini, dan saya ingin pak polisi menjadi orang yang paling disegani, seperti di serial TV itu. Semoga bukan hanya jadi impian saya saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun