Seseorang yang melakukan ritual ziarah akan membenarkan atau menjelaskan bahwa tindakan melakukan ziarah itu selalu dilakukan dengan cara yang sama dan perilaku yang demikian merupakan suatu kebiasaan baginya. Biasanya kebiasaan-kebiasaan tersebut akan didukung oleh kelompok masyarakat lainnya untuk melestarikan suatu tradisi, yaitu tradisi yang sudah lama ada dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena sejak jaman Rasulullah, tindakan mendatangi makam untuk berziarah telah banyak dilakukan.Â
Walaupun ziarah pada zaman dulu dilarang, tetapi masih banyak masyarakat yang melakukan ziarah. Pada masa modern seperti saat ini tradisi ziarah masih banyak dilakukan oleh masyarakat dan banyak mempercayai bahwa makam atau kuburan adalah tempat yang dikeramatkan oleh banyak masyarakat, terlebih lagi jika makam tersebut adalah makam dari seorang waliyullah, yaitu makam orang-orang shaleh.
Ketika peziarah melakukan tindakan bersuci, yaitu dengan mengambil air wudhu setelah itu berdo’a kemudian dilanjutkan dengan berdzikir maka hal tersebut masuk ke dalam tindakan rasional yang berorientasi pada nilai. Hal ini dikarenakan ritual berdoa dan berdzikir termasuk ke dalam tindakan yang religious. Berdo’a dan berdzikir adalah suatu tindakan yang memiliki nilai akhir yang non rasional jika berdo’a dipanjatkan atau dilakukan dengan tujuan selain ibadah karena hanya berdasarkan pada emosi dan tidak memiliki pertimbangan yang logis. Akan tetapi masyarakat berziarah dan melakukan tindakan ini secara sadar dengan tujuan yang jelas bahwa berdo’a dan berdzikir adalah suatu ibadah yang akan mendatangkan pahala dari Allah SWT.
Dalam.berziarah, ada penaburan bunga setiap malam jumat pada makam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas seperti yang dijelaskan oleh Pak Salim. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa tindakan dengan menabur bunga di atas makam dan menyalakan bukhur adalah tindakan afektif. Hal ini karena tindakan tersebut tidak rasional. Tindakan ini hanya sebagai suatu tanggapan yang secara otomatis didapatkan dari rangsangan luar. Tindakan ini dilakukan karena peziarah masih mempercayai terhadap suatu hal seperti ini yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Sama halnya dengan tindakan membawa air ke dalam makam dan ditaruh di dekat makam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas kemudian air tersebut dibuka dan didoakan. Tindakan ini tidaklah rasional karena tidak ada pertimbangan-pertimbangan yang logis. Hal ini didasarkan pada peziarah yang terlihat membawa air dan meyakini bahwa air tersebut membawa keberkahan.
Adapun peziarah yang datang kemakam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas semata-mata hanya untuk melihat-lihat atau memenuhi rasa ingin tahunya, maka tindakan ini termasuk ke dalam tindakan rasional.
Dari Teori Weber juga terdapat tindakan tradisional, yaitu masyarakat berziarah karena sudah  turun temurun dari kakek nenek moyangnya dan dilanjutkan oleh keturunan dan anak cucunya. Banyak juga para peziarah yang memaknai tindakan berziarah sebagai sarana mereka mendekatkan diri pada agama, tetapi ada pula yang memaknai tindakan berziarah kubur pada makam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas untuk mempermudah urusan hidup dan permasalahan hidup yang sedang dialaminya, seperti yang disebutkan dalam wawancara bersama Bu Lia selaku pengunjung makam. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masyarakan berziarah dengan berdo’a dan juga meminta hajat agar keinginannya bisa tercapai. Mereka memiliki latar belakang atau motivasi yang mendorong para peziarah melakukan tindakan tersebut. Peziarah tersebut ada yang berdoa untuk hajat dan keinginannya supaya tercapai, ada juga yang berdoa dan menjalankan sunnah Rasul dan banyak dari peziarah lainnya yang datang melakukan ziarah kubur untuk berdoa kepada Allah SWT, dengan berwasilah kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas seperti yang disampaikan oleh Pak Faiz sebagai Pengunjung makam. Dari hasil wawancara tersebut, dapat memperkuat penjelasan bahwa ziarah ke makam keramat selain berdoa juga meminta keberkahan. Kemudian masyarakat luar daerah yang turut hadir dalam ritual, kebanyakan datang untuk melihat prosesi ritual yang dilakukan karena memang daya tarik ritual tersebut sangat besar, dapat menarik perhatian masyarakat, bahkan luar daerah untuk menyaksikan ritual setahun sekali tersebut.
2.Perilaku Masyarakat Ziarah ke Makam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas dalam Teori  Motivasi Abraham Maslow
Selanjutnya, dalam berziarah kubur, tentu ada motivasi yang mendorong individu atau kelompok untuk melakukan ziarah. Motivasi yaitu dorongan dalam melakukan suatu kebiasaan atau aktivitas. Dalam berziarah ke Makam keramat, Motivasi masyarakat berziarah tentunya sangat beragam, seperti yang telah dipapakan yaitu dalam mewawancarai pengunjung, banyak sekali persamaan dan perbedaan menziarahi makam tersebut.
Jika motivasi para peziarah tersebut dikaitkan dengan teori hierarki kebutuhan dari Maslow, dapat diketahui dari hasil penelitian bahwa masyarakat yang berziarah juga memiliki kebutuhan yang beragam yang masuk ke dalam kebutuhan ego. Masyarakat yang datang untuk berziarah memiliki kebutuhan untuk mencapai derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya. Manusia berusaha mencapai prestisi, reputasi dan status yang lebih baik. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhn yang telah dipenuhi memberi motivasi. Jika suatu kebutuhan telah mencapai puncaknya, maka kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Dengan kata lain motivasi seseorang hanya jika jenjang sebelumnya terpenuhi. Manusia memiliki ego yang kuat untuk bisa mencapai prestasi yang lebih baik untuk dirinya maupun lebih baik dari orang lain. Karena masyarakat yang datang memiliki Kebutuhan untuk mencapai derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya.
Dengan demikian, ketika melakukan ziarah merasa bahwa ziarah tersebut belum memberikan suatu manfaat bagi peziarah, maka ritual ziarah akan terus-menerus dilakukan sampai peziarah merasakan kepuasan yang dirasakan terhadap tindakan ziarah yang sudah dilakukan.
Berziarah juga tentu ada hikmahnya, bahwa hikmah dari berziarah yaitu merasa tenang, tentram dan juga bertabarruk, yaitu bisa diartikan mengharapkan berkah dari Allah SWT melalui orang-orang yang dekat dan dicintai-Nya, sehingga ziarah kubur pada poin ini dikhususkan pada berziarah kepada orang-orang yang sholeh, para ulama, dan para waliyullah, selanjutnya salah satu jalan dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, adalah dengan mendekati orang-orang sholeh, para ulama, dan para waliyullah. Sehingga, setidaknya kita bisa lebih sedikit sadar bahwa kehidupan di dunia tidaklah kekal, sedangkan kehidupan setelah di dunia adalah permulaan kehidupan yang abadi.
Jadi, Keberadaan makam keramat Empang Bogor (Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas) adalah suatu makam yang dikeramatkan oleh sejumlah masyarakat dikarenakan makam tersebut adalah makam orang yang mulia dan seorang waliyullah. Makam keramat sudah menjadi  tradisi ziarah makam oleh semua masyarakat dan sudah menjadi tradisi yang diwariskan oleh orang-orang terdahulu. Masyarakat juga meyakini dengan adanya makam keramat ini, bisa memberikan dampak yang positif seperti keinginan cepat terkabul juga menyelesaikan permasalahan hidup yang sedang di alami.
Peziarah yang datang mempunyai hajat agar senantiasa diberikan keberkahan dan dapat dijauhkan dari hal-hal yang tidak baik, kemudian sesorang dalam bertindak, tidak sekedar berperilaku sesuai alur. Akan tetapi, orang bertindak didasari oleh motivasi yang membuat sesorang bergerak. Peziarah yang ingin melakukan ziarah kubur dilatar belakangi oleh perbedaan latar belakang atau motivasi, yaitu mereka berwasilah menjadikan Habib sebagai perantara dalam berdo’a agar mudah dikabulkan, mencari keberhasilan dan keberkahan, mendapatkan pahala dan ingin diakui juga ingin mempertahankan tradisi keluarga.