Lobet
karya : Munamilatul Khanifah
Kalau saja aku bisa melawan arus ,membolak balikkan waktu dan keadaan. Akan aku putar kembali kendangan indah masa silam. Astaghfirullah....Akupun menjerit merintih pedih,tapi sungguh tak berdaya. Hanya bisa memandangi adikku yang masih setia merawatku. Dikala ketidak berdayaan puisi hatipun terukir. Goresan demi goresan mengalunkan nada nada sembilu. Antara sadar dan tidak sadar , akupun tertawa cekikikan sendiri.
"Kakak Cantik, makanlah. Kak...Ini masakanku yang paling enak!...Hemm...Yammii...Adekmu ini paling ahli dalam menghidangkan masakan kesulaan kakak tercinta. Ayo makan kak!. " Sambil berusaha membujukku untuk segera makan, Adekkupun membaca doa doa serta bersholawat nabi. Tenang terasa hati mendengarnya . Semua berharap akan kesembuhanku.Semua berharap untuk hal yang terbaik atasku. Tapi maaf aku sedang Lobet.
Hari hari terus berlalu.Aku hanya bisa memandangi beberapa anggota tubuhku ini. Tetapi sebenarnya aku sedang mencari sesuatu yang hilang entah kemana dan itu apa ?. Ku tanya pada rembulan ataupun bintang yang berkeliaran digelapnya malam. Aku yakin tidak ada jawaban. Seperti hari hari yang lain. Hanya wajah adekku yang bisa kupandang dengan baik. Aku sedang tidak baik baik saja bila diperlakukan seperti binatang. Aku marah pada siapa?....Jiwaku sedang sakit, tetapi hati ini sedang menanti. Suatu hari nanti apa yang terbayang disebuah mimpi disitulah harapan mendekat lalu mengisi.Ruang -ruang sepi akan berganti, mengatur posisi juga memberi arti. Bahwa aku tidak sendiri. seperti doa doa yang terdengar untukku Renungan kalbu keridhoan illahi robbi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H