Sedangkan ibu, beliau sepertinya sudah terbawa kebiasaan, tidak bisa hanya berdiam saja di rumah. Ada saja yang dilakukannya untuk menghasilkan uang. Meskipun saya sudah melarang dan mengiming-imingi ibu dengan belanja bulanan yang besarnya lebih besar dari pendapatan dia berjualan, tetap saja ibu tidak mau menerimanya.Â
Kalo aku berhenti dagang itu tandanya aku sudah sakit. Sementara, aku ini masih sehat, masih kuat. Berlomba berhitung dengan kau pun aku masih berani. Masih bagus ingatanku. Jadi janganlah kau paksa-paksa aku untuk berhenti jualan. Tak mau aku.Â
Begitu keras kepalanya ibu dengan tawaran yang selalu saya ajukan. Kalau di paksa sedikit, amarahnya akan keluar. Dan kalau sudah begitu, biasanya saya akan mundur teratur. Tidak kuat saya melihat amarahnya.Â
Jujur saja, penolakan ibu atas bantuan yang saya tawarkan memercikkan kekecewaan dan kesedihan yang dalam di hati saya. Bagaimana pun sebagai anak yang sudah mandiri secara finansial, saya ingin ibu juga ikut merasakan apa yang saya rasakan. Saya ingin ibu menikmati hasil jerih payah saya selama bekerja. Begitu juga dengan adik saya.Â
Meski kondisi tubuhnya masih sama seperti yang dulu, jarang sakit tapi saya dan adik saya tetap khawatir. Ibu sudah tua dan pasti kondisi tubuhnya tidak sekuat dulu lagi. Garis-garis wajahnya mulai jelas berkerut. Kulit tangannya mengisut.Â
Melihat ibu yang dengan tegas menolak tawaran untuk beristirahat dari kegiatan berdagang, saya dan adik pun berdiskusi panjang lebar. Kami mencoba mencari solusi apa yang paling tepat untuk bisa menjaga ibu dengan tidak melarangnya berjualan. Sebab ibu adalah aset paling berharga dalam hidup kami. Perjuangan dan pengorbanan yang sekian lama diberikannya kepada kami berdua memang tidak akan pernah bisa terbalas dengan materi sebanyak apapun.Â
Apalagi ini, ibu sama sekali menolak bantuan materi yang kami tawarkan.Â
Lama kami berdiskusi, mencari apa hal terbaik yang akan kami berikan kepada ibu sebagai bentuk perhatian kami, kedua anaknya. Hingga akhirnya di tengah diskusi, saya mencetuskan ide untuk memberikan ibu proteksi diri, berupa asuransi kesehatan. Dengan memiliki asuransi sendiri bisa dipastikan kami bisa tetap menjaga ibu tanpa melarang hobi berjualannya. Adik saya setuju.Â
Dan setelah membandingkan berbagai macam jenis asuransi, pilihan kami pun jatuh kepada.....Â
Sun Medical Platinum
Ada banyak hal kenapa kami lebih mempercayai Sun Medical Platinum dibanding jenis asuransi lainnya untuk menjaga ibu. Diantaranya :
1. Manfaat kesehatan ditanggung hingga usia 88 tahun.Â
Kami berdua percaya bahwa ibu sebisa mungkin akan lama berada disisi kami. Karena itu tidak ada lain di fikiran kami berdua selain menjaga dan menjamin kesehatan ibu sampai usia maksimalnya. Dengan menggunakan Sun Medical Platinum, setidaknya kami juga berdoa dan berharap semoga kelak ibu kami bisa mencapai usia 88 tahun.