Aku dan lelaki kita...
Entah ini hari yang keberapa aku tidak tahu lagi caranya untuk menyisir rapi rambut hitamku ini. Begitu juga dengan cara memejamkan mata untuk mendapatkan apa yang orang bilang tidur nyenyak. Yang kuingat semuanya terjadi begitu saja ketika lelaki, yang kusebut sebagai pacar itu, meninggalkanku dan memilih pindah ke lain hati. Sebut saja lelaki itu, lelaki kita.
Sebelumnya, kalian boleh memanggilku siapa saja. Aku sebenarnya tidak penting. Jadi, kurasa namaku pun tidak penting untuk aku sebutkan dalam kisah ini. Lagian setelah sekian lama setelah aku lupa cara menyisir rapi rambut indahku dan tidak tahu cara memejamkan mata, aku pun sebenarnya tidak tahu siapa namaku. Yang kutahu mereka, teman-teman dan tetanggaku sering menyebutl sebuah kata dan kurasa mereka memanggil namaku.
Aku dalam kisah ini akan bercerita tentang cinta. Yah, sebuah kata yang jika aku menyebutnya harus dengan sekuat tenaga. Aku harus melawan debar kuat jantung yang begitu menghujam untuk menyebut kata itu. Kata yang membuatku bingung untuk membedakannya dengan sepi. Kamu pasti bingung juga, kok cinta susah dibedakan dengan sepi, bukan???
Kusarankan kepadamu untuk menyimpan rapat kebingungan itu sampai semuanya selesai kukisahkan dalam kisahku ini.
Cinta, pertama kali kukenal kata ini hampir tujuh tahun yang lalu. Aku diperkenalkannya oleh seorang lelaki. Seorang lelaki yang sekali lagi dalam kisah ini kita panggil saja lelaki kita. Lelaki yang begitu baiknya menurutku mengenalkanku tentang cinta, mencintai dan dicintai. Aku tidak pernah merasakan perasaan yang begitu indahnya ketika bersamanya. Kemana-kemana selalu bersama. Semua teman-temanku dan tetangga-tetangga kamarku menganugerahi kami gelar romeo juliet jaman sekarang. Tanpa kumengerti apakah mereka tahu akhir cerita romeo-juliet dalam berbagai kisah jaman dulu itu. Atau jangan-jangan mereka memang mengingikan kami, aku dan lelaki kita akan berakhir seperti kisah romeo-juliet itu.
Untuk diketahui aku begitu mencintai lelaki kita ini. Aku akan merasa kesepian jika dia tidak disampingku. Pun jika dia tidak disampingku aku selalu berusaha mengetahui lelaki kita ini sedang dimana, bersama siapa dan lagi berbuat apa. Aku rajin menelpon dia. Mengirimkan pesan singkat kepada dia.
Kamu boleh tidak percaya kalau dalam inbox hapeku semuanya penuh terisi pesan-pesan singkat dari lelaki kita ini. Aku begitu senang ketika aku mengirim pesan singkat dan lelaki kita ini segera membalasnya. Aku rela menghapus pesan-pesan dari yang selain lelaki kita ini hanya untuk menyimpan pesan-pesan singkat darinya.
Aku bahkan punya hobi baru jikalau lelaki kita ini tidak sempat meninabobokan aku sebelum tidur dengan cerita-cerita hariannya yang begitu banyak. Aku selalu membaca ulang pesan-pesan singkat itu sampainya aku tertidur sendiri.
Aku begitu cinta sama lelaki kita ini. Sepertinya aku sudah tidak bisa hidup tanpa dia. Aku begitu bergantung sama dia. Sampai suatu hari dia memutuskan untuk meninggalkanku lewan pesan singkat. Alasanya simpel, dia atau lelaki kita ini tidak percaya kalau aku begitu mencintainya. Lelaki kita ini merasa kalau kehadirannya selama ini disisiku hanya sebagai pengusir sepiku saja. Lelaki kita ini takut jikalau suatu saat ketika dia sudah tidak bisa lagi berada disisiku aku akan menjadi gila. Lelaki kita ini ingin memberiku pelajaran untuk tidak bergantung pada orang lain selain diriku. Mulia nian niat lelaki kita ini, bukan???
Setelah kepergian lelaki kita ini setiap hari kuisi dengan membaca ulang pesan-pesan singkat yang sengaja kusimpan selama kami dalam pemahamanku saling mencintai. Kamu boleh ragu dan tidak percaya kalau aku katakan bahwa semua pesan singkat yang dikirimkan lelaki kita ini mulai dari ketika dia menyatakan cintanya padaku, ketika kami misalnya bertengkar sampai sesaat sebelum dia memutuskan hubungan kami. Hanya satu pesan singkatnya yang terhapus atau sengaja kuhapus. Kamu pasti bisa menebaknya, kan???