Mohon tunggu...
Muna UktupiatulFauziah
Muna UktupiatulFauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

a beautiful day begins with a beautiful mindset

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perjalanan Politik Terlama: Masa Presiden Soeharto

7 Mei 2022   22:28 Diperbarui: 12 Mei 2022   11:39 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Soeharto merupakan Presiden terlama yang menjabat selama 32 tahun dari tahun 1967-1998, dan pada masa kepemimpinannya disebut dengan orba atau Orde Baru. Presiden Soeharto lahir di Desa Kemusu, Godean, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921. Karier Soeharto dalam bidang militer terbilang cukup panjang beliau pernah menempuh pendidikan umum di SD Ongko Loro di Kemusu (1929-1931), Sekolah Rakyat di Wonogiri (1931-1935), SMP Yogyakarta (1935-1939), dan SMA C di Semarang (1956). Adapun dengan pendidikan militernya Soeharto menempuh di Pendidikan Dasar Militer KNIL (1940), Sekolah Kader Kopral (1940), Sekolah Kader Sersan (1941), Sekolah Perwira Tjudancho (1944), dan Kursus C-2 (1956).

Munculnya kepemimpinan Soeharto pasca Peristiwa Gerakan 30 September dapat dikatakan sebagai pahlawan. Soeharto hadir dalam situasi dengan membawa perubahan dari bidang politik ke bidang ekonomi. Karena ketika Soeharto menjadi Presiden itu di sebabkan adanya pengkultusan dari presiden Soekarno, kekuasaan diktator, pengabaian pembangunan, dan tuntutan situasi yaitu tuntutan yang penuh revolusioner dan konflik politik.

Dengan hadirnya Soeharto tersebut Program pembangunan tersebut mendapat dukungan kalangan luas di Indonesia yang telah jemu mengalami keadaan yang serba revolusioner yang juga serba hipokrit. Dukungan ini juga diperoleh dari dunia internasional karena mereka berkepentingan akan kemajuan Indonesia sehingga dapat menjadi mitra dagang yang baik (Suryohadiprojo, 1991:879). Soeharto secara hati-hati dan terencana telah membangun Indonesia yang sama sekali baru. Hanya saja, Indonesia baru yang diciptakan melalui tahap-tahap pembangunan terencana itu justru menghasilkan kekuatan baru yang menginginkan reformasi total. 

Menurut hasil tulisan karya Soempeno (2008), Elson memuji, bahwa begitu besar yang telah dicapainya sehingga kerusakan karena krisis keuangan tahun 1997 sampai tahun 1998 hanya sedikit yang berpengaruh kepada keseluruhan rekornya. Tidak usah diragukan lagi bahwa warisan terbesar Presiden Soeharto adalah pertumbuhan ekonomi yang luar biasa yang dihasilkan pemerintahannya.

Sebelum jatuhnya Soeharto, ia mengalami krisis ekonomi yang gejalanya mulai terlihat pada bulan Mei 1997, banyak pihak mulai terbuka menunjuk pada praktik-praktik monopoli, proteksionisme, kolusi, dan nepotisme sebagai akar penyebabnya. Struktur perekonomian dikatakan sebagai perekonomian yang rapuh dan tidak kukuh serta tidak mencerminkan demokratisasi ekonomi, intervensi kebijakan yang salah arah, regulasi yang tidak tepat, monopoli, proteksionisme yang bercampur subsidi, serta industri yang tidak efisien dan merugi. Akibatnya terjadi kerusuhan dan amuk massa sebagai akibat implementasi kebijakan yang disyaratkan itu, menjadi pintu berikutnya untuk meminta lebih jauh, yakni melakukan reformasi politik termasuk meminta Soeharto mundur dari jabatannya. 

Mahasiswa ikut serta dalam melakukan aksi dan demonstrasi sebagai respons terhadap situasi sosial, politik dan budaya yang mereka hadapi, menyuarakan hal yang sama. Mereka tidak hanya mempersiapkan peran yang mempunyai signifikansi politik, tetapi sekaligus menempatkan diri sebagai agen perubah sosial. Mahasiswa juga menuntut dan menghendaki Presiden Soeharto mundur dari jabatannya selain tuntutan reformasi ekonomi dan politik.

Pada tanggal 11 Maret 1998, Soeharto diambil sumpahnya untuk kembali menjabat untuk masa bakti 1998-2003. Di dalam kesempatan itu, Presiden Soeharto sempat mengatakan bahwa lima tahun nanti, ia akan sampaikan pertanggungjawaban. Entah itu sebuah perkiraan, janji atau kepercayaan diri, yang kemudian tidak pernah terpenuhi, karena ia harus menyatakan berhenti kurang dari 80 hari saja dari masa jabatan yang seharusnya diselesaikannya. 

Presiden Soeharto merespons tuntutan reformasi itu dengan mengatakan bahwa reformasi bukan sesuatu yang baru. Reformasi sudah dilaksanakan sejak proklamasi kemerdekaan bahkan sepanjang jalannya Republik ini.


Di dalam pidato pengunduran diri Presiden Soeharto menyatakan, "Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini Kamis 21 Mei 1998."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun