Mohon tunggu...
Siti Mutiah
Siti Mutiah Mohon Tunggu... Lainnya - Mumut

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadhan dan Ujian Pandemi

3 Mei 2020   21:28 Diperbarui: 3 Mei 2020   21:24 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Jika boleh berpendapat, kesemua itu adalah dinamika kehidupan kita di dunia. Di satu sisi banyak yang tergelincir karena cenderung menyibukkan diri dengan dunia, di sisi lain ada yang cermat meneliti secara mendalam terkait apa itu dunia dan gejal-gejalanya. Oleh karena itu bukan permasalahan bagaimana dan di mana ibadahnya, tetapi bagaimana setiap ibadah menjadi perjalanan tadabburnya.

     Imam Ali karamallahuwajhah mengatakan bahwa telah kutalak tiga kau (dunia). Tetapi Ia juga menegaskan bahwa di dunia inilah tempat mencari pengetahuan dan hikmah bagi orang-orang yang ingin meraihnya.

Pada akhirnya baik ibadah di rumah ataupun ibadah di mana saja akan kembali pada bagaimana sikap dan kesadaran manusianya. Setiap problem pasti ada solusinya. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Tuhan, "Inna maa al usry yusra".

Bahwa setiap kesulitan pasti dibersamai dengan kemudahan. 

     Falsafah jawa mengatakan,( masih banyak mudahnya ketimbang kesulitannya). Oleh sebab itu pandemi ini menjadi jalan kesadaran terkait puasa dan isolasi diri. Puasa berarti menahan, sedangkan mengisolasi diri adalah memberi batasan pada diri terkait dengan hal-hal yang bersifat kecenderungan nafsunya. Menjaga pola pikirnya, membangun kesadarannya, merekontruksi niat dan orientasinya, adalah bagian dari pola isolasi yang seharusnya.

      Karena bisa jadi, pandemi ini adalah proses mengubah kebiasaan manusia, jika akhirnya bersamaan dengan ibadah puasa maka titik temunya adalah pelajaran untuk mengolah kembali pola sikap dan pikirnya. Jika kebiasaan lalu adalah kecenderungan yang bersifat bias, maka sejauh dengan pemahaman baru perihal pola mawas diri, tentu kita telah sampai pada kehidupan yang normal seimbang dan sejajar.

Tidak terlalu takutpun tidak terlalu berani dalam menghadapi pandemi. Karena pada dasarnya pandemi juga menjadi bagian dari apa yang diberikan Tuhan kepada manusia, lebih-lebih sebagai bahan untuk merenung dan berpikir secara mendalam. Semoga Tuhan menolong kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun