Mohon tunggu...
dhuL.idhuL
dhuL.idhuL Mohon Tunggu... with all of my heart, do the best for Him.... -

Masih mengumpulkan berbagai novel, masih menyukai warna hijau dan sedang belajar menulis di sela-sela menikmati hidup pemberianNya :) Intinya, saya sedang bersyukur !

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Tentang Kita dan Kami

23 Februari 2016   08:57 Diperbarui: 20 April 2016   14:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian orang, guru Bahasa Indonesia adalah guru yang “biasa” saja karena bagi para siswa (sebenarnya ini hanya stigma saja) pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang “mudah”. Iya dong mudah, kita tidak belajar pun pasti kita bisa mengerjakan kok jika ujian tiba. Bahasa Indonesia memang terlihat sederhana namun, sebenarnya Bahasa Indonesia adalah bahasa yang rumit karena kompleksitas kosakatanya jika dibandingkan dengan bahasa Inggris. Salah seorang teman, dia freshgraduated dari sebuah Universitas Negeri terkemuka di Surabaya dengan predikat cumlaude memilih mengabdikan diri sebagai guru Bahasa Indonesia di salah satu SMA swasta di Kota Pahlawan ini. Menurut ceritanya, awal dia menjadi guru di sekolah itu, setiap hari kerjaan dia bertambah satu yaitu menangis karena dia kesulitan mengajar mata pelajaran yang dia ampu, Bahasa Indonesia. Dia senantiasa mencari cara supaya Bahasa Indonesia menarik di mata para siswanya, supaya siswanya bisa belajar dengan baik dan menganggap dia sebagai guru yang pantas untuk menjadi rekan dalam pembelajaran yang ada. Dia menggunakan gambar, menggunakan gitar dan berbagai kreatifitas lainnya dalam metode mengajar siswa-siswinya yang akhirnya berbuah manis. Semakin hari dia semakin bisa membuat anak-anak jatuh cinta pada pelajaran Bahasa Indonesia dan dengan dirinya. Kisah ini merupakan gambaran penegasan bahwa Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah namun rumit nan sulit. 

Nah lho !

Dulu saya sering menyepelakan pelajaran ini, namun sekarang saya bersyukur kalau sekarang saya bisa menyadari pentingnya memperhatikan Bahasa Indonesia ketika bersekolah. Fenomena sekarang ini, baik di kehidupan yang dekat dengan kita, di tengah pergaulan teman, kerabat dan keluarga juga di beberapa tontonan televisi, sinetron, kuis (sudah jarang sih), entertainment, gossip, ajang mencari bakat (yang jelas maupun yang tidak jelas) saya sering mengernyitkan dahi ketika mendengar apa yang dikatakan oleh para public figure atau beberapa teman dan kenalan saya itu. Bukan tentang isi pembicaraannya, kalimat-kalimatnya, namun tentang hal yang sepele yaitu tentang kata kita dan kami. Seringkali, saya menemukan penggunaan kata kita dan kami yang kurang tepat. Contoh: Seorang Dosen bertanya kepada satu kelompok mahasiswanya. D: kapan kalian akan mengumpulkan tugas essay ke saya? M: iya Pak, kita akan segera menyerahkan tugasnya ke bapak. Ada lagi sepasang selebritis yang diwawancarai oleh wartawan. W: apa rencana kalian untuk hubungan ini selanjutnya? S: ya kita sudah memikirkan dan merencanakan untuk menikah.

Duh, mendengar jawaban-jawaban itu rasanya telinga saya gatel hehehehe, bukan ngejek sih hanya bertanya-tanya saja. Sejak SD sampai dengan SMA atau bahkan kuliah apa ya memang nggak ngerti tentang kata tersebut. Hal ini membuat saya mencoba untuk mengecek lebih lanjut tentang kata kita dan kami entah dalam Bahasa Indonesia ataupun di beberapa bahasa asing. Melalui google translate saya mencari padanan kata kita dan kami dalam beberapa bahasa dan hasilnya adalah noi (Italia), ons (Belanda), uns (Jerman),nous (Perancis), nós (Portugis dan we (Inggris). Dalam beberapa bahasa asing ini terlihat bahwa kata kita dan kami hanya, memiliki satu padanan kata saja sehingga hal ini tentunya berbeda dengan bahasa Indonesia. Dari hal tersebut saya mencoba mencari di Kamus Besar Bahasa Indonesia Online untuk arti katakami yang memiliki arti: pronominal persona jamak, yang berbicara bersama dengan orang lain (tidak termasuk yang diajak bicara) sedangkan katakita adalah pronomina persona pertama jamak, yang berbicara bersama dengan orang lain (termasuk yang diajak bicara). Dari sini sudah terlihat secara jelas bahwa katakami dan kita sama-sama kata ganti orang pertama jamak. Bedanya kalau kata kami merujuk pada subyek namun tidak termasuk lawan bicara / pendengar / pembaca sedangkan kita merujuk pada subyek dan termasuk lawan bicara / pendengar / pembaca. Oleh karena itu, dua contoh percakapan yang saya sampaikan tadi bisa kita ubah supaya tidak hanya sesuai maksud si penjawab namun juga maksud dari tata bahasa Indonesia. Contoh: Seorang Dosen bertanya kepada satu kelompok mahasiswanya. D: kapan kalian akan mengumpulkan tugas essay ke saya? M: iya Pak, kami akan segera menyerahkan tugasnya ke bapak. Ada lagi sepasang selebritis yang diwawancarai oleh wartawan. W: apa rencana kalian untuk hubungan ini selanjutnya? S: ya, kami sudah memikirkan dan merencanakan untuk menikah.

Dalam bahasa Indonesia, terdapat kata ganti orang yang digunakan untuk mengganti kata yang mewakili orang dalam sebuah kalimat dan paragraf tertentu. Kata ganti orang terbagi kembali ke dalam tiga sub bagian yaitu kata ganti orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga.

1. Kata Ganti Orang Pertama
Kata ganti orang pertama tunggal: aku, saya, daku, ku
Kata ganti orang pertama jamak: kami, kita
2. Kata Ganti Orang Kedua
Kata ganti orang kedua tunggal: kamu, anda, engkau, kau, dikau, mu
Kata ganti orang kedua jamak: kalian, kamu sekalian
3. Kata Ganti Orang Ketiga
Kata ganti orang ketiga tunggal: dia, beliau, ia, -nya
Kata ganti orang ketiga jamak: mereka

Kata kami dan kita masuk pada bagian kata ganti orang pertama jamak. Meskipun kelihatannya sama namun ternyata penggunaannya berbeda. Kesalahan beberapa pihak dalam penggunaan kata kami dan kita bisa terjadi karena beberapa faktor, misalnnya: karena mengikuti bahasa inggris yang memang memiliki kata yang sama untuk kata kami maupun kita, bisa juga karena pengaruh bahasa betawi yang menggunakan kata kite untuk mewakili kata kami juga kata kita, dan yang lebih utama kemungkinan karena kurangnya setiap pihak dalam memahami maksud dua kata tersebut. Hal yang sepele memang, jika dibandingkan dengan topik LGBT akhir-akhir ini, namun jika bukan kita siapa lagi yang akan memperhatikan bahasa Ibu kita ini, siapa yang akan peduli dengan bahasa Indonesia? Bagi para pendidik, tentunya ini menjadiPR tersendiri guna mengedukasi para pelajar di negeri ini supaya mereka tidak hanya menyenangi bahasa Indonesia namun juga memperhatikan dan memahami, bahkan untuk hal yang sepele seperti kata kita dan kata kami.

Saya di sini bukan bermaksud menggurui siapapun, namun bukankah kita sama-sama mengaku bahwa kita mencintai Indonesia? Mencintai berarti juga menghargai dengan senantiasa bersedia belajar memahami.

Salam dari kami: idhul, seprai merah, jarit si mbah dan nyamuk-nyamuk,
-dhul-


Sumber:
http://kbbi.web.id/
http://www.kelasindonesia.com/2015/07/penjelasan-kata-ganti-dalam-bahasa-indonesia-lengkap.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun