Mengapa hujan selalu kau kaitkan dengan, lukamu?
Mengapa hujan selalu mengisi, dukamu?
Mengapa hujan selalu mengiringi, laramu?
Bukankah ada petani yang bersorak untuk padinya, karena hujan?
Bukankah ada cacing-cacing yang berjoget karena tanah basahnya, karena hujan?
Bukankah ada sungai yang riang ria karena aliran airnya, karena hujan?
Tidak cukupkah alasan itu untukmu, menerimanya?
Tidak cukupkah alasan itu untukmu, menghargainya?
Tidak cukupkah alasan itu untukmu, mencintainya?
Memang ada banjir, jika ia datang…
Memang ada longsor, jika ia datang…
Memang ada kekecewaan, jika ia datang…
Namun, ia juga membawa udara kesejukan…
Namun, ia juga membawa aroma kesegaran…
Namun, ia juga membawa hangat kedamaian…
Kapandhitan, bersama embun sisa hujan semalam,
-dhul-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H