Mohon tunggu...
Muammar Kha
Muammar Kha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memalukan! Upaya Menjatuhkan Integritas Sudirman Said dengan Berita Bohong

2 April 2018   15:31 Diperbarui: 2 April 2018   15:38 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Orang yang sedikit-dikit mencurigai ada konspirasi atau skenario gelap di balik pristiwa-pristiwa, orang seperti ini tidak mengerti indahnya kesederhanaan."

Berbagai cara dilayangkan oleh orang-orang yang tak kunjung menemukan celah untuk menjatuhkan integritas Sudirman Said. Mulai dari fitnah murtad, antek-antek asing, hingga otak atau bagian dari mafia besar di Republik Indonesia tercinta ini. Karena tidak menemukan cara untuk mendemoralisasi Sudirman Said, maka yang dibangun adalah narasi bermuatan fitnah dan pembodohan.

Narasi-narasi bermuatan fitnah dan pembodohan tersebut dibuat sedemikian rupa, dengan mengait-ngaitkan berbagai pristiwa yang sebenarnya tidak memiliki hubungan sama sekali, bahkan sangat tak masuk akal untuk dikait-kaitkan. Meski 100% hoax dan mengada-ngada, cara-cara seperti ini sangat digemari oleh kelompok lawan politik Sudirman Said. Dan orang pasti mengerti siapa dalam dibalik fitnah dan pembodohan seperti ini.

Mari kita bedah beberapa narasi cocokolgi yang dibuat untuk merusak citra Sudirman Said, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK);

Yang paling tak masuk akal adalah narasi yang mengait-ngaitkan peran Sudirman Said sebagai mantan ketua Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) dengan langkah Komisi Pemberantasan Korupsi dalam mengungkap berbagai kasus korupsi, termasuk KTP-Elektronik. MTI memang termasuk salah satu civil societyyang dulu mendorong pembentukan lembaga anti-rasuah, tapi tidak lantas membuat MTI punya kehebatan untuk mengatur KPK.

Selain dengan sistem pemilihan pimpinan dan pegawai KPK dan pengawasan yang sangat ketat, para pemimpin KPK juga dipilih teratur dalam priode tertentu. Artinya, sangat tidak masuk akal untuk menghubungkan peran MTI yang mendorong pembentukan KPK dengan keberadaan Agus Rahardjo sebagai pimpinan KPK saat ini. Upaya KPK menjaga independensinya juga sangat ketat. Bahkan ketika Menko Polhukam, Wiranto, meminta lembaga-lembaga hukum untuk sejenak menunda pemeriksaan terhadap para calon kepala daerah, hanya KPK yang tetap konsisten menjalankan tugasnya. Jika tokoh sekelas menteri koordinator tidak bisa mengatur-ngatur KPK, apalagi Sudirman Said yang hanya seorang mantan menteri.

Kalau ada yang mengatakan bahwa Sudirman Said punya kuasa memerintah KPK, misalnya mengusut Ganjar Pranowo dalam kasus korupsi E-KTP, orang seperti ini perlu segera memeriksa kondisi kejiwaannya. Pasalnya, Setya Novanto yang terkenal sangat licin dan punya jaringan luas mengaku bahwa tidak bisa menyuap para pegawai KPK. Dengan kata lain, terlalu susah dicerna tuduhan yang mengaitkan Sudirman Said, yang bukan siapa-siapa, punya kuasa terhadap KPK.

Kita perlu melawan tuduhan dan fitnah semacam ini, karena targetnya adalah bukan menjatuhkan satu orang, tapi lembaga penegak hukum yang paling dipercaya di negeri ini, yakni KPK. Fitnah dan pembodohan seperti ini adalah cara untuk melemahkan KPK, yang bertujuan agar kasus-kasus hukum yang melibatkan oknum-oknum tertentu bisa menguap begitu saja. Karena itu, fitnah dan pembodohan bahwa KPK dikuasai oleh kelompok tertentu harus dilawan bersama.

Fitnah dan pembodohan lainnya yang sangat tidak masuk akal adalah Sudirman Said juga yang menggerakkan Setya Novanto untuk menyebut beberapa nama dalam kasus korupsi E-KTP, termasuk nama Puan Maharani, Pramono Anung, dan Ganjar Pranowo. Fitnah memang diikuti oleh kajanggalan-kejanggalana, tapi fitnah ini adalah kejanggalan yang tidak bisa dipahami sama sekali.

Sudirman Said adalah sosok yang paling getol membongkar kasus-kasus yang melibatkan Setya Novanto, termasuk yang paling terkenal adalah skandal 'Papa Minta Saham' yang menggerkan Republik ini hingga memaksa Setnov harus mundur dari DPR. Lantas, dengan alasan apa Setnov harus mengikuti kehendak Sudirman Said yang sebelumnya menjadi lawannya.

Fitnah dan pembodohan seperti ini sangat jahat karena tujuannya bukan hanya menjatuhkan individu tapi menghancurkan lembaga hukum yang kredibel seperti KPK. Publik harus diingatkan bahwa ketika Sudirman Said membongkar persekongkolan para mafia di Petral dan kasus 'papa minta saham, ia difitnah, diserang, dan diancam dengan tembakan ke arah kantornya. Di sisi lain, sampai detik ini Reza Chalid yang menjadi teman Setya Novanto dalam rekaman 'papa minta saham' masih buron.

Fitnah yang dialamatkan kepada Sudirman Said dengan pristiwa-pristiwa yang dihubung-hubungkan tersebut memiliki kemiripan dengan apa yang dialami oleh Novel Baswedan.  Yakni, ketika Novel membongkar kasus E-KTP, ia difitnah bahkan diserang oeleh oknum-oknum berhati busuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun