Kekuasaan bisa menjadi baik, tapi juga dapat berubah menjadi kekuatan yang beringas dan menghancurkan. Bahkan, kekuasaan yang lahir dari rahim demokrasi sekalipun. Seperti Hitler yang menjadi diktator paling kejam dalam sejarah dunia modern justru lahir dari pemilihan demokratis.
Sebab itu, segenap elemen bangsa dan warga negara harus memiliki kesadaran bahwa setiap proses demokratisasi merupakan hajat segenap elemen bangsa dan warga negara itu sendiri. Artinya, ia bukan lah kepentingan perorangan atau kelompok kecil orang-orang. Maka dengan demikian, penguasa yang akan lahir dari setiap proses demokratisasi tersebut adalah sosok-sosok yang mewakili kepentingan dan harapan rakyat.
Di samping itu, seorang pemimpin juga harus menyadari bahwa kekuasaan yang mereka emban bukan semata-mata tanggungjawab administratif, melainkan tanggungjawab kemanusiaan yang diperintahkan oleh Tuhan. Sehingga segala bentuk pemerintahannya akan dijiwai oleh nilai-nilai kebaikan dan kepatuhan kepada Tuhan dan keberpihakan pada rakyat.
Inilah yang oleh Sudirman Said sebutkan sebagai kekuasaan itu diberikan oleh Tuhan untuk melayani dan berkhidmat pada kepentingan rakyat banyak. Sudirman Said memang sangat cemerlang ketika melihat kekuasaan bukan semata-mata persoalan administratif atau jabatan, melainkan sebagai refleksi dari wujud kesetiaan pada Tuhan.
Prinsip kekuasaan yang disebutkan oleh Sudirman Said tersebut merupakan kekuasaan yang dijiwai oleh semangat Pancasila, yakni terkandung dalam setiap bait butir-butir Pancasila tersebut. Inilah kekuasaan yang membawa pada terwujudnya kesejahtraan rakyat, menghadirkan pembangunan dan perubahan, serta melahirkan kebaikan bagi rakyat banyak.
Dalam pandangan Sudirman Said tentang kekuasaan seperti itu, maka kekuasaan itu hanya lah instrumen bagi orang-orang lurus. Dan ketika kekuasaan di pegang oleh orang-orang yang lurus, maka kekuasaan itu akan mengabdi para rakyat. Pemimpin juga akan menjalankan nilai-nilai kepatutan dan kewajaran dalam menjalankan kekuasaannya, sehingga penyimpangan dan penyelewangan kekuasaan tidak akan berkembang dalam mesin-mesin pemerintahan.
Sayangnya, kekuasaan seringkali hanya dilihat sebagai alat untuk menimbun harta dan pengaruh. Sehingga kekuasaan hanya mengabdi pada dan untuk dirinya sendiri. Inilah yang membuat korupsi menjamur di negeri ini. Ironis memang mengingat negeri ini menganut kepercayaan pada Tuhan yang terumuskan dalam ideologi dasarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H