Mohon tunggu...
vincent
vincent Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mobil Dinas: Ukuran Universitas Agar Terpandang???

5 November 2011   04:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:02 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya agak terkaget dan setengah tidak percaya saat membaca  kalimat sbb : "secara tidak langsung Unlam tidak dipandang sebelah mata. Universitas Palangka Raya saja Pembantu Rektornya mobil jenis sedan Camry." kata pembantu rektor III Unlam.  Bahkan ditambahkan pula bahwa Rektor itu sekelas Gubernur ( Banjarmasin Post 28 okt 2011). Pendapat itu dikemukakan saat menjelaskan alasan soal mobil dinas baru Fortuner untuk Rektor Universitas Lambung Mangkurat  Banjarmasin. Bagi saya pejabat sekelas Rektor mau naik mobil dnas apapun tidak ada masalah. Tapi  alasan yang disampaikan sang P R III sepertinya tidak mengena dan kurang logis.  Apa urusannya mobil dinas dengan terpandang atau tidaknya suatu lembaga pendidikan seperti uiverstas. Lagi pula pendapat itu dikemukakan orang  sekelas PR III bukan orang tidak pernah sekolah.

Bukankah sebuah lembaga pendidikan itu akan terpandang  tentulah   manakala outputnya adalah mahasiswa yang berprestasi hebat, kualitas hasil penelitian para dosennya mampu  menjawab tantangan masyarakat saat ini, dan pengabdian sosialnya sungguh  bermanfaat  bagi  masyarakat luas.  Jelas bukan soal berapa mewah mobil dinas pejabatnya.

Saya pikir memang zaman sekarang penilaian akan wibawa /prestasi suatu lembaga nampaknya tidak jelas. Orang cenderung terhanyut oleh kuatnya arus  budaya materialisme. Sehinga wajar tercetus pendapat seperti si PR III tersebut . Mobil dinas mewah lebih dipercaya  bisa memberi efek terpandang daripada apa sebenanya yang harus fokus dilakukan  universitas  agar  bisa menjadi terpandang. Semakin banyak orang percaya bahwa atribut yang mereka kenakan atau pakai lebih penting dari pada substansi yang dihasilkan oleh pemikirannya.

Dulu saya berpikir pola budaya materialisme ini hanya banyak melanda golongan kurang terdidik.  Namun dengan berita di atas saya jadi semakin prihatin. Lengkaplah sudah parahnya mental dan pola pikir para elite kita.  Ternyata  pejabat di bidang pendidikan pun sama saja.  Betapa budaya mengaggungkan pangkat, eselon dan jabatan serta fasilitasnya   sangat kuat dari pada  pemahaman dan pelaksanaan esensi pokok  jabatan tsb.

Kalaulah jabatan dianggap amanah maka orang pasti bisa lebih sadar diri dan banyak berserah pada pertolonganNYA. Manakala jabatan dimaknai sebagai ketiban anugerah maka  jabatan bisa diperlakukan sebagai sapi perah.

Salam amanah !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun