Mohon tunggu...
Mulyono Atmosiswartoputra
Mulyono Atmosiswartoputra Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan PNS

Belajar merangkai kata agar pelajaran tak hilang sia-sia.

Selanjutnya

Tutup

Music

Wangsalan dalam Lirik Lagu "Wuyung"

15 Januari 2024   00:04 Diperbarui: 20 Januari 2024   11:13 1848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Suatu hari, seorang teman dari salah satu grup WhatsApp berkirim vidio berupa lagu Jawa berjudul "Wuyung". Lagu ciptaan Ismanto ini dipopulerkan oleh Manthous yang kemudian sangat terkenal di kalangan penikmat lagu-lagu Jawa. Bahkan lagu yang menceritakan perasaan seseorang yang sedang jatuh cinta ini sempat dinyanyikan ulang oleh Didi Kempot, Sunyahni, dan masih banyak lagi, termasuk dinyanyikan oleh Shepin Misa yang vidionya dikirimkan oleh kawan tadi.

Seperti dinarasikan dalam lagu tersebut, sesakit-sakitnya rasa sakit itu tidak seperti orang yang sedang jatuh cinta. Betapa tidak, orang yang sedang jatuh cinta itu mau makan rasanya tak tertelan, mau bermain juga tak tenang. Apalagi jika berada di rumah, justru bertambah bingung.

Orang yang sedang jatuh cinta, rasanya hanya ingin melihat tambatan hati, duhai kekasihku. Apakah tidak kasihan? Lihatlah badanku yang kurus ini.

Klapa mudha (kelapa muda), legakanlah perasaanku yang sedang jatuh cinta. Witing pari (batang padi), agar sembuh sakit hatiku, duhai belahan jiwa.

Aduhai bunga (kiasan bagi perempuan pujaan hati), apakah tidak terasa, atau memang  tega? Mbalung janur (seperti tulang janur = lidi), berilah obat orang yang sedang jatuh cinta ini.

Itulah cerita yang terdapat dalam lagu "Wuyung".

Yang menarik dari lagu tersebut adalah bahwa Ismanto, sang pencipta lagu, memasukkan nilai sastra dalam syair lagu ciptaannya, berupa wangsalan. 

Sebelum membicarakan wangsalan yang terdapat dalam lagu tersebut, agar pembaca yang belum tahu secara lengkap lagu "Wuyung" yang sedang kita bicarakan, di bawah ini disampaikan liriknya yang saya tulis berdasarkan Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan.

   

WUYUNG

Laraning lara
Ora kaya wong kang nandhang wuyung
Mangan ra doyan
Ra jenak dolan

nang omah bingung

Mung kudu weruh
Woting ati dhuh kusuma ayu
Apa ra trenyuh
Sawangen iki awakku sing kuru

Klapa mudha, leganana nggonku nandhang branta
Witing pari, dimen mari nggonku lara ati
Adhuh nyawa

Dhuh, dhuh, kusuma
Apa ora krasa, apa pancen tega
Mbok mbalung janur
Paring usada mring kang nandhang wuyung

Reff :

Klapa mudha, leganana nggonku nandhang branta
Witing pari, dimen mari nggonku lara ati

Adhuh nyawa

Dhuh, dhuh, kusuma
Apa ora krasa, apa pancen tega
Mbok mbalung janur
Paring usada mring kang nandhang wuyung

Dari lirik lagu di atas, kita dapati kata "klapa mudha", "witing pari", dan "mbalung janur" yang tampaknya tidak ada hubungannya dengan kalimat berikutnya. Namun dalam kennyataannya, kata-kata tersebut justru memiliki hubungan yang erat dengan kalimat berikutnya. Kata "klapa mudha", "witing pari", dan "mbalung janur" memang sengaja dipakai sebagai tebakan yang jawabannya terdapat pada kalimat berikutnya. Inilah yang dalam sastra Jawa disebut dengan wangsalan. Dengan kata lain, wangsalan adalah kata atau kata-kata yang mirip tebakan dan memerlukan jawaban, sedangkan jawabannya berada di belakang wangsalan tadi. Jawaban tersebut terkadang berupa kata, tapi kadang-kadang berupa penggalan kata.

Mari kita bahas wangsalan yang ada dalam lagu "Wuyung" di atas.

Pada bait ketiga baris pertama kita menemukan kalimat, "Klapa mudha, leganana nggonku nandhang branta" (Klapa mudha, legakanlah perasaanku yang sedang jatuh cinta). Kata "klapa mudha" atau kelapa muda adalah wangsalan atau kata yang mirip tebakan. Dalam bahasa Jawa, klapa mudha atau kelapa muda, biasa disebut degan. Dari kata degan inilah lalu muncul kata "leganana" pada kalimat berikutnya sebagai jawaban atas tebakan klapa mudha alias degan. Jawaban ini didasarkan pada kemiripan bunyi "gan" pada kata degan dan leganana.

Masih pada bait ketiga, kita mendapati kalimat, "Witing pari, dimen mari nggonku lara ati" (Witing pari, agar sembuh sakit hatiku). Witing pari artinya batang padi. Kata ini merupakan kata yang mirip tebakan dan harus dijawab. Dalam bahasa Jawa, witing pari atau batang padi biasa disebut damen. Jawaban dari tebakan tersebut terdapat pada kata dimen yang memiliki kemiripan bunyi dengan damen, yakni bunyi "men".

Sementara pada bait keempat terdapat kalimat, "Mbok mbalung janur, paring usada mring kang nandhang wuyung" (Cobalah mbalung janur, berilah obat orang yang sedang jatuh cinta ini). Kata "mbalung janur" merupakan tebakan atau wangsalan yang jawabannya terdapat pada kalimat berikutnya. Mbalung janur artinya 'seperti tulang janur' atau lidi. Dalam bahasa Jawa, lidi disebut sada. Dari kata sada inilah lalu muncul kata usada sebagai jawaban atas tebakan tersebut. Kesamaannya pada bunyi "da".

Demikian, wangsalan yang terdapat pada lagu "Wuyung".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun