Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Norwegia Utara di Musim Gugur #12

15 Januari 2025   15:42 Diperbarui: 15 Januari 2025   15:45 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Lofoten

Pada mulanya sesuatu yang besar pasti berawal dari satu pemikiran, perenungan. Lalu diikuti tindakan - tindakan kecil. Pemikiranpun berkembang, aksi membesar. Kristalisasi, pola dan abstraksi terbentuk semakin nyata. Bertumbuh, berlanjut, berkembang dan bertumbuh lagi. Dan seterusnya.

Demikian juga yang terjadi dengan kepulauan Lofoten. Yang semula hanya desa nelayan di kepulauan terpencil sepi di Norwegia utara. Timbul satu pemikiran, entah oleh siapa atau pihak mana. Lofoten yang dianggap potensial sebagai tujuan wisata dikembangkan dan terus dikembangkan. Kini selain tetap fungsional sebagai kampung nelayan, Lofoten bertransformasi. Menjadi destinasi wisata kelas dunia, andalan baru turisme negeri Norwegia.

Lofoten adalah kepulauan dengan tujuh pulau besar. Membentang liar dan dramatis sepanjang 250 kilometeran.

Berupa gunung dan perbukitan batu menjulang - julang. Yang seolah - olah muncul misterius begitu saja dari kedalaman laut Norwegia. Berada di garis lingkaran artika, wisata Lofoten menyajikan panorama alam liar menantang. Penampakannya yang unik, saat menjelajah di sana kita seolah singgah di dunia yang lain.

Alam liar terpadu dengan desa - desa nelayan bercat mencolok warna warni berderet di sepanjang garis pantai kaki gunung, menghadirkan pengalaman visual tak biasa.

Walaupun dewasa ini Lofoten belum begitu ramai dibanding dengan tujuan wisata mainstream di barat daya Norway, namun setiap tahun kepulauan ini dikunjungi wisatawan dari seluruh penjuru dunia, semakin tahun kunjungan wisata semakin meningkat jumlahnya.

Memenuhi rasa penasaran karena melihat berbagai tayangan dan cerita tentang desa nelayan Lofoten, hari ini kami berdua bersama istri dan teman - teman rombongan tur akan mulai menjelajahi destinasi baru non main stream ini.

Berlelah - lelah, menempuh jarak puluhan ribu kilometer dari tanah air, menggunakan berbagai moda transportasi. Ingin menjadi saksi mata keindahan alam kreasi Tuhan, gunung dan pantai - pantai liar berpadu dengan kreasi karya manusia. Yakni jalanan panjang nan lengang dilingkungi alam mempesona, jembatan - jembatan unik penghubung pulau - pulau. Dan tentu saja desa - desa nelayan yang telah ada sejak ratusan bahkan mungkin ribuan tahun lalu.

Setelah sepanjang pagi menjelajah  Abisko National Park siang itu Michael, driver kami menghela bus putih. Membawa kami meneruskan pengembaraan menuju kepulauan Lofoten.

Dari Abisko kota kecil perbatasan Swedia - Norwegia di utara, bus meluncur ke selatan, merambah jalanan  lengang nan sayup. Akan menempuh perjalanan sekitar lima jam.

Meninggalkan Abisko, bus melewati wilayah yang seakan sudah memasuki musim dingin. Sepanjang mata memandang putih semata.
Walaupun sejatinya berdasar kalender, saat ini bumi utara masih berada di pertengahan musim gugur.

Melewati pos kecil perbatasan negara Swedia dan Norwegia, Michael hanya melapor dan membuat catatan kecil di pos itu. Tidak ada pemeriksaan paspor, walaupun hanya sekedar sampling. Sama ketika masuk ke Abisko kemarin, juga tidak ada pemeriksaan paspor.

Inilah salah satu cermin dari negara - negara bahagia. Memiliki rasa saling percaya terhadap sifat baik insan. Bahkan juga terhadap orang asing.

Meninggalkan pos perbatasan, sepanjang siang dan sore itu, kami merasai pengalaman perjalanan indah. Menikmati berbagai variasi panorama dua musim, musim dingin dan gugur.

Abisko Swedia, dokpri
Abisko Swedia, dokpri
Abisko, dokpri
Abisko, dokpri

Sungguh hari ini adalah A day to remember.

Meluncur di jalanan sepi tak begitu lebar. Kami seolah menyusuri tubuh ular yang sangat panjang. Meliuk - liuk, membelit dan menembus gunung. Menyisir danau dan laut.

Meninggalkan Swedia, masih di Norwegia Utara alam berselimut putih salju. Saat Natal masih jauh, namun nuansa alam di sini seolah tak sabar ingin segera menyongsong hari besar itu.

Menjelang sore warna putih di sekitar perlahan memudar. Bus mulai melewati jalanan bernuansa aneka warna autumn, meluncur di sela - sela bukit, tepi pantai. Pepohonan di kiri kanan seolah melaju berlawanan arah bermahkota dedaunan berwarna kuning, merah, coklat. Kami kembali berada di romansa alam musim gugur.

Jalanan mulus dan jembatan - jembatan penghubung tujuh pulau besar dan beberapa pulau kecil Lofoten ini konon baru diinisiasi tahun 2009.

Selanjutnya eksekusi visi Lofoten sebagai tujuan wisata baru gencar dilaksanakan konsisten dan berkelanjutan.

Setelah melewati dan menikmati sajian panorama menawan sejak dari Abisko sampai Lofoten, Jumat 16 Oktober 2024 lepas mahgrib kami sampai di kota Stamsun. Yang berada di salah satu pulau besar kepulauan ini.

Bus langsung menuju live Lofoten hotel yang berdiri kokoh di tepian pantai. Kami akan tinggal di hotel ini dua malam.
Turun dari bus, angin laut Norwegia berderu menyambut.

Merapatkan jaket, melawan terpaan angin dingin, kami menyeret koper - koper dan tas bawaan menuju lobi hotel.

Lofoten, dokpri
Lofoten, dokpri
Lofoten, dokpri
Lofoten, dokpri
bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun