Â
Percik lelatu wisata Toba tengah berpijar. Kemegahan dan keindahan alamnya menunggu diolah dan dikreasi agar semakin menyala.Dua ikon terbaru yang belum lama ini dilaunching, mestinya menjadi tambahan amunisi bagi pelaku wisata setempat ataupun nasional, untuk lebih mengobarkan gairah turisme klaster Toba ini.
Dua ikon baru itu, yakni patung Yesus raksasa di puncak bukit Sibea - bea. Patung Yesus bermateri semen berwarna putih, berulos karya insan marga Situmorang. Sangat tinggi menjulang di antara gugusan bukit menghadap danau.
Lalu yang kedua, dan belum lama diresmikan adalah jembatan merah yang menghubungkan Sumatera daratan dan pulau Samosir, jantung wisata Toba. Para pelancongan kini lebih dimudahkan untuk bertandang ke desa Tomok Samosir. Tidak harus dengan Ferry.
Barangkali benchmark terkemuka untuk kreasi - kreasi wisata unik dan menarik, adalah para kreator di Bandung, Yogya, Bali dll. Studi banding ke kota - kota seni itu pasti akan membawa manfaat besar bagi perkembangan turisme Toba.
Di plasa pandang resort kami terpesona mengagumi alam Toba. Setelah berfoto sepuasnya, dari ketinggian resort Loren kami rombongan Tur Medan - Toba meneruskan laku. Bus tiga perempat tunggangan meluncur melanjutkan perjalanan.
Menuruni jalan sempit berkelok, dengan sajian panorama menawan. Bukit - bukit, savana menghijau, hutan pinus. Permukaan danau Toba yang tenang selalu eksis mewarnai pemandangan.
Perjalanan dilingkungi sineri mempesona. Berupaya mata tak pejam.
Tiba di resto terapung Tongging tepi danau, kami makan siang.
Di atas panggung kayu, lahap kami menikmati sajian ikan, udang danau Toba. Dengan tangan telanjang memuluk nasi dan mencuwil ikan, sedap sekali maksi di tepi danau ini terasa.
Boleh tahan, ungkapan slank melayu Singapur untuk mengungkapkan makanan itu enak.