Yang perempuan menyanyi nyaring, diiringi permainan saxophone pasangannya membelah langit Chao.
Irama funky ala Dave Cos, dan nyanyian soul membahana menyibak udara. Kerumunan di dermaga berteriak mengacungkan tangan-tangan berhandphone ke arah kapal. Heboh. Energi menyebar, layaknya suasana konser Kahitna di Balai Sidang Senayan.
Rombongan kami berdua belas mendapat meja di dek atas. Tepat di depan panggung pertunjukan.
Chao Phraya dinner cruise selama 2 jam ini meliputi 3 agenda utama. Yakni makan malam prasmanan. Lalu yang kedua, menikmati panorama malam Bangkok di sepanjang sungai. Dan yang ketiga, terlibat dalam hiburan dari 2 entertainers handal itu.
Sajian makan malam adalah Thai dan Western food. Variasinya cukup beragam. Namun cita rasanya standar, tidak istimewa. Lidah tidak kaget bersensasi, gelombang nyuss tak kesampaian.
Lalu menikmati panorama malam, menawan. Setelah kapal berlayar tak berapa lama meninggalkan dermaga, di sebelah kiri terlihat megah dan tinggi Wat Arun. Kuil paling terkenal di Bangkok berwarna putih. Menjulang, mendominasi langit malam. Pengkuh dan anggun bermandikan sorotan sinar lampu, puncaknya tajam menusuk langit malam.
Kapal meneruskan laju, sejenak kemudian di sebelah kanan nampak terhampar komplek bangunan istana raja Thailand. Komplek yang disebut The Grand Palace yang menjadi hunian resmi raja-raja negeri gajah putih ini sejak abad 18, sampai sekarang.
Meneruskan cruise, kapalpun mendekati jembatan Rama yang menjadi kebanggaan Bangkok. Fasad jembatan yang mirip sisi piramida Mesir itu megah menjulang, mengangkangi sungai Phraya. Ditaburi lampu yang berderet, Rama tampil ikonik.
Kamera-kamera seluler para pelancongpun tak pelak berjepretan mengabadikan ikon itu. Kapal meluncur pelan, masuk dibawah kangkangan  jembatan Rama.