Pasar malam Cicada mengingatkan pada pasar seni Ancol di masa kejayaannya, dekade 80 an.
Pasar malam kebanggaan kota wisata Huahin ini cukup besar. Bersih, rapi dan artistik. Selain menyajikan gerai berbagai kulineran Thai food, Asia food, Japanese, West, Middle East, India dan berbagai makanan khas lainnya. Terdapat lapak - lapak seni, panggung Open air gaya modern yang sedang menggelar live music band. Juga panggung amphi theater. Tak ketinggalan beberapa gerai barang - barang bekas dan antik. Menjajakan beragam dagangan kuno penghias yang memikat, melengkapi daya tarik pasar malam Cicada.
Malam itu week end, Cicada ramai pengunjung. Semarak dengan tata lampu sorot dan lampu gantung unik di berbagai pepohonan. Tempat ini benar - benar me place.
Tempat yang asri. Kami para fun golfer berkeliling menikmati atmosfer rapi berseni ini. Sembari menandai beberapa lapak kuliner yang potensi nanti akan diampiri. Warung tom yam, pad thai, dan tentu saja ketan mangga sticky rice mango bersantan yang selalu nyuss. Kuliner thai incaran, yang pasti tak luput jadi serbuan.
Setelah nongkrong melihat para pelukis lokal beraksi. Menggurat kanvas dengan gambar abstrak multi makna berwarna - warni ngejreng, saya beranjak ke klaster barang antik.
Disitulah saya bersua masa kecil. Ya ketemu dagangan keramik kuno yang langsung terlihat bersinar di mata. Barang itu adalah teko maling keramik tak begitu besar. Berwarna dasar putih, berornamen dedaunan biru klasik.
Masa kecil, saat hampir setiap tahun sekali diajak nonton Sekaten di kota Solo, selalu tak lupa mengamati dagangan yang selalu ada. Yakni teko maling.
Teko wadah minuman teh, jahe atau kopi ini memang unik. Kala itu hampir setengah abad lalu, teko maling di sekaten berupa grabah. Yakni tembikar, lempung bakar berwarna merah terakora.
Uniknya, teko maling ini memiliki lobang pengisian di dasar atau pantatnya. Pegangan, tutup dan cucuknya standar. Sebagaimana teko biasa.
Teh diisikan lewat dasar lobang dengan menunggingkan teko. Setelah terisi dan teko ditaruh pada posisi normal, teh tidak tumpah. Inilah kenapa teko ini disebut teko maling.
Diharibaan teko ini, teh akan lama bertahan panas dan konon lebih berasa mantab meresap. Apalagi kalau di dalamnya dicampurkan bongkahan gula batu.
Ya begitulah, cinta pada pandangan pertama, teko maling biru itu harus jadi milik saya.
Melalui tawar menawar ringan, teko biru dan juga rantang keramik susun tiga itu berpindah kepemilikan. Dipacking rapi diserahkan ditukar beberapa ratus bath. Barang yang konon masing - masing berumur sekitar 100 tahun itu langsung memenuhi kompartemen kopor. Wah senangnya...
Banyan Tree Course
Tidak seperti kalau golf di Bangkok, harus bermobil 1 jam lebih baru sampai lapangan. Banyan Tree golf Huahin hanya ditempuh sekitar 15 menit dari hotel.
Pagi itu hari kedua, sampai di tempat, kita disuguhi penampakan bangunan utama club berarsitektur tradisional berpadu dengan tembok masif gaya modern. Bangunan beratap lancip, bergenteng merah yang menegaskan ke Thaiannya.
Hamparan lapangan hijau asri, rapi lembut menghampar menyejukan mata sampai kaki perbukitan.
Banyan tree adalah course golf andalan. Satu dari dua terbaik yang ada di Huahin.
Mulai tiop di hole 1, par 4. Hole ini memanjang mentok di bukit. Bendera yang tegak di green nampak dari tibok. Di depan green sisi kiri dijaga 3 pohon nyiur yang melambai tertiup angin sepoi pagi. Sebelah kanan dihadang semacam selokan kecil. Namun benteng itu berjarak 250 meteran dari tibok putih. Berempat sepenuh tenaga, kami embat dengan driver.
Sunyi pagi Banyan tree pecah dengan dentingan keras, benturan head club dan bola - bola warna warni.
Kami berteriak keras merayakan kegembiraan, juga kekecewaan.
Udara cerah, hawa sumuk mengawali game dan perjuangan hari ini.
Sebagaimana biasanya, permainan golf itu memicu endorfin, hormon kebahagiaan. Terkadang membuat kita euforia, besar hati, optimis karena pukulan dan sabetan yang enak dan pas. Tetapi seringkali juga mematahkan, karena permainan yang tidak karuan, ngawur, sembrono, emosi, tak perhitungan.
Namun hari ini, sepertinya 18 holes bakal berakhir hepi. Lantaran kita berlaga lapangan yang hijau, rapi, asri, terawat dan panoramik.
Lirik musik Dokpri, Banyan Course
berlanjut
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H