Bahkan Es dan Api akrab bersinergi, mempersembahkan panorama magis memesona
Iceland, atau Islandia adalah negeri Es dan Api. Walaupun nama resminya Iceland, namun konon sebenarnya lebih banyak unsur api yang terkandung di dalam perut buminya.
Negeri yang berada dalam kawasan kutub utara ini tinggal berjarak 250 an kilometer dari Greenland, titik paling utara bola dunia.
Berdasar survey World Happiness Index beberapa tahun terakhir ini, Islandia termasuk kelompok negeri paling bahagia di bumi.Â
Menjadi salah satu dari bucket list, destinasi yang mesti awak kunjungi sekali seumur hidup. Bukan jalaran prestasi indek kebahagiaan itu, tetapi lebih karena terpicu ingin menjelajahi alamnya yang konon sangat indah dan unik.
Semestinya tahun 2020 lalu berencana ke sana. Namun berhubung saat itu tuan Covid 19 lagi merajalela, maka baru musim panas 2023 ini pengembaraan ke negeri cantik itu terealisasi. Alhamdulillah.
Walau harus menempuh perjalanan sangat panjang, namun sepadan. Terbayar dengan life adventure yang kami alami. Menikmati suguhan panorama alamnya yang luar biasa.
Dengan Qatar Air, lewat tengah malam, kami 15 orang termasuk Sinyo mr tour leader, rombongan pelancongan Iceland terbang meninggalkan langit Jakarta yang benderang.
Melayang hampir 8 jam. Mengarungi gulita malam di ketinggian sekitar 3 km dari permukaan laut, burung besi raksasa ini segera mendarat di Doha, ibukota Qatar. Disambut panorama langit fajar gurun yang fantastis.Â
Dari jendela pesawat nampak langit Doha memerah. Mentari musim panas muncul bagai bola darah mulai menjalani penugasan hari ini.Â
Terlihat pesawat yang baru take off meninggalkan Doha melintas cepat ke timur. Bagai pesawat mainan kertas berlatar angkasa merah jingga membara. Berlintasan dengan pesawat kami melengkapi sineri amazing dini hari.
Transit sekitar 3 jam di bandara internasional Hamad. Bandara sangat luas dan modern. Kereta canggih transparan dan tanpa awak lalu lalang, menjadi penghubung. Mempercepat waktu tempuh antar terminal yang memiliki gerbang naik turun penumpang ratusan.
Sekitar pukul 6 pagi waktu Qatar, 4 jam lebih lambat dibanding WIB. Ruangan bandara seluas puluhan stadion bola itu telah sibuk dengan ribuan orang berbagai bangsa yang berseliweran bergegas, bak sibuknya barisan semut mencari makan.
Tak seorangpun terlihat bermasker. Covid rupanya telah enyah dari belahan bumi manapun, juga di sini. Penyebar horor itu barangkali telah bosan atau kenyang. Pergi entah kemana, setelah meninggalkan jutaan korban jiwa. Semoga Delta, Omicron dkknya tak kembali lagi.
Anak mbarep berpesan, kalau mampir Doha sempatkan kunjungi stadion - stadion bola indah dan megah tempat perhelatan piala dunia lalu.Â
Yah sebenarnya sangat ingin menjepreti struktur megah dan nyeni itu. Tapi mana mungkin, hanya transit saja stop over. Harus segera bergegas menyusur selasar menuju terminal untuk naik pesawat lain menuju Copenhagen Denmark.
Hanya membayangkan kembali laga final piala dunia lalu yang dahsyat. Antara Argentina dan Prancis. Duel Mbappe cs versus Messi cs yang berlangsung tegang, panjang dan sangat menghibur. Diakhiri kemenangan tipis tim biru putih Argentina, melalui adu finalti.
Pagi itu di gate keberangkatan dalam naungan struktur metal masif, siap terbang panjang ke utara. Kolaborasi Qatar dan Finlandia Air membuat rombongan harus naik pesawat FinAir, sekitar 7 jam ke Copenhagen.
Kalau dibanding - bandingkan, overall saat ini, Airline - airline dari timur tengah, baik Qatar, Emirate atau Ettihat ternyata lebih mentereng dibanding airline negara maju Eropa.Â
Finair, Luftansa, France Air, Almarhum KLM atau British Airways sekalipun. Baik dari segi tampilannya, interior design maupun servisnya.
Tapi apa mau dikata, sepanjang penerbangan kali ini kami akan dilayani para awak yang cakep, mancung dan pirang.
Matahari belum sepenggalah, FinAir take off meninggalkan Doha, mengangkasa ke barat daya.
Mestinya kalau terbang lurus ke utara waktu tempuh akan lebih cepat. Melintasi Arab Saudi, Kuwait namun saat mendekati langit Suriah, pesawat berbelok ke kiri. Rupanya pilot ogah melewatinya.
Barangkali saat ini Suriah masih berstatus zona berbahaya, penerbangan internasional tak mau ambil risiko melintasinya. Ngeri ketemu rudal nyasar.
Dari layar monitor di tempat duduk tercitra, pesawat melayang di atas terusan Suez. Melintasi langit Kairo, mengoyak angkasa Yunani. Dan terus melesat ke utara.
Melanglang langit pinggiran Sofia ibukota Bulgaria, para pramugari dan pramugara pirang mancung menyajikan sarapan.
Makanannya standar dari sisi penampilan, variasi maupun rasanya. Namun okelah, lumayan.
Burung besi berkapasitas 600 an penumpang ini menambah kecepatan. Menerobos deru angin kencang sangat dingin angkasa, ribuan meter di atas permukaan bumi.
Pesawat gronjalan beberapa waktu. Pramugari-pramugara senyum-senyum. Roman mukanya datar-datar saja. Seolah mau bilang ke para penumpang yang tegang, itu hanya goncangan kecil saja Om - Tan, no worry be happy.
Menyusur pinggiran angkasa Beograd atau Belgrade ibukota Serbia, pesawat terus melesat ke utara. Melewati Budapes, ibukota Hongaria, melintasi Praha Ceko, kami mendapat sajian makan siang.
Seperti saat sarapan. Sendok, garpu, pisau tipis berbahan kayu menyertai. Finlandia memang pejuang lingkungan, berusaha keras mengurangi segala perangkat bahan plastik. Lebih memilih material kayu yang bisa didaur ulang.
Setelah melintasi langit Berlin ibukota Jerman, pesawat mulai menerobos langit kerajaan Denmark. Negara tempat bangsa dan wangsa Viking dulu bermukim dan berkuasa.
Musim panas Denmark yang hangat menyambut kami para pelancong. Siang itu kami city tur singkat di kota Copenhagen.
Menyambangi little mermaid, salah satu ikon terkenal Denmark. Sosok ikan duyung berwajah wanita cantik yang duduk diatas batu di tepian perairan laut utara.Â
Patung dari kisah komik anak-anak karya Hans Christian Andersen itu mengingatkan masa kecil. Saat demen- demennya nyewa komik di perpustakaan Anda, kulon stasiun kota kecil kami.
Juga sejenak rombongan keluyuran di old town Copenhagen yang antik. Pusat kota tua yang kuno dan terawat itu sore itu meriah, ramai dan hangat.Kami menginap semalam di kota kerajaan ini. Esoknya rombongan terbang menuju Islandia.
Setelah tiga jam mengarungi langit kutub utara, akhirnya pesawat SAS, Skandinavian Air Service yang kami tumpangi mendarat di Keflavik. Bandara internasional Islandia.
Islandia adalah negeri magik. Konon alamnya masih lengang, terlihat sangat luas dan mencekam. Pulau kecil dengan 131 gunung berapi serta 11 ribu air terjun, ratusan glacier, dilingkungi padang savana yang luas. Berpenduduk hanya sekitar 350 ribu orang. Menyemburkan udara segar bebas polusi, serta memiliki variasi pesona alam luar biasa.
Satu minggu lebih kami akan menjelajahi negeri ini. Jaket dingin, sepatu nyaman, vitamin supplement dan tentu saja HP Samsung Notes 23 Ultra andalan telah disiapkan.Â
Alam Raya Islandia, I'm Coming.
Berlanjut...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H