Tapi apa mau dikata, sepanjang penerbangan kali ini kami akan dilayani para awak yang cakep, mancung dan pirang.
Matahari belum sepenggalah, FinAir take off meninggalkan Doha, mengangkasa ke barat daya.
Mestinya kalau terbang lurus ke utara waktu tempuh akan lebih cepat. Melintasi Arab Saudi, Kuwait namun saat mendekati langit Suriah, pesawat berbelok ke kiri. Rupanya pilot ogah melewatinya.
Barangkali saat ini Suriah masih berstatus zona berbahaya, penerbangan internasional tak mau ambil risiko melintasinya. Ngeri ketemu rudal nyasar.
Dari layar monitor di tempat duduk tercitra, pesawat melayang di atas terusan Suez. Melintasi langit Kairo, mengoyak angkasa Yunani. Dan terus melesat ke utara.
Melanglang langit pinggiran Sofia ibukota Bulgaria, para pramugari dan pramugara pirang mancung menyajikan sarapan.
Makanannya standar dari sisi penampilan, variasi maupun rasanya. Namun okelah, lumayan.
Burung besi berkapasitas 600 an penumpang ini menambah kecepatan. Menerobos deru angin kencang sangat dingin angkasa, ribuan meter di atas permukaan bumi.
Pesawat gronjalan beberapa waktu. Pramugari-pramugara senyum-senyum. Roman mukanya datar-datar saja. Seolah mau bilang ke para penumpang yang tegang, itu hanya goncangan kecil saja Om - Tan, no worry be happy.
Menyusur pinggiran angkasa Beograd atau Belgrade ibukota Serbia, pesawat terus melesat ke utara. Melewati Budapes, ibukota Hongaria, melintasi Praha Ceko, kami mendapat sajian makan siang.
Seperti saat sarapan. Sendok, garpu, pisau tipis berbahan kayu menyertai. Finlandia memang pejuang lingkungan, berusaha keras mengurangi segala perangkat bahan plastik. Lebih memilih material kayu yang bisa didaur ulang.