Dibalik jendela kaca, langit nampak kelabu. Musim gugur hampir tiba. Membayangkan dedaunan berwarna kuning kecoklatan. Bergoyang, lalu beterbangan luruh ke bumi. Autumn in Holland. Mestinya sangat berwarna dan romantis.
Franz mengantar kami berdua. Bagasi mobil penuh koper dan muatan. Ber daag - daag dengan Lise, mobil melaju meninggalkan rumah Rosmalen, kosan kami sebulan terakhir.
Sampai di tempat kursus bus pengantar ke Den Helder berwarna putih sudah nongkrong di pinggir halaman. Sebagian besar teman sudah hadir. Wajah - wajah setengah cerah, setengah muram.
Kami bertemu sosok seorang hollander totok. Yang akan menyertai, terkadang menghantui kami, nanti selama studi di Den Helder. Yaitu Mr Kalkman.
Mr Kalkman adalah administrator, ketua harian Academy dan sekaligus akan menjadi dosen Finance, Manajemen Keuangan. Sosok yang unik. Disiplin, tegas, sinis, sarkastis terkadang baik juga. Dosen yang ditakuti, disingkiri sekaligus harus dibaiki.
Dengan bus putih itu Mr Kalkman menyertai. Melawat dari Den Bosch Belanda tengah ke ke Den Helder, kota dingin di ujung utara Belanda.
Di sepanjang perjalanan, Mr Kalkman menjelaskan aturan main Academy, mata kuliah. Juga para calon dosen yang mantan pelaut, praktisi bisnis, lawyer, dosen dari universitas lain, juga dosen tamu dari institusi International. Seperti dari Bank Dunia, Masyarakat Ekonomi Eropa, dsb.
Nama nama meneer Van Den Bosch, Van Hoge, Hogkamer, Kluivert, Van Kettel dan yang lain - lain sebagai dosen. Tentu saja meneer Kalkman Himself sebagai dosen Finance.
Kami akan belajar Statistic, Economic, International Finance, Shipping, English Law, Maritime Law, Port Management, Marketing, Techno Economy dsb.
Mr Kalkman menjelaskan disertai humor - humor sarkastisnya mewarnai perjalanan kami ke utara. Â Sarkastis adalah ciri khasnya disetiap humor gelap yang disampaikan.
Perjalanan cukup panjang. Melewati pinggiran Amsterdam, terus ke utara. Kota produsen keju Alkmaar pun kami lewati. Angin bersiut lebih keras. Semakin mendekat Den Helder, kota para pensiunan marinir. Yang nantinya sebagian dari kami menyebutnya kota neraka, Den Helder jadi The Hell. Sebutan yang muncul sebagai cerminan saat kami dilanda resah risau dan galau. Lain kali kami menyebutnya sebagai kota damai, petualangan dan juga kota ujian.