Jepang mendapat giliran pertama. Minamino pemain AS Monaco dan pernah memperkuat Liverpool didapuk sebagai eksekutor perdana.
Ekspresi wajahnya tak nyaman. Mencerminkan rasa percaya diri yang menurun. Barangkali stres berlebihan memikul tanggung jawab begitu besar.
Tendangan Minamino seperti lamaran remaja lugu saat menembak pacarnya. Tanpa trik dan tipu daya serta mudah diduga. Lemah mengarah ke kiri gawang. Dengan mudah diblok Dominic Livakovic, kiper Kroasia yang malam itu menjadi pahlawan.
Selanjutnya kita tahu, Jepang takluk. Dari empat tembakan, hanya satu yang menghasilkan gol. Sedangkan empat eksekusi Kroasia hanya satu yang gagal.
Kroasia melaju ke 8 besar. Menantang raksasa Amerika Latin Brazil, yang sukses melumat Korsel.
Begitulah akhir cerita Jepang di piala dunia Qatar. Apa jalarannya?
Barangkali tim Jepang tidak mengantisipasi dan kurang dilatih dalam adu penalti.
Atau barangkali Dominic, kiper Kroasia memiliki indra ke enam. Bisa membaca pikiran lawan. Entahlah.
Di perhelatan akbar Qatar ini, Jepang telah menunjukan keheroannya menumbangkan para raksasa, dan kini gugur terhormat.
Langkahnya terhenti dan harus pulang kandang. Mesti berlatih dan menyiapkan diri lagi. Menyongsong gelaran akbar piala dunia 2026 mendatang.
Sayonara.