Demikian juga harapan besar publik bola tertumpu pada tim tiga Singa Inggris. Tempat lahirnya olah raga sepak bola dan pemangku liga bola paling populer di dunia, Liga Premier. Materi hebat dan usia rerata relatif muda skuad Inggris yang dimiliki saat ini adalah asa besar bagi negeri bola ini untuk mengulang sukses 56 tahun lalu. Saat tahun 1966 Inggris menjuarai piala dunia untuk yang pertama kali dan terakhir kalinya. Harry Kane kapten three Lions dkk pasti akan berjuang keras dan ngotot, rela meneteskan  keringat, air mata dan darah demi kesuksesan memboyong piala dunia yang kedua.
Analisis, ramalan kajian level pakar boleh ditebar. Namun bola tetaplah bundar dengan perilaku tak terduga. Dan disana, dewi Fortuna menaungi dan akan menebar teka - teki, anomali dan kejutan tak terduga. Yang akan membuat para pengamat dan publik ternganga tak percaya.
Kejutan Duel Awal Fase Grup
Tak selamanya yang kelihatannya lebih hebat, pintar dan kuat itu selalu menang. Pertandingan awal di fase grup mempertontonkan drama dan kejutan pahit bagi sebagian tim kandidat favorit juara.
Ketika Inggris garang melumat Iran 6 - 2, dan Spanyol perkasa mencukur Costa Rica 7 - 0, itu adalah hasil yang predictable. Sesuai amatan dan perkiraan para ahli maupun awam bola.
Namun saat Argentina bertekuk lutut dari tim Arab dan Jerman terpuruk ditangan Korsel, itu seolah menjadi kenyataan aneh dan anomali. Para ahli dan awam bola kecelik tak menduga.
Duel tim Tango versus tim petro dolar pada mulanya sangat gampang ditebak. Argentina bakal menang mudah dan pesta gol. Di menit 10, Messi sang kapten menjebol gawang tim hijau Arab Saudi. Memanfaatkan hadiah tendangan penalti.
Kemudian disusul 3 gol Argentina yang dianulir karena berbau off side, masing - masing 2 kali oleh Martinez dan 1 oleh Messi. Sampai akhir babak 1, pengamat optimis tim garis biru langit bakal memetik kemenangan dengan multi gol.
Namun di babak kedua, tim Saudi menjelma menjadi Singa Gurun yang ganas dan perkasa. Entah motivasi apa yang disuntikan pelatih di kala jeda. Adapula rumor yang beredar. Konon saat istirahat, raja Salman himself menelpon tim untuk mengobarkan semangat juang. Tilpon bertuah itu menggedor emosi dan membangkitkan energi kemenangan.
Kita telah melihat, di babak kedua Arab menggali neraka dan menyeret Argentina favorit juara ke dalamnya.
Menit 48 sampai dengan 53 adalah 5 menit yang membuat kiamat bagi Argentina. Singa Arab meraung, taring dan kuku tajam mencabik mencakar lawan. Tim Tango klenger.