Kala itu yang merajai, jawara musik bawah tanah adalah grup band antara lain Deep Purple, Led Zeppelin, Uriah Heep, Grand Funk Railroad, dsb. Gun n Roses, Metalica, Dream Theatre, White Snake, Bon Jovi belum lahir.
Masih teringat, kalau sekolah bubaran lebih awal karena kosong - kosong artinya guru yang seharusnya tugas mengajar sedang berhalangan -, kami beberapa teman sekelas ngumpul di rumah almarhum Agus Narjo, anaknya pak lurah.Â
Bersama Agus, Mulyatno, Ary Budi, Siswanto saya menikmati lagu - lagu keras itu. Yang mengalun melalui pita cassette jadul masa lalu.
Sejak itu hard rock menjadi klangenan. Sering pula membayangkan, diri ini membawakan lagu rock kencang di panggung.
Smoke On The Water, Highway Star, Black Dog, Some One, July Morning, Venus, Black Night, dsb menjadi lagu yang tak terlewatkan saat kami berkumpul.
Meskipun hard rock dari negeri Manca  begitu merasuk, namun kami juga mengikuti perkembangan grup musik dalam negeri.
Di awal 1970 an, blantika musik Indonesia memiliki beberapa jawara hard rock kampiun. Antara lain grup Rollies dari Bandung, AKA Surabaya. Dan Terncem, band rock kota Solo.
Masa SMP itu grup Terncem ( Teruna Cemerlang) beberapa kali manggung di kota kecil kami. Saya selalu tak ketinggalan dan tak berhenti terpesona akan aksi panggung mereka.
Pertunjukan yang komplit. Tata panggung dibuat redup, muram. Dilengkapi dua batang pohon pisang asli yang diangkut dan tegak di panggung. Menaungi terbelo atau peti mati kayu coklat kehitaman yang menggelegak dibawahnya.
Kala para pemain Terncem muncul di panggung, tepuk tangan dan teriakan meriah berhamburan di gedung Mardi Rahayu Kidul pasar.
Para musisi ceking, berambut gondrong, bercelana cutbray ditopang sepatu berhak super tinggi, berloncatan. Dan garang menggebrak tanpa basa basi langsung memainkan komposisi rock yang mengaum, meraung - raung. Penonton berlonjakan, heboh.