Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Reunian dan Pelancongan Yogya - Solo #11

5 September 2022   22:00 Diperbarui: 5 September 2022   23:00 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersepatu sandal plastik Nilek coklat muda transparan, anti air. Masih ingat sandal Nilek? Hanya yang pernah memakainya saja, baru bisa membayangkan wujud sandal seribu umat yang sangat populer waktu itu.

Pagi normal adalah pagi yang cerah. Dari rumah mengontel sepeda tua ke barat. Menuju sekolah.

Bersepeda 15 menitan setiap pagi. Adegan bersepeda selama 3 tahun atau sekitar 1700 hari pergi pulang saat SMP itu masih teringat jelas.

Rute perjalanan menjadi algoritma baku pribadi. Hapal detilnya.

Usai sarapan lethok, gudeg atau brongkos dari jualan tetangga, menuntun sepeda melewati halaman cukup luas. Keluar dari regol yang diapit dua pohon lengkeng rimbun. Mengayuh si kumbang, belok kiri.

Melintas desa Ngabeyan wetan, Ngabeyan Kulon, Gentan, Wantilan. Tembus jalan raya Delanggu - Tanjung di desa Pacaran.

Menyusur rel Kereta Api Yogya - Solo dari selatan ke utara sepanjang 100 meter, memutari stasiun. Ke arah palang atau teteg sepur. Adakalanya saat waktunya mepet, takut telat sekolah, nekat sepeda diangkat dan menyeberang rel. Melewati pagar kawat dan mendaki tembok tak begitu tinggi. Hemat waktu 3 menitan daripada memutar. Namun sebenarnya sangat berisiko. Bisa langsung sampai di pasar Ngeseng. Pasar kaget pagi di kiri kanan, sepanjang jalan.

Terus mengontel ke barat. Melewati pasar Delanggu, melintasi lampu bang jo (abang ijo) atau traffic light perempatan jalan raya Yogya Solo.

Momen terepik dari ngontel setiap pagi adalah selepas bang jo perempatan pasar. Saat mengontel ke barat, di jalan pabrik karung.

Menuju sekolah tidak begitu jauh lagi. Di depan, masih terhampar sawah menghijau. Sampai mentog tembok masif komplek area pabrik.

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun