Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Road to Victory, Laga Pamungkas Garuda Muda Kontra Gajah Perang

29 Desember 2021   16:37 Diperbarui: 29 Desember 2021   17:11 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tim bola Garuda Muda Indonesia mengangkasa di final AFF 2020, kompetisi sepak bola bergengsi negara - negara ASEAN. Di laga paripurna ini, tim Garuda akan berhadapan dengan Gajah Perang negeri Siam yang cerdas dan perkasa.

Piala AFF 2020 telah sampai di penghujung. Mempertemukan para juara grup di laga pamungkas. Thailand juara grup A yang di semi final menumbangkan tim Bintang Emas Vietnam. Kemudian Indonesia, jawara grup B yang di semi final telah mengalahkan dengan dramatis tuan rumah Singapura berjuluk tim Singa.

Indonesia versus Thailand adalah perang terakhir yang akan terbagi dalam dua pertempuran, leg satu dan leg dua. Salah satu akan juara, dan yang lain harus tersingkir.

Kedua tim akan bertemu dan diuji. Keunggulan skill, stamina, kerja sama, daya juang dan juga kecerdasan serta reaksi emosionalnya. Dan juga tentu yang sangat penting pilihan strategi yang akan diterapkan. Kedua peracik strategi saat ini pasti berpikir keras. Mengevaluasi diri dan menganalisis kekuatan lawan untuk memformulasikan strategi dan eksekusi jitu.

Masing - masing tim hanya punya satu tujuan. Yakni kemenangan, apapun pengorbanan dan risikonya.

Transformasi Tim Garuda Muda

Tentu Indonesia sudah bosan dengan kegagalan. Lima kali timnas kita maju di final piala AFF, lima kali pula gugur. Tiga kali diantaranya ditumbangkan oleh tim Gajah Putih Thailand (tahun 2000, 2002 dan 2016)

Ini adalah final Indonesia yang ke enam. Tak ada lagi tempat untuk kembali gagal. Inilah momen krusial untuk membalas dan menundukan sang Gajah. Semoga paruh dan cakar Garuda kali ini bertuah. Dan Indonesia bisa mengangkat piala bergengsi AFF pertama kalinya. Momen yang akan membuat bahagia rakyat Indonesia.

Pertanda itu telah terlihat. Tim Garuda yang hampir semua pemainnya masih muda telah menunjukan kemampuan, daya juang dan kematangan dalam berlaga. Mengerahkan segala daya mendaki arena terjal menuju babak final.

Salah satu faktor sukses adalah penunjukan Shin Tae-Yong sebagai pelatih timnas Indonesia, sejak Desember 2019.

Reputasi Shin sebagai pelatih sepak bola tak diragukan lagi. Mantan pelatih timnas Korsel ini pernah menorehkan prestasi fenomenal di ajang piala dunia 2018 di Rusia. Timnas Korsel membungkam salah satu tim favorit juara der Panzer Jerman yang bertabur bintang. Di kota Kazan yang cantik - satu jam penerbangan dari Moskow - tepatnya di stadion Kazan Arena, Shin mempermalukan tim unggulan Jerman. Tim Korsel di injury time babak ke dua mencetak dua gol ke gawang yang dijaga kiper terbaik dunia, si raksasa Manuel Neur.

Kala itu Shin membuat seluruh Jerman menangis. Perjalanan der Panzer untuk mengkoleksi piala dunianya yang ke lima pupus di ganjal tim Ginseng merah Korsel.

Kini di penghujung 2021, Shin Tae - Yong membawa timnas Garuda ke final AFF. Harapan dan tanggung jawab besar tertumpu di punggung Shin. Mudah - mudahan sihir Shin di Kazan arena kembali terulang di National Stadium Singapore.

Mantan pelatih timnas Korea Selatan ini di awal 2020 datang ke Indonesia tidak sendirian. Dia datang dalam satu tim. Termasuk trainer fisik dan psikis mumpuni.

Skill, stamina dan mental menjadi prioritas utama masa awal penggemblengan tim Garuda yang hampir semuanya termasuk berusia muda.

Dari evaluasi tim Shin, pemain Indonesia masih lemah dalam stamina. Sehingga konsistensi dan kebugaran tak prima dalam laga bola modern yang semakin menuntut kecepatan, kekuatan dan akurasi setiap pemain. Di pertarungan babak ke dua, timnas selalu kedodoran karena stamina yang tidak mendukung.

Cara dan porsi latihan diperbaiki. Juga tak kalah penting adalah pola konsumsi. Makanan berminyak dan segala macam camilan gorengan yang memang enak harus ditinggalkan. Asupan nutrisi yang tepat dan benar diterapkan.

Dimikian juga mentalitas para pemain. Mental pemenang dibangun. Setiap laga adalah peperangan untuk menang. Harus waspada dan berkepala dingin dalam setiap laga yang sarat dengan duel panas namun tetap dipandu dengan aturan main. Sering karena emosional, pemain melakukan tindakan - tindakan bodoh yang berujung ganjaran kartu merah. Petarung cerdas harus selalu kuat dan waspada dengan segala konsekuensi sanksi merugikan.

Mentalitas pemenang itu nampak nyata saat tim Garuda berjuang menuju final. Terutama saat leg 2 menghadapi Singapore, disaat kritis mentalitas itu mendapat ujian berat. Namun tim Indonesia tetap berkepala dingin, lulus dan lolos menumbangkan tim Singa.

Semoga ketangguhan dan kedewasaan para pemain ini konsisten dan akan membawa kemenangan saat final menghadapi Thailand.

Road To Final

Perjalanan Indonesia ke final tidaklah mudah. Saat laga terakhir babak penyisihan, tim Garuda berhadapan dengan skuad Harimau Malaya, Malaysia. Laga ini adalah pertarungan krusial. Kalah dari Malaysia, Indonesia bisa tersingkir dan pulang. Garuda hanya butuh hasil imbang untuk bisa melaju ke semi final.

Namun kita tahu pertarungan dengan Malaysia selalu menjadi laga bergengsi yang harus dimenangkan. Kontra dengan jiran negeri serumpun ini bisa dianalogkan seperti pertemuan tim tiga Singa Inggris melawan laskar Panzer Jerman. Tidak semata pertarungan sebelas pemain melawan sebelas pemain. Namun laga yang dibumbui dengan sentimen emosional dan masa lalu kesejarahan.

Kita semua tahu hasilnya. Mesti kebobolan terlebih dahulu, tim Garuda berhasil menaklukkan harimau Malaya dengan empat gol balasan. Melalui 2 gol Irfan Jaya, 1 gol tembakan kaki kiri  spektakuler Arhan Pratama. Dan 1 gol sundulan pemain blasteran jangkung Elkan Baggott di penghujung babak ke dua. Malaysia tutup buku, terpuruk di Singapore.

Indonesia menjadi juara grup B mengungguli Vietnam, meski hasil perolehan nilainya sama. Karena Garuda Muda lebih banyak mencetak gol dibanding tim Bintang Emas Vietnam.

Menghadapi tuan rumah di semi final, pertarungan Garuda melawan tim Singa di leg 2 berlangsung menegangkan, dramatis dan emosional.

Di leg pertama ke dua tim berhasil menjebol 1 gol ke gawang masing - masing lawan. Berlanjut duel hidup mati di leg 2, ke dua tim mengerahkan segala kemampuan untuk bisa melaju ke final.

Pertarungan yang menekan urat saraf  itu mencekam dari menit ke menit. Akhirnya dewi Fortuna berpihak kepada tim Garuda Muda.

Meskipun mendapat satu kartu merah, Singapore hampir memenangkan pertarungan. Kegagalan tendangan pinalti di akhir babak ke dua memupus harapan tim Singa menuju final.

Di babak perpanjangan, kecerdasan emosional skuad Singapore semakin menghilang. Dua kartu merah tambahan harus dituai. Tim Garuda berhasil menambah 2 gol tambahan.

Indonesia mengantongi tiket ke final dengan kemenangan agregat 5 - 3 atas tim Singapore.

Victory At All Cost

Pekan ini National Stadium Singapore akan menjadi padang Kurusetra. Laga pamungkas Garuda Muda versus tim Gajah Perang akan berlangsung panas dan emosional di stadion negara kota ini.

Tim Gajah Perang telah menunjukan gading, belalai dan sepakan empat kakinya yang mematikan. Dibawah asuhan pelatih blasteran Jerman - Brazil Alexander Polking, tim Thailand tampil memukau. Menjuarai grup A dengan nilai sempurna. Meraih skor 12, memenangkan semua pertarungan. Dan di semi final melindas juara bertahan Vietnam. 

Tim Garuda akan menghadapi pemain matang yang rerata usianya memang lebih senior. Selain skill dan kerja sama yang solid, tim Gajah memiliki kemampuan maut dalam mengeksekusi bola - bola mati. Dan yang juga sangat berbahaya adalah kemampuan mereka mengintimidasi dan memprovokasi,  memancing lawan  melakukan tindakan bodoh.

Gajah Perang adalah tim dengan kemampuan komplit. Fisikal, Intelektual maupun Emosional. Garuda Muda akan bertarung dengan tim yang sangat tangguh.

Menyongsong laga pamungkas kompetisi yang dulunya bernama piala Tiger ini, teringat pada babak akhir perang saudara keturunan Bharata di padang Kurusetra. Yakni Bharatayudha dalam epos Mahabharata.

Pada pertarungan memperebutkan wilayah Astina itu, Kurawa mengerahkan pasukan dengan gelar perang strategi Dirada Meta. Atau Gajah Mengamuk ( Dirada Gajah, Meta marah).

Duryudana pembarep Kurawa memimpin di kepala didampingi Jayadrata. Karno Adipati Ngawangga sebagai ujung Gading, siap merobek pasukan Pandawa. Durna memimpin belalai gajah mengamuk. Belalai yang berayun dinamis memporak porandakan lawan.

Di lain pihak, menghadapi Dirada Mera, Pandawa menggelar strategi perang Garuda Yaksa atau Garuda Melayang.

Arjuna didampingi Kresna berperan sebagai ujung paruh sang Garuda. Sayap kanan dipimpin Destra Jumena dan Bima Werkudara menjadi ujung tombak sayap kiri.

Setyaki yang berjuluk Bima Kunting atau Bima Kecil menjadi cakar Garuda yang siap mengkoyak, mencerai beraikan lawan.

Kita semua tahu akhir perang Bharatayudha di padang Kurusetra. Melalui perjuangan, muslihat juga drama sentimentil perseteruan dua keluarga bersaudara, Pandawa memenangkan peperangan atas Korawa.

Menyongsong laga pamungkas final AFF 2020 malam ini, kita berharap tim Garuda Muda Indonesia akan menjadi Pandawa.  Memenangkan peperangan di National Stadium Singapore.

Malam ini kita akan menonton dan menjadi saksi bagaimana Garuda Yaksa Indonesia mematuk dan mencakar merobohkan Dirada Meta, tim Gajah Perang dari negeri Siam. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun