Dengan dorongan semangat dari isteri dan anak anaknya, akhirnya beberapa hari kemudian teman itu sembuh. Kalis dari gedoran mematikan covid 19.
Membandingkan kasus 2 teman tadi saya menjadi sadar. Kesakitan dan kegelisahan yang saya alami belum seberapa dibanding apa yang dialami mereka.
Merasa lebih tenang, kembali minum air hangat yang tersedia di galon.
Menyemangati diri. Karena tengah malam agak sungkan kalau harus menelepon saudara atau sahabat mencari saluran untuk curhat dan keluh kesah agar disemangati.
Mengingat ingat waktu masih aktif dulu apa yang sering saya ucapkan untuk menyemangati sejawat. Perkataan yang sering saya sampaikan itu malam ini akan saya pergunakan untuk menyemangati diri sendiri.
O ya ingat, agak sering saya menyampaikan kalimat ini, Nilai seseorang ditentukan oleh kemauannya untuk berkembang dan kemampuannya dalam bertahan.
Ya kalimat itu. Yang memuat kata kunci berkembang dan bertahan. Kini saatnya untuk menyemangati diri bertahan terhadap paparan virus. Kalau mampu bertahan, hidup sungguh akan berasa lebih bernilai berhasil melewati pengalaman kritis.
Selain kata berkembang dan bertahan kata kunci lainnya adalah berserah.  Kalau sudah berupaya bertahan namun tak mampu juga harus berserah kepada Yang Maha Kuasa. Dan akhirnya mengikhlaskan segalanya apapun yang bakal terjadi.
Malam itu empat kata kunci Berkembang, Bertahan, Berserah dan Ikhlas menjadi mantra yang saya bisikan berulang ulang. Berkembang... Bertahan... Berserah... Ikhlas. Berkembang... Bertahan... Berserah..... Ikhlas.
Itu memberikan ketenangan. Rasa sakit dan gelisah pelan pelan luruh terbasuh mantra baru itu.
Orchestra malam diluar mulai terasa keindahannya. Suara hewan malam, desau angin meniup pelepah pelepah palem, suara Tokek yang bersitokek menjadi buaian nikmat.
Kantuk datang, mata terpejam. Saya terlelap tenang, seperti bayi dalam ayunan.