Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kolonial Heritage Journey 8

16 April 2021   09:12 Diperbarui: 22 April 2021   08:45 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tejomantri, Ismaya, Manikmaya. Dokpri


Tejomantri, Ismaya, Manikmaya. Dokpri
Tejomantri, Ismaya, Manikmaya. Dokpri
Babon cerita wayang kulit kita tahu semua berasal dari negeri India. Yaitu berdasar dua buah buku epos besar, yakni Mahabharata yang berpusar pada perebutan negeri Astina. Serta buku Ramayana dengan pusat cerita perebutan Shinta, isteri Rama yang diculik Rahwana.

Konon epos dahsyat Mahabharata ditulis oleh pendeta Viyasa lima abad  sebelum masehi, bersumber dari kisah nyata dua kerajaan di India. Kemudian pada abad 11 M, digubah dalam bahasa Jawa kuno oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh untuk dipersembahkan kepada Airlangga, raja Kahuripan.

Sedangkan epos Ramayana atau perjalanan Rama, ditulis oleh pendeta Valmiki empat abad sebelum masehi. Yang versi populer Indonesia nya adalah kakawin Rama Shinta gubahan Mpu Yosodipura, pujangga keraton Surakarta. Kisah Ramayana mengabadi hingga kini dalam bentuk relief relief pada candi Hindu dan Buddha. Dan juga diabadikan dalam pertunjukan sendratari Ramayana yang dipentaskan rutin di candi Prambanan, terutama saat bulan purnama.

Pertunjukan wayang kulit atau shadow puppet seperti sekarang, dunia menganggap sebagai kesenian asli made in Indonesia. Meskipun mengisahkan cerita yang diambil dari dua epos India tadi.

Dalam pagelaran wayang kulit, ki dalang bisa memilih cerita babon atau pakem, artinya cerita wayang yang sesuai dengan buku induknya. Bisa juga menggelar kisah carangan, yaitu kisah pakem yang dikembangkan dan diimprovisasi. Atau bahkan bisa juga cerita karangan, cerita yang sama sekali baru.

Konon bentuk dan pertunjukan wayang kulit itu pertama kali dikreasi oleh Sunan Kalijaga. Salah satu personil wali sanga yang paling terkenal. Pagelaran wayang kulit pada mulanya adalah salah satu bentuk strategi dakwah penyebaran agama Islam dengan metode budaya dan seni. Strategi dakwah yang indah, halus dan adem ini terbukti efektif. Khususnya di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.

Wayang Revolusi. Dokpri
Wayang Revolusi. Dokpri
Wayang Kancil. Dokpri
Wayang Kancil. Dokpri
Begitulah sejarah ringkas wayang menurut Utam guide kami.

Waktu semakin sore, museum akan segera tutup. 

Melanjutkan menyusuri ruangan melihat koleksi wayang yang lain. Seperti wayang revolusi yang menampilkan wayang Bung Karno, Bung Hatta dan para perintis kemerdekaan RI lainnya. Juga figur wayang unik punakawan Cirebon yang berjumlah 9 orang. Lebih banyak dibanding punakawan versi Jawa Tengah yang berjumlah hanya empat orang. Mengamati wayang suket yang berbahan suket atau tanaman alang alang, serta berbagai koleksi wayang wayang menarik yang lain.

Kami tertarik dan berhenti didepan dua gelaran kelompok wayang kulit dibalik kaca. Yang pertama adalah jejeran tiga ksatria tampan. Jejeran kedua adalah tiga figur wayang aneh. Yakni yang pertama adalah bernama Togog, berbadan gemuk bermulut lebar. Kemudian Semar, pria tua  berperut dan pantat menggembung. Kemudian yang ketiga adalah Bhatara Guru, dewa bermahkota, bertangan empat dan menunggang sapi Andini.

Itulah tiga bersaudara tokoh pelindung dunia pewayangan.

Utam bercerita tentang siapa dan asal usul tiga wayang ksatria tampan dan tiga wayang berparas aneh itu.

Ketiga ksatria tampan itu adalah Tejomantri, Ismaya dan Manikmaya. Mereka adalah anak cucu dewa, terlahir dengan cara tak biasa.

Sang Hyang Wenang adalah penguasa kerajaan Suralaya negeri para dewa. Memiliki satu anak yaitu Sang Hyang Tunggal, pewaris tahta Suralaya.

Setelah beberapa saat pernikahannya, permaisuri Hyang Tunggal berbadan dua. Hari kelahiran pun tiba, dari rahimnya permaisuri melahirkan sebutir telor. Terjadilah goro goro karena jabang bayi yang diharapkan ternyata hanya berupa sebutir telor. Keributan dan kesedihan melanda Suralaya, kerajaan dewa.

Hyang Tunggal membawa telor tersebut menghadap ayahandanya Sang Hyang Wenang yang telah mandita menyepi dari kehidupan ramai. Meminta bantuan kesaktiannya agar telor tersebut berubah wujud menjadi anak manusia.

Sang Hyang Wenang menuruti permintaan anaknya, gentur bersemedi. Akhirnya telor tersebut retak pecah mewujud menjadi tiga jabang bayi lelaki yang sehat.

Dari kulit telor berubah menjadi Tejomantri. Putih telur mewujud Ismaya dan kuning telor menjadi Manikmaya.

Ketiga jabang bayi tumbuh dewasa menjadi tiga ksatria tampan dan sakti. Ketiga ksatria mulai berpikir dan diam diam bersaing, siapa bakal menjadi pewaris tahta Suralaya berikutnya. Mereka menyimpan harapan yang sama, menjadi pemimpin Suralaya. 

Wayang Vietnam. Dokpri
Wayang Vietnam. Dokpri
  Berlanjut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun