Konon epos dahsyat Mahabharata ditulis oleh pendeta Viyasa lima abad  sebelum masehi, bersumber dari kisah nyata dua kerajaan di India. Kemudian pada abad 11 M, digubah dalam bahasa Jawa kuno oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh untuk dipersembahkan kepada Airlangga, raja Kahuripan.
Sedangkan epos Ramayana atau perjalanan Rama, ditulis oleh pendeta Valmiki empat abad sebelum masehi. Yang versi populer Indonesia nya adalah kakawin Rama Shinta gubahan Mpu Yosodipura, pujangga keraton Surakarta. Kisah Ramayana mengabadi hingga kini dalam bentuk relief relief pada candi Hindu dan Buddha. Dan juga diabadikan dalam pertunjukan sendratari Ramayana yang dipentaskan rutin di candi Prambanan, terutama saat bulan purnama.
Pertunjukan wayang kulit atau shadow puppet seperti sekarang, dunia menganggap sebagai kesenian asli made in Indonesia. Meskipun mengisahkan cerita yang diambil dari dua epos India tadi.
Dalam pagelaran wayang kulit, ki dalang bisa memilih cerita babon atau pakem, artinya cerita wayang yang sesuai dengan buku induknya. Bisa juga menggelar kisah carangan, yaitu kisah pakem yang dikembangkan dan diimprovisasi. Atau bahkan bisa juga cerita karangan, cerita yang sama sekali baru.
Konon bentuk dan pertunjukan wayang kulit itu pertama kali dikreasi oleh Sunan Kalijaga. Salah satu personil wali sanga yang paling terkenal. Pagelaran wayang kulit pada mulanya adalah salah satu bentuk strategi dakwah penyebaran agama Islam dengan metode budaya dan seni. Strategi dakwah yang indah, halus dan adem ini terbukti efektif. Khususnya di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.
Waktu semakin sore, museum akan segera tutup.Â
Melanjutkan menyusuri ruangan melihat koleksi wayang yang lain. Seperti wayang revolusi yang menampilkan wayang Bung Karno, Bung Hatta dan para perintis kemerdekaan RI lainnya. Juga figur wayang unik punakawan Cirebon yang berjumlah 9 orang. Lebih banyak dibanding punakawan versi Jawa Tengah yang berjumlah hanya empat orang. Mengamati wayang suket yang berbahan suket atau tanaman alang alang, serta berbagai koleksi wayang wayang menarik yang lain.
Kami tertarik dan berhenti didepan dua gelaran kelompok wayang kulit dibalik kaca. Yang pertama adalah jejeran tiga ksatria tampan. Jejeran kedua adalah tiga figur wayang aneh. Yakni yang pertama adalah bernama Togog, berbadan gemuk bermulut lebar. Kemudian Semar, pria tua  berperut dan pantat menggembung. Kemudian yang ketiga adalah Bhatara Guru, dewa bermahkota, bertangan empat dan menunggang sapi Andini.
Itulah tiga bersaudara tokoh pelindung dunia pewayangan.